Arkeolog Temukan Artefak yang Selamat dari Kebakaran Besar di Guatemala Berisi Petunjuk Soal Runtuhnya Rezim Bangsa Maya
Peristiwa kebakaran terjadi sekitar tahun 733 dan 881 Masehi.
Peristiwa kebakaran terjadi sekitar tahun 733 dan 881 Masehi.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Guatemala? Arkeolog di Guatemala menemukan bukti tertua kalender ramalan suku Maya. Temuan ini berbentuk dua pecahan mural, yang jika disambung berisi notasi yang disebut "7 rusa".
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Guatemala yang menunjukkan penggunaan tembakau? Hasil analisis kimiawi terbaru menunjukkan, jejak nikotin ditemukan pada bejana tanah liat pra-Hispanik yang ditemukan di Guatemala.
-
Bagaimana para arkeolog menemukan bukti penggunaan tembakau di Guatemala? Untuk penelitian ini, para arkeolog menganalisis bejana yang ditemukan di dekat akropolis El Baúl di Cotzumalguapa pada tahun 2006 dan 2007. Mereka menguji sampel secara kimiawi yang diambil dari bagian dalam tujuh guci, dan tiga di antaranya positif mengandung jejak tembakau.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Chetumal? Arkeolog dari Institut Nasional Antropologi dan Sejarah Meksiko (INAH) menemukan sembilan pahatan bekas permainan kuno yang disebut patolli.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di situs Palenque? Para arkeolog dari Institut Nasional Antropologi dan Sejarah Meksiko (INAH) mengungkapkan penemuan patung kepala Dewa Jagung Muda Maya berusia 1.300 tahun di situs Palenque, Chiapas Selatan.
-
Mengapa arkeolog mempelajari bangunan misterius di bawah lapangan bola Maya? Temuan ini bisa memberikan petunjuk terkait kehidupan di Amerika Selatan sebelum penaklukan Spanyol.
Arkeolog Temukan Artefak yang Selamat dari Kebakaran Besar di Guatemala Berisi Petunjuk Soal Runtuhnya Rezim Bangsa Maya
Arkeolog menemukan petunjuk terhadap peristiwa kebakaran besar di Guatemala sekitar tahun 733 dan 881 Masehi. Menurut para arkeolog, peristiwa ini menjadi titik penting dalam kekuasaan bangsa Maya.
Penemuan situs bangsa Maya, Ucanal di Guatemala menandai akhir rezim lama, suatu peristiwa yang krusial dalam runtuhnya penguasa dan perubahan kekuasaan politik. Penelitian ini dipublikasikan dalam sebuah jurnal ilmiah.
Peristiwa tersebut terjadi di ibu kota Kerajaan K'anwitznal dekat lokasi pemakaman.
Jenazah dan ornamen, seperti topeng batu berhiaskan permata, pecahan mahkota batu hijau, dan ornamen batu giok, dipindahkan dari makam ke tempat pembakaran umum. Ini menandai perubahan penting dalam kerajaan dan daerah sekitarnya.
“Peristiwa ini menandai momen perubahan di kerajaan dan di dataran rendah,” jelas para penulis dalam karyanya, dikutip dari laman Popular Mechanic.
- Sedang Bangun Jalan, Arkeolog Temukan Kuburan Prasejarah Terpanjang di Eropa Berusia 5.300 Tahun
- Arkeolog Temukan Makam Dua Bocah Laki-Laki Berusia 1.600 Tahun, Dikubur Bersama Hewan dan Perhiasan Emas
- Arkeolog Temukan Kolam Renang di Sebuah Vila Mewah Milik Sosialita Romawi Kuno, Dilengkapi Mosaik dari Marmer
- Arkeolog Temukan Makam 'Wali Kota' Zaman Batu Berusia 6.800 Tahun, Dikubur Bersama Gigi Babi Hutan
“Daripada melihat peristiwa pembakaran ini sebagai sebuah catatan sejarah Maya, kami melihatnya sebagai titik poros di mana pemerintahan K’anwitznal mengubah dirinya dan kota Ucanal mulai melakukan aktivitas yang berkembang pesat.”
Rezim baru menyambut pemimpin non-kerajaan bernama Papmalil, yang membawa perubahan signifikan dalam dinamika politik. Meskipun sedikit catatan tertulis tentang bagaimana Papmalil mencapai kekuasaan, pemerintahannya mengalami kemakmuran, terutama dalam pembangunan infrastruktur dan pemukiman.
Penulis studi tersebut, yang dipimpin Christina Halperin dari Universitas Montreal, menyatakan bahwa Papmalil tampaknya telah mengantarkan era kemakmuran. Pembangunan besar-besaran terjadi di kawasan inti upacara sipil dan kawasan pemukiman luar kota setelah peralihan kekuasaan.
Pada tahun 2022, tim arkeolog menemukan bukti kebakaran di timbunan konstruksi piramida candi. Tidak ada upaya untuk melindungi makam tersebut, tim meyakini setidaknya empat orang dewasa ditemukan kerangkanya yang mengalami luka bakar, dan suhu api mencapai lebih dari 800 derajat Celsius.
Di dalam jenazah tersebut terdapat 1.470 pecahan liontin batu hijau, manik-manik, plakat, dan mosaik, serta bilah-bilah besar—semuanya mewakili “satu peristiwa pembakaran”. Ornamen yang terbakar menunjukkan bahwa mereka berasal dari makam kerajaan.
Bukti menunjukkan bahwa tulang dan ornamen manusia digunakan dalam ritual pembakaran, yang merupakan simbolis dan literal dari kehancuran dinasti sebelumnya. Peristiwa ini dianggap sebagai tindakan penodaan, menandai akhir dari rezim kuno tersebut.
Penulis menyimpulkan bahwa peristiwa ini adalah upaya dramatis untuk mengumumkan kehancuran rezim lama dan peralihan kekuasaan yang dramatis.