Arkeolog Ungkap Sosok Wajah Asli Mumi 'Manusia Garam', Tewas Tertimbun Gunung Garam 2.500 Tahun Lalu
Ada sekitar lima mumi 'Manusia Garam' yang ditemukan sejak penggalian dilakukan di situs tersebut.
Ribuan tahun lalu, banyak orang tewas tertimbun di pertambangan garam di Chehrabad, Iran. Dalam beberapa dekade terakhir, para arkeolog menggali jasad yang telah menjadi mumi tersebut.
Pertambangan Chehrabad terletak di deposit garam Douzlākh, di Pegunungan Māhneshān, yang berada di barat laut tempat Teheran berada saat ini. Sebagian besar mumi 'Manusia Garam' yang ditemukan di situs tersebut berasal dari Dinasti Achaemenid (550-330 SM), yang merupakan kerajaan terbesar di dunia kuno. Pada puncaknya, Kekaisaran Achaemenid meluas dari Anatolia dan Mesir melintasi Asia barat serta Asia utara dan tengah.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Iran? Sebuah pigmen merah terang yang tersimpan di dalam botol batu kecil bisa jadi merupakan salah satu contoh lipstik tertua yang diketahui di dunia.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di kotoran mumi? Penelitian ini mengungkap penduduk Karibia kuno memakan berbagai macam tanaman, tembakau, bahkan kapas.
-
Bagaimana para arkeolog menemukan bukti budidaya padi di Mazandaran? Amirkolai mengatakan, studi tersebut berdasarkan pada bukti yang sebagian besar dikumpulkan dari penggalian di Qale-Kesh, situs arkeologi di dekat Amol.
-
Kenapa arkeolog meneliti kotoran mumi? Lewat penelitian kotoran mumi, arkeolog bisa mengetahui pola makan manusia ribuan tahun lalu.
-
Mengapa para arkeolog menemukan bukti budidaya padi di Mazandaran? Bukti tersebut menunjukkan budidaya padi di Mazandaran berasal dari periode Achaemenid.
-
Bagaimana para ilmuwan menentukan asal-usul mumi-mumi Tarim Basin? Namun, analisis genetik yang dilakukan pada tiga belas mumi yang diawetkan dengan baik menunjukkan bahwa, tidak seperti yang diperkirakan sebelumnya, tubuh-tubuh tersebut bukan milik para migran yang membawa teknologi dari Barat.
Dilansir IFL Science, Rabu (11/9), fragmen mumi pertama ditemukan pada tahun 1993, ketika penggalian tahap pertama di gunung garam. Kepala 'Manusia Garam' pertama yang terpenggal ini ditemukan masih lengkap dengan janggut putih tebal dan satu anting emas, dan ditemukan dengan pisau besi, sepatu bot kulit, dan potongan celana pendek wol yang diwarnai dengan urin dan sisa kotoran. Orang ini diperkirakan tewas sekitar tahun 300 Masehi, pada masa pemerintahan Dinasti Sasanian.
Pada 2004, ditemukan lagi mumi 'Manusia Garam' lainnya, sekitar 15 meter dari mumi pertama. Pada 2010, ditemukan enam mumi lainnya dari situs tersebut.
Salah satu yang paling ikonik dan tragis adalah mumi seorang remaja laki-laki 16 tahun dengan tangan terangkat, seperti melindungi dirinya dari sesuatu.
Ditemukan Telur Cacing Pita
Menurut penelitian, para 'Manusia Garam' ini semua patah tulang dan cedera kompresi, menunjukkan mereka mengalami kecelakaan di dalam tambang.
Di dalam tubuh lima mumi, ditemukan telur cacing pita dalam jumlah besar di ususnya, yang kemungkinan besar berasal dari pola makan daging mentah. Hasil ini dikenal sebagai contoh parasit usus tertua dalam sejarah Iran.
- Arkeolog Temukan Mata Tombak Berusia 50.000 Tahun Terbuat dari Tulang Kuda, Ini Spesies Manusia yang Membuatnya
- Arkeolog Temukan 4 Kerangka Manusia di Kuil Berusia 3.800 Tahun, Diyakini Pengikut Ajaran Penyembah Air
- Arkeolog Temukan Kuil Berusia 4.000 Tahun Bersama Kerangka Manusia, Terkubur di Bawah Gurun Pasir
- Arkeolog Temukan Anak Panah Berusia 3.600 Tahun di Gunung, Sosok Pemiliknya Terungkap
“Mumi-mumi itu istimewa karena beberapa alasan. Tidak seperti penemuan mumi manusia terkenal lainnya, kita tidak berurusan dengan satu individu saja, namun dengan beberapa orang serupa dari tim kerja yang berbeda. Mereka memberikan kesempatan unik untuk mempelajari dampak dari kondisi pengawetan tersebut pada jaringan lunak manusia,” jelas arkeolog pertambangan, Thomas Stollner.
Pengawetan mumi ini berkat kandungan garam yang tinggi di tambang, yang pada dasarnya membuat tubuh mereka dehidrasi dan mencegah pembusukan.
Temuan ini diterbitkan dalam Journal of World Prehistory.