Sejarah Berdirinya Bakso Lapangan Tembak yang Sudah Ada Sejak 40 Tahun Lalu
Merdeka.com - Bagi pecinta kuliner Jakarta, mungkin sudah tidak asing dengan Bakso Lapangan Tembak. Resto bakso dengan ciri khas warna kuning itu sudah berusia sekitar 40 tahun.
Pendiri Bakso Lapangan Tembak adalah Ki Ageng Widyanto Suryo Buwono atau disapa Widyanto. Dia lahir pada tahun 1949 di Wonogiri, Jawa Tengah. Di tempat kelahirannya itu, makanan yang diunggulkan dan populer adalah bakso.
Memiliki potensi membuat bakso dengan cita rasa kuat, Widyanto memutuskan untuk merantau ke Jakarta dengan niat membuka usaha bakso. Warung pertamanya saat itu berada di depan Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta Pusat. Ini pula yang menjadi cikal bakal nama merek resto bakso Widyanto.
-
Siapa yang terkenal dengan Bakso di Sidoarjo? Bakso Cak Pitung merupakan salah satu kuliner khas Sidoarjo yang sangat digemari oleh para penggemar bakso.
-
Siapa yang menciptakan bakso? Menurut cerita, Meng Bo yang hidup di masa akhir Dinasti Ming di abad ke-17 ingin membuatkan masakan daging yang disukai ibunya.
-
Siapa yang memperkenalkan bakso Malang? Kuliner ini pertama kali dikenalkan oleh seorang imigran Tionghoa-Malaysia bernama Tjoen Moesliem pada tahun 1939.
-
Dari mana asal bakso? Asal usul bakso dapat ditelusuri kembali ke masa kolonial di Asia Tenggara, khususnya di Tiongkok.
-
Siapa yang memulai usaha Bakso Tusuk Payaman? Awalnya, usaha ini dimulai oleh sang ayah yang menjual salome (cilok) sebagai alternatif setelah tidak lagi mampu berjualan mie ayam karena kecelakaan.
-
Siapa yang pertama kali membuat bakso? Sejarah bakso kembali ke cerita dinasti Ming (1368-1644) di Tiongkok (saat ini). Namun, seorang pemuda bernama Meng Bo ingin memasak daging yang empuk dan empuk untuk ibunya.
Di masa-masa awal resto beroperasi, masyarakat dari berbagai kalangan mulai anak sekolah, para atlet, pekerja kantor, bahkan tokoh masyarakat, menyukai rasa bakso buatan Widyanto.
Popularitas bakso Lapangan Tembak kemudian menyebar dan mengakibatkan jumlah pengunjung yang membludak. Pengunjung yang tidak kebagian kursi, terpaksa makan di kendaraan sendiri atau mengemper di sisi resto.
Melihat kondisi itu, Widyanto melebarkan sayap bisnisnya dengan menambah resto Bakso Lapangan Tembak. Di tahun 1998 saja, Widyanto telah memiliki 7 cabang yang berhasil dikembangkan.
Ada beberapa pedoman yang dipegang teguh Widyanto sehingga pelanggan Bakso Lapangan Tembak Senayan terus bertambah. Pertama, komitmennya untuk tidak menggunakan bahan-bahan kimia sebagai pengawet, menggunakan daging segar. Komposisi daging dalam bakso hampir 90 persen.
Resep rahasia juga diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi dan dipelihara secara baik sampai saat ini.
Kedua, adaptasi terhadap pasar. Di tahun 2002, Widyanto mengubah strategi pemasarannya dan ingin mengangkat masakan tradisonal bakso lebih dikenal ke semua kalangan masyarakat, dengan membuka gerai di pusat-pusat perbelanjaan.
Selain itu, Bakso Lapangan Tembak juga menganut sistem kemitraan untuk mempercepat dan memperluas jangkauan Bakso Lapangan Tembak.
Meski Widyanto sebagai pendiri Bakso Lapangan Tembak sudah tiada, pondasi usaha sudah diwariskan kepada keturunannya. Kepada keluarga yang mewariskan bisnis Bakso Lapangan Tembak, ia berpesan agar selalu menjaga standardisasi mutu, berinovasi dan berusaha menjadi yang terbaik.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada awalnya kuliner ini tidak berasal dari Semarang, melainkan dari daerah Babat, Lamongan, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaMbah Jami sudah berjualan lotek di tempat itu sejak tahun 1965. Walau begitu, masyarakat Wonosobo lebih mengenalnya dengan nama Lotek Brukmenceng.
Baca SelengkapnyaSelain Soto Sokaraja di Banyumas ada kuliner soto lainnya yang tak kalah legendaris, yaitu Soto Sangka.
Baca SelengkapnyaKatanya, makin lama bumbu disimpan, rasa sotonya akan semakin lezat.
Baca SelengkapnyaKuliner ayam yang disajikan punya cita rasa gurih dan legit yang khas karena berasal dari daging ayam kampung segar yang langsung diolah.
Baca SelengkapnyaWarga lokal hingga mancanegara sering memburu kerupuk ini. Diproduksi sejak 94 tahun lalu, kelezatannya dipuji banyak orang.
Baca SelengkapnyaSeorang pensiunan Perwira Tinggi TNI AU memilih menjadi penjual bakmi pasca purna tugas sebagai prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaMenyantap bakso ditemani es degan tentu sudah biasa, tapi bagaimana jika bakso disantap bersama daging degan beserta kuahnya?
Baca SelengkapnyaResep kuliner ini sudah diwariskan secara turun-temurun sejak tahun 1950
Baca SelengkapnyaRumah makan ini menghadirkan menu bakso dan nasi tim jadul sejak 1960-an.
Baca SelengkapnyaToko roti ini sejak dulu sampai sekarang selalu ramai. Ini rahasinya.
Baca SelengkapnyaWarung ini menyediakan nasi rawon hingga semur lidah sapi
Baca Selengkapnya