Ilmuwan Ungkap Bagaimana Manusia Akhirnya Bisa Jago Lari, Ternyata Hasil Evolusi Manusia Purba Melakukan Ini
Menurut penelitian, manusia pada dasarnya adalah atlet dengan daya tahan yang luar biasa.
Menurut penelitian, manusia pada dasarnya adalah atlet dengan daya tahan yang luar biasa.
-
Apa yang diteliti para ilmuwan terkait evolusi manusia berjalan tegak? Pertanyaan seputar evolusi sikap bipedal dari nenek moyang yang berjalan dengan empat kaki telah lama menjadi misteri yang menantang para ilmuwan.
-
Apa yang ditemukan oleh para peneliti yang mengubah pemahaman kita tentang evolusi ular? Spesies fosil ular yang baru ditemukan di Wyoming, Amerika Serikat tengah mengubah pemahaman kita tentang evolusi ular.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan yang dapat mengubah pemahaman kita tentang manusia purba? Para ilmuwan menemukan artefak berusia 500.000 tahun yang dapat mengubah pemahaman tentang kehidupan manusia purba. Penelitian yang diterbitkan di Nature Journal mengungkap penemuan alat kayu di Air Terjun Kalambo, Zambia.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti evolusi penggunaan pakaian pada manusia? “Kami mencoba memahami perubahan apa yang terjadi pada kutu evolusioner sejarah yang mungkin berkorelasi dengan hilangnya rambut tubuh pada manusia, dan kemudian penggunaan pakaian pada manusia," jelas ahli biologi dari Universitas Florida, David Reed, dikutip dari Live Science, Selasa (12/3).
-
Siapa yang meneliti tentang evolusi manusia berjalan tegak? Penelitian terbaru ini berfokus pada daerah tulang telinga bagian dalam tengkorak Lufengpithecus.
-
Bagaimana ilmuwan bisa menentukan bahwa spesies manusia purba ini berbeda dari nenek moyang manusia modern? Hasil studi rahang, tengkorak, dan tulang kaki kerangka manusia purba ini menyatakan spesies ini berbeda dengan kerangka nenek moyang manusia modern Homo sapiens, Neanderthals atau Denisovan) yang sebelumnya ditemukan.
Ilmuwan Ungkap Bagaimana Manusia Akhirnya Bisa Jago Lari, Ternyata Hasil Evolusi Manusia Purba Melakukan Ini
Berlari lebih cepat dari kejaran mangsa merupakan metode berburu yang efisien bagi manusia purba dan metode ini juga masih digunakan hingga saat ini, menurut laporan etnografi.
Kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh manusia dalam berlari jarak jauh ternyata merupakan evolusi dari kebiasaan manusia purba untuk berburu mangsa. Jauh sebelum munculnya senapan, sebagian besar budaya di seluruh dunia adalah melakukan perburuan dengan cara mengejar mangsa dalam jarak jauh.
Energi yang diperoleh dengan berburu menggunakan senapan, jauh melebihi energi yang dikeluarkan untuk berlari, demikian temuan peneliti yang memperkuat argumen bahwa manusia telah berevolusi untuk berlari dengan ketahanan.
- Ilmuwan Rekonstruksi Wajah Manusia Prasejarah yang Tenggelam 4.000 Tahun Lalu, Begini Parasnya
- Ilmuwan Ungkap Mengapa Manusia Memiliki Sidik Jari, Ternyata Ini Fungsinya
- Bulan Terbuat dari Apa? Ilmuwan Akhirnya Punya Jawabannya, Ternyata Mirip Bumi
- Ilmuwan Kumpulkan Ribuan Otak Manusia dari Seluruh Dunia, Ada Yang Diawetkan Sejak 12.000 Tahun Lalu, Ini Tujuannya
“Saya pikir makalah kami memberikan alasan yang kuat akan pentingnya hal ini di masa lalu,” kata Eugene Morin dari Universitas Trent Kanada, dikutip dari New Scientist, Rabu (15/5).
“Sesuatu yang dianggap marginal atau tidak penting, kini terbukti menjadi strategi umum di seluruh dunia,” sambungnya.
Menurut penelitian, manusia pada dasarnya adalah atlet dengan daya tahan yang luar biasa, bahkan mampu mengalahkan kekuatan kuda dalam jarak puluhan kilometer. Manusia juga memiliki otot yang diciptakan untuk menghasilkan stamina dan dapat tetap sejuk dengan mengeluarkan keringat.
“Ciri-ciri ini hanya bisa dijelaskan dalam konteks berlari, dan tidak banyak alasan bagi manusia purba untuk berlari jarak jauh selain berburu,” kata Morin. Terdapat dugaan bahwa manusia berevolusi untuk mengejar mangsa sampai mangsanya lelah atau kepanasan untuk kabur lebih jauh.
Ide ini dikenal sebagai hipotesis ketahanan lari dan telah diperdebatkan dengan hangat.
Salah satu kritiknya adalah berlari menggunakan banyak energi dibandingkan dengan berjalan.
Alasan lainnya adalah hampir tidak ada laporan tentang manusia modern yang menggunakan teknik berburu ini, sehingga menunjukkan bahwa teknik ini tidak terlalu efisien.
Untuk membuktikan asumsi ini, Morin dan Bruce Winterhalder dari Universitas California, pertama-tama memperkirakan energi yang dikeluarkan manusia untuk menangkap mangsa selama perburuan terus-menerus dibandingkan dengan energi yang keluar ketika menangkap mangsa dengan berbagai ukuran. Menurut mereka, perburuan dengan hewan atau mangsa kecil lebih baik dilakukan dengan berlari.
Hal ini karena berlari tidak menggunakan lebih banyak energi, namun dapat mempersingkat durasi pengejaran secara signifikan. Misalnya, berlari sejauh 4 kilometer untuk berburu lebih efisien dibandingkan dengan berjalan sejauh 8 kilometer.
Dalam penelitian yang dilakukan Morin dan rekannya menunjukan bahwa berjalan kaki tidak akan berhasil dalam berburu mangsa, karena mangsa akan dengan mudah kabur atau tidak lelah dan kepanasan dibandingkan dengan berlari.
Morin dan Winterhalder juga menelusuri catatan berbagai bangsa yang ditulis oleh para antropolog atau misionaris dari tahun 1500-an dan seterusnya. Salah satu kisah yang relevan adalah kisah masyarakat Beothuk di Newfoundland menggambarkan pengejaran rusa jantan.
"Hingga ditemukannya teknologi modern, perburuan dengan lari ketahanan tersebar luas dan sangat sukses."
“Rusa jantan pada awalnya dengan mudah mendahului pengejarannya, namun setelah berlari sejauh delapan atau sembilan kilometer mangsa tersebut mulai lelah dan kepanasan dan menyerah sehingga dengan mudah di tangkap,” katanya. Mereka menemukan sekitar 400 deskripsi perburuan daya tahan dari seluruh dunia dan sebagian besar catatan tersebut berasal dari tahun sebelum 1850.
Morin juga mendapat laporan dari daerah dingin.
“Kami memburu rusa besar dengan mengendarai sepatu salju dan kami bisa berlari sepanjang hari, seperti serigala,” kata salah satu anggota suku Gwich’in di Alaska dan Kanada.
Kondisi ideal untuk sitasi ini adalah salju tebal dengan kerak yang cukup kuat untuk menopang seseorang yang memakai sepatu salju, tetapi tidak cukup kuat untuk menopang mangsa yang lebih berat, kata Morin.
Dia juga menunjukkan, kemampuan berlari jarak jauh dulunya merupakan kemampuan yang sangat dihargai, dengan banyak catatan tentang perlombaan lari jarak jauh yang menjadi bagian dari budaya masyarakat di seluruh dunia.
"Sulit untuk membantah hasil analisis mereka, yang dengan jelas mendukung bukti anatomi, fisiologi, arkeologi, dan genetik lainnya bahwa manusia berevolusi untuk berlari jarak jauh untuk berburu," kata Daniel Lieberman dari Universitas Harvard, salah satu pendukung hipotesis lari ketahanan.
"Hingga ditemukannya teknologi modern, perburuan dengan lari ketahanan tersebar luas dan sangat sukses."