Peneliti Ungkap Piramida Mesir Dibangun dengan Mesin yang Sangat Cerdas, Begini Caranya
Temuan ini masih harus diuji coba untuk membuktikan hipotesis para peneliti ini benar adanya.
Sejak ditemukan pertama kali sampai sekarang piramida Mesir selalu berhasil memukau para akademisi, arkeolog, penjelajah bahkan peminat teori konspirasi.
Banyak di antara mereka berspekulasi bangunan raksasa itu dibangun oleh makhluk luar angkasa, mengabaikan kecerdikan manusia yang hidup 5000 tahun lalu.
-
Bagaimana bentuk piramida itu? "Piramida stepa dibangun dengan sangat presisi, berbentuk heksagonal. Ada tiga belas meter dan delapan baris batu di antara setiap sisi. Ini adalah struktur kompleks yang sangat canggih dengan beberapa lingkaran di tengahnya. Dinding luar struktur kompleks ini didominasi oleh gambar berbagai binatang, terutama kuda."
-
Apa yang ditemukan oleh peneliti di dekat Piramida Mesir? Para peneliti telah lama menduga banyak piramida dibangun di samping saluran Sungai Nil yang mengering. Piramida Giza, piramida terbesar di Mesir, berada di tengah gurun dan sangat jauh dari tepian Sungai Nil. Namun penelitian baru menunjukkan dulunya piramida ini berada di samping cabang utama Sungai Nil yang dipenuhi oleh perahu.
-
Bagaimana bentuk Piramida Merah? Kali ini, para arsitek memilih sudut kemiringan 43 derajat, dan hasilnya adalah sebuah piramida setinggi 104 meter yang luar biasa.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan baru-baru ini tentang piramida Mesir? Sebuah penemuan saluran air kuno baru-baru ini memberikan jawaban atas misteri bagaimana piramida-piramida di Mesir dibangun.
-
Bagaimana bentuk piramida tersebut terbentuk? Ahli geologi menjelaskan bahwa piramida tersebut sebenarnya adalah karakteristik umum dari daerah glasier yang dikenal sebagai gunung berpuncak piramida, yang terbentuk oleh pertemuan gletser di sisi daratan.
-
Bagaimana piramida bawah laut itu ditemukan? Diocleciano Silva menemukan struktur tersebut pada 2013 saat melakukan survei kedalaman laut.
Dilansir dari NDTV, sebuah studi terbaru yang diterbitkan oleh jurnal daring, Plus One menemukan teknik yang digunakan oleh para budak untuk membangun piramida bertingkat Djoser atau lebih dikenal Saqqara menggunakan teknik yang berkaitan dengan air.
Para ahli sebelumnya meyakini bangunan kerucut itu dibuat menggunakan teknik jalur landai dan tuas yang saling terhubung untuk memindahkan material berat. Namun, studi baru ini menunjukkan kemungkinan memanfaatkan sistem pengangkatan hidrolik.
Sistem pengangkatan hidrolik
Xavier Landreau dari Institut Politeknik CEA Prancis berpendapat, orang Mesir kuno mungkin memanfaatkan kanal di dekatnya sebagai lift untuk memindahkan batu-batu berat.
Dari analisis terbaru itu, menunjukan, air diarahkan ke piramida melalui dua poros yang membantu menaikan dan menurunkan pelampung yang membawa balok-balok batu besar.
Cara kerja ini mirip seperti mesin pengangkat mobil atau teknik yang dipakai untuk mengangkat kapal di terusan Panama.
- Teknologi ini Dipercaya Jadi Kunci Pembangunan Piramida Mesir Kuno
- Peneliti Temukan Penduduk Mesir Kuno yang Bangun Piramida Kena Racun Tembaga
- Piramida Berusia 1.100 Tahun di Meksiko Tiba-Tiba Runtuh, Benarkah Pertanda Buruk?
- Penelitian Terbaru Ungkap Piramida Mesir Dibangun dengan Sistem Hidrolik, Begini Caranya
“Orang Mesir kuno terkenal dengan teknik hidrolik perintis mereka, mereka memanfaatkan kanal untuk irigasi dan tongkang untuk mengangkut batu-batu besar. Penelitian ini membuka area eksplorasi baru yaitu penggunaan tenaga hidrolik dalam bangunan struktur besar Firaun,” tulis para peneliti.
Piramida bertingkat Djoser dibangun sekitar tahun 2680 SM sebagai kompleks pemakaman Firaun Djoser dari dinasti ketiga. Piramida ini masih menjadi teka-teki bagaimana tepatnya bangunan kerucut itu dibangun.
Para peneliti berspekulasi bangunan di dekatnya, yaitu bangunan Gisr el-Mudir berfungsi sebagai “bendungan pemeriksa” untuk menampung air dan sedimen.
Para peneliti juga berpendapat piramida itu mungkin memiliki fasilitas pengolahan air dengan serangkaian kompartemen yang memungkinkan sedimen mengendap saat air mengalir, dan memberikan tekanan pada poros piramida. Proses ini dikenal sebagai konstruksi “gunung berapi”.
Meskipun temuan-temuan ini inovatif para peneliti terus melanjutkan penyelidikan dan berencana untuk melakukan simulasi dengan sistem hidrolik ini dan apakah lingkungan di dekat piramida itu cocok untuk mendukung metode semacam itu.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti