41 Kerangka Manusia Tanpa Kepala Ditemukan di China, Ungkap Konflik Mengerikan 4.400 Tahun Lalu
Kerangka tanpa kepala ini adalah korban pembantaian kejam di Zaman Neolitikum.
Kerangka ini ditemukan di situs kuburan massal.
41 Kerangka Manusia Tanpa Kepala Ditemukan di China, Ungkap Konflik Mengerikan 4.400 Tahun Lalu
Hasil penelitian baru-baru ini mengungkapkan, tulang belulang tanpa kepala yang ditemukan dalam pembantaian di China, yang terjadi sekitar 4.100 tahun yang lalu, merupakan hasil dari 'pemburuan kepala' terbesar yang diketahui di Asia Neolitik.
Sumber: Live Science
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di makam kuno Wuwangdun? Penggalian situs makam Wuwangdun di Provinsi Anhui, China timur, mengungkap temuan yang luar biasa—tumpukan daun dengan uratnya yang masih terlihat jelas.
-
Apa yang ditemukan oleh tim ahli paleontologi di China? Tim ahli paleontologi internasional menemukan bekas jejak kaki kecil dinosaurus seukuran kucing sekitar 100 juta tahun lalu di China.
-
Bagaimana para arkeolog mengetahui asal manik-manik di makam kuno? Arkeolog Moisés Valadez Moreno dari Institut Antropologi dan Sejarah Nasional Meksiko (INAH) mengungkapkan bahwa sebagian besar manik-manik ini berasal dari 186 mil (300 kilometer), arah timur menuju Teluk Meksiko.
-
Fosil apa yang ditemukan di China? Sebuah penemuan baru dari nenek moyang plesiosaurus bernama Chusaurus xiangensis telah ditemukan di Fauna Nanzhang-Yuan'an di Provinsi Hubei, China. Fosil ini terdiri dari dua tulang lengkap.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Reruntuhan Kerajaan Kuno Sanxingdui? Arkeolog China menemukan bengkel kerja kerajinan batu giok berasal dari 3.400 tahun lalu.Ini merupakan pertama kalinya bengkel kerja kerajingan tangan ditemukan di Sanxingdui, China barat daya, menurut Direktur Stasiun Kerja Situs Sanxingdui dari Institut Peninggalan Budaya dan Arkeologi Provinsi Sichuan, Ran Honglin kepada media pemerintah China, Xinhua.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Laut China Selatan? Dua bangkai kapal kuno dari Dinasti Ming ditemukan para arkeolog di Laut China Selatan, ungkap Badan Warisan Budaya China (NCHA), pada Kamis.
Dalam penelitian yang dipimpin Qian Wang, profesor ilmu biomedis di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas A&M Texas, 41 tulang belulang tanpa kepala yang dianalisis ternyata semuanya milik wanita dan anak-anak.
Foto: Kuburan massal tempat penemuan kerangka (Qian Wang/Fakultas Kedokteran Universitas A&M Texas)
Hasil analisis anatomi menunjukkan, kebrutalan tersebut mungkin terjadi akibat konflik interpersonal yang tinggi, di mana pemukiman tersebut diserang dan para penyerang memilih sasaran wanita dan anak-anak.
Sumber: Live Science
Peneliti menemukan situs pembantaian ini, dikenal sebagai situs Honghe di Provinsi Heilongjiang, China timur laut, pada tahun 1990-an.
Foto: Situs pembantaian massal diambil dari udara (Qian Wang/Fakultas Kedokteran Universitas A&M Texas)
Pada saat itu, peneliti menggali situs ini enam kali sejak tahun 2013, menemukan total 68 tulang belulang, di antaranya 41 tanpa kepala, yang berasal dari rentang waktu 4.100 hingga 4.400 tahun yang lalu.
Foto: Qian Wang/Fakultas Kedokteran Universitas A&M Texas
Analisis lebih lanjut mengungkapkan, dari 41 korban tanpa kepala, 32 kemungkinan besar tewas dalam satu peristiwa, menjadikannya pembantaian pemburu kepala terbesar yang tercatat dalam sejarah Neolitik China.
Foto: Qian Wang/Fakultas Kedokteran Universitas A&M Texas
- 7.300 Tahun Lalu Orang Asia Tenggara Tinggal di Sebuah Pulau di China, Ini Buktinya
- Orang China Kuno Dikubur dengan Pakaian Berlapis Giok dan Dijahit dengan Benang Emas, Ini Fungsinya
- Pahatan Batu Kuno Ini Gambarkan Konflik Berdarah Antarsuku di Malaysia 353 Tahun Lalu
- Manusia dan Kera Punya Nenek Moyang yang Sama, Ilmuwan Ungkap Seperti Apa Sosoknya
Para peneliti juga menemukan empat tengkorak pria tanpa tubuh, kemungkinan merupakan "trofi" yang dibawa oleh anggota pemukiman dari suku musuh.
Foto: Qian Wang/Fakultas Kedokteran Universitas A&M Texas
Studi ini menyoroti kekejaman yang dialami oleh wanita dan anak-anak dalam konflik ini. Para peneliti menganggap temuan ini "luar biasa," karena mengungkapkan kekerasan interpersonal yang tragis pada masa Neolitikum di China. Temuan ini memberikan pemahaman baru tentang pemburu kepala dalam konteks budaya dan konflik pada zaman itu.