Manusia Purba Gunakan Anak Panah Beracun Saat Berburu 54.000 Tahun Lalu, Mangsa Lebih Mudah Dilumpuhkan
Peneliti menganalisis sifat balistik lebih dari 500 mata panah Paleolitikum berasal dari antara 14.700 dan 11.700 tahun yang lalu.
Berdasarkan hasil studi baru, para ilmuwan menemukan manusia purba di Zaman Batu memiliki persenjataan yang kompleks saat berburu. Salah satunya adalah menggunakan anak panah beracun untuk menaklukkan hewan buruan.
Bukti pasti paling awal penggunaan busur dan anak panah di Eropa berasal dari sebuah situs bernama Stellmoor, dekat Hamburg di Jerman utara. Berusia antara 11.000 dan 12.000 tahun, senjata yang ditemukan di situs ini sebagian besar diyakini menandai transisi awal dari melempar tombak ke memanah, yang dianggap cara lebih mudah dalam melumpuhkan mangsa.
-
Di mana tim arkeolog menemukan perkakas batu dan kerangka manusia purba? Saat menjelajahi gua di Jerman, tim arkeolog menemukan koleksi langka artefak dan kerangka manusia purba, termasuk beruang gua.
-
Bagaimana para ahli paleontologi meneliti pertumbuhan dan perkembangan spesies paus purba ini? Melalui analisis detail gigi dan tulang Tutcetus menggunakan pemindaian CT (CT-Scan), tim merekonstruksi pertumbuhan dan perkembangan pola spesies ini.
-
Apa yang ditemukan oleh para ahli paleontologi? Para ahli paleontologi menemukan spesies cumi-cumi vampir yang sebelumnya tidak diketahui.
-
Kapan para arkeolog menemukan fosil manusia purba spesies baru ini? Dilansir Ancient Origins, arkeolog pertama kali menemukan fosil ini di Hualongdong, China Timur pada 2019 lalu.
-
Bagaimana arkeolog bisa menentukan bahwa manusia purba pernah hidup di Pulau Timor? Arkeolog menemukan artefak-artefak batu dan tulang binatang di dalam sebuah gua di Pulau Timor.
-
Bagaimana fosil manusia purba di Sangiran ditemukan? Fosil ini pertama kali ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald pada tahun 1934 dengan bantuan penduduk setempat.
Namun, seperti yang diungkapkan oleh penulis studi baru ini, sulit untuk menarik kesimpulan pasti tentang jenis senjata yang digunakan di masa lalu, karena komponen kayu seperti busur dan poros telah lama membusuk, hanya menyisakan ujung batu. Untuk mencoba dan merekonstruksi cara penggunaan proyektil ini, para peneliti menganalisis sifat balistik lebih dari 500 mata panah Paleolitikum dari 25 situs berbeda di Eropa utara, yang berasal dari antara 14.700 dan 11.700 tahun yang lalu.
Dengan menghitung nilai tip cross-sectional area (TCSA) untuk masing-masing senjata ini, penulis dapat mengetahui ukuran potongan yang ingin dibuat pada kulit hewan mangsa. Oleh karena itu, TCSA mengungkapkan apakah ujung batu paling cocok untuk digunakan pada tombak, lembing, panah biasa, atau panah beracun.
"Ketika racun digunakan, ujung anak panah sering kali berukuran kecil dan tidak memerlukan banyak kedalaman penetrasi – yang diperlukan hanyalah kulitnya dipotong agar racun dapat masuk ke dalam aliran darah tubuh hewan mangsa," jelas para peneliti, seperti dikutip dari IFL Science, Rabu (18/9).
Temuan awal mengungkapkan bahwa mata panah tertua memiliki nilai TCSA yang mirip dengan mata panah Stellmoor, sehingga menunjukkan bahwa panahan diadopsi oleh pemburu Eropa setidaknya 14.700 tahun yang lalu. Hal ini mendorong penggunaan busur dan anak panah paling awal di Eropa sekitar tiga milenium atau 3.000 tahun.
Racun Tanaman
Ujung batu lainnya memiliki nilai TCSA yang sama dengan proyektil yang ditemukan di beberapa bagian Afrika di mana penggunaan panah beracun sudah umum dilakukan. Dengan kata lain, bukti menunjukkan bahwa orang Eropa mungkin telah berburu dengan persenjataan yang ditingkatkan secara farmakologis selama periode Paleolitikum.
- Temuan Fosil Berusia 86.000 Tahun di Gua Ini Ungkap Bagaimana Awalnya Manusia Tiba di Asia Tenggara
- Arkeolog Temukan Fosil Manusia Purba Berusia 6.000 Tahun Saat Menggali 9 Kuburan, Ada Kalung Berhiaskan Ribuan Manik-Manik
- Arkeolog Temukan Lukisan dan Pahatan Purba di Gua Spanyol, Dibuat Manusia Zaman Batu
- Sebelum Mengenal Pertanian, Arkeolog Ungkap Makanan yang Dikonsumsi Manusia Purba Selama 300.000 Tahun
Untuk mencoba dan menentukan sejauh mana penggunaan panah beracun, penulis penelitian juga menghitung nilai TCSA untuk serangkaian titik batu berusia 54.000 tahun dari Gua Mandrin yang terkenal di Prancis. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar seperempatnya “secara balistik paling cocok untuk digunakan sebagai ujung panah beracun,” sementara 45 persen lainnya ideal untuk panah tidak beracun.
Berdasarkan temuan ini, para pemburu Paleolitik Eropa mungkin telah mengembangkan senjata panahan dan racun puluhan ribu tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
Pada tahap ini, penulis penelitian tidak dapat menentukan racun apa yang mungkin digunakan selama perburuan kuno ini, meskipun mereka memberikan daftar 58 tanaman Eropa utara yang mungkin cocok untuk ekstraksi racun selama Zaman Batu.
Studi ini dipublikasikan di Journal of Archaeological Science: Reports.