Cincin Saturnus Lebih Muda Usianya dari Kehidupan di Bumi
Hal tersebut diungkapkan dalam penelitian terbaru yang diterbitkan jurnal Sciences Advances pada Jumat.
Cincin planet Saturnus relatif masih seumuran bayi dalam skala kosmos, terbentuk kurang dari 400 juta tahun lalu, menurut penelitian baru. Perbandingannya, Saturnus sendiri berusia sekitar 4,5 miliar tahun dan kehidupan muncul di Bumi sekitar 580 juta tahun lalu.
Artinya, kehidupan di Bumi lebih tua dari cincin Saturnus.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan di tepi Tata Surya? Para ilmuwan menemukan indikasi adanya dua Sabuk Kuiper, atau setidaknya dua komponen terpisah di sabuk ini, yang berada di tepi Tata Surya.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di luar Tata Surya? Teleskop luar angkasa, James Webb milik NASA menemukan sebuah planet di luar Tata Surya.
-
Kapan tata surya terbentuk? Sejak tata surya terbentuk pada 4,6 lalu, kemudian diikuti dengan 4,59 miliar tahun selanjutnya terbentuklah planet-planet besar, seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
-
Apa yang diyakini oleh sejumlah ilmuwan tentang tata surya kita? Sejumlah Ilmuwan Meyakini Ada Planet Tersembunyi di Tata Surya Ini Ilmuwan ingin menggali potensi keberadaan planet lain di dalam tata surya.
-
Dimana letak barycenter Tata Surya? Dilansir dari IFLScience, Kamis (27/6), Barycenter Tata Surya sebagian besar terletak dekat dengan matahari karena massa matahari yang besar. Namun, pengaruh gravitasi planet-planet besar seperti Jupiter dan Saturnus menyebabkan barycenter ini tidak benar-benar berada di dalam matahari.
-
Siapakah Ki Ageng Suryomentaram? Walaupun terlahir dari keluarga ningrat, Ki Ageng Suryomentaram (1892-1962) memilih jalan hidupnya dengan menjadi rakyat jelata.
Hal tersebut diungkapkan dalam penelitian terbaru yang diterbitkan jurnal Sciences Advances pada Jumat. Penelitian ini dipimpin ahli fisika Sascha Kempf dari Universitas Colorado Boulder, seperti dikutip dari The Jerusalem Post, Senin (15/5).
Sepanjang abad ke-20, para peneliti berasumsi cincin Saturnus setua planet tersebut. Namun kemudian muncul keraguan yang mempertanyakan ketepatan perkiraan tersebut salah satunya karena kebersihan cincin tersebut, yang tampaknya terbuat dari 98 persen es air alami dan hanya sedikit material bebatuan.
Tim yang dipimpin Kempf kemudian memutuskan meneliti akumulasi debu pada cincin tersebut untuk menghitung usianya. Butiran kecil material batuan mengalir melalui tata surya hampir secara konstan, meninggalkan lapisan tipis debu dalam beberapa kasus.
Kempf dan timnya memutuskan meneliti seberapa cepat debu di cincin Saturnus terbentuk, untuk menghitung usia cincin.
"Pikirkan cincin tersebut seperti karpet di rumah Anda," kata Kempf dalam rilisnya.
"Jika Anda punya karpet bersih yang digelar, Anda hanya perlu menunggu. Debu akan menetap di karpet Anda. Hal yang sama berlaku untuk cincin tersebut," paparnya.
Dari 2004 sampai 2017, peneliti menggunakan Cosmic Dust Analyzer pada pesawat luar angkasa Cassini NASA untuk menganalisis butiran debu di sekitar Saturnus. Pada 2017, pesawat tersebut sengaja ditabrakkan ke atmosfer Saturnus.
Ketika Cassini berputar di sekitar planet tersebut, Cosmic Dust Analyzer yang berbentuk seperti ember, mengumpulkan 163 butir yang berasal dari luar lingkungan terdekat planet. Debu ini memungkinkan para peneliti menghitung usia cincin pada beberapa ratus juta tahun.
"Kami tahu kira-kira berapa umur cincin itu, tapi itu tidak menyelesaikan masalah kami yang lain," kata Kempf.
"Kami masih belum tahu bagaimana cincin ini terbentuk pada awalnya."
(mdk/pan)