Temuan Baru Buktikan Prajurit Perempuan Amazon Pernah Ada, Sosoknya Jago Berkuda dan Memanah
Temuan Baru Buktikan Prajurit Perempuan Amazon Pernah Ada, Sosoknya Jago Berkuda dan Memanah
Penggalian situs pemakaman zaman perunggu mengungkapkan fakta menarik yang mengindikasikan adanya prajurit perempuan dengan bekas luka pertempuran.
-
Bagaimana mayat perempuan itu ditemukan? Mayat tersebut diduga merupakan korban pembunuhan lantaran terdapat luka-luka di tubuhnya.Mayat pertama kali ditemukan oleh petugas kehutanan, Suyitono. Ia tak sengaja menemukan mayat tersebut saat melakukan patroli rutin."Saya melakukan aktivitas patroli rutin. Kemudian muter-muter di situ karena saya senang mendengar suara burung berkicau kemudian ngopi sambil duduk. Saat membuka teko, ada mayat itu langsung turun saya," kata Suyitno, Jumat (13/9).
-
Bagaimana wanita tersebut dimakamkan? Berdasarkan hasil penelitian kerangka, tinggi wanita tersebut sekitar 152 cm. Kerangkanya ditemukan berbaring telentang di samping kerangka suaminya, namun yang mengejutkan para ilmuwan, bagian atas kepalanya hilang.
-
Apa yang ditemukan di tengkorak perempuan tersebut? Salah satu temuan arkeolog adalah cedera tajam berupa lubang persegi di tengkoraknya yang konsisten dengan benturan paku Romawi kuno; paku semacam itu telah ditemukan di beberapa situs arkeologi di Sardinia.
-
Bagaimana cara perempuan itu meracuni temannya? Seorang perempuan dari Tiongkok didakwa karena mencoba menghentikan kehamilan rekan kerjanya dengan menambahkan racun ke dalam minumannya, dengan tujuan agar rekan kerjanya tidak mengambil cuti hamil dan menghindari beban kerja yang lebih berat.
-
Dimana mayat perempuan itu ditemukan? Mayat seorang perempuan ditemukan di kawasan Hutan Tahura Raden Soerjo, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur.
-
Bagaimana perempuan itu membalas dendam? Seorang perempuan di China menciptakan sebuah presentasi Power Point yang terdiri dari 58 halaman, menceritakan tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh pacarnya dengan lebih dari 300 wanita.
Temuan Baru Buktikan Prajurit Perempuan Amazon Pernah Ada, Sosoknya Jago Berkuda dan Memanah
Hal ini menimbulkan dugaan bahwa suku Amazon, yang terkenal dalam legenda Yunani—sebagian besar dianggap sebagai mitos, mungkin benar-benar ada.
Dalam mitologi Yunani klasik, Amazon adalah kelompok prajurit wanita yang tinggal di wilayah timur laut Yunani kuno selama periode zaman perunggu, berkisar antara tahun 1900 hingga 1200 SM. Sumber utama mengenai mitos Amazon berasal dari literatur Yunani klasik, khususnya dalam karya-karya Homer.
Salah satu dari 12 tugas Hercules adalah untuk memperoleh sabuk ajaib ratu Amazon bernama Hippolyte, sedangkan Achilles membunuh ratu Amazon lainnya, Penthesilea, namun jatuh cinta padanya saat wajahnya yang cantik terlihat ketika helmnya dibuka.
Meskipun selama ini dipenuhi misteri dan mitos, arkeolog mulai menemukan bukti yang menguatkan keberadaan prajurit wanita ini.
- Dikira Kotoran Burung yang Menempel di Dahan Pohon, Ternyata Ilmuwan Temukan Spesies Baru Kupu-Kupu
- Ilmuwan Penasaran Bagaimana Manusia Purba Bisa Jelajahi Gua Penuh Jurang Berbahaya 8.000 Tahun Lalu
- Perempuan Ini Ngobrol dengan Ibunya yang Sudah Meninggal Pakai AI, Pengalamannya Menyeramkan
- Melelehnya Es di Pegunungan Ungkap Temuan Ribuan Artefak Berburu Berusia 6.000 Tahun, Ada Mata Panah dan Tongkat
Penemuan terbaru berasal dari penggalian kuburan zaman perunggu di Nakhchivan, Azerbaijan, di mana wanita yang dimakamkan ditemukan bersama senjata-senjata seperti panah tajam, belati perunggu, gada, serta perhiasan.
Berdasarkan penemuan ini, arkeolog mengambil kesimpulan mungkin saja prajurit wanita Amazon benar-benar hidup 4.000 tahun lalu.
Mereka dikenal karena kehidupan sosial yang mandiri dari laki-laki serta keahlian mereka di medan perang, terutama dalam penggunaan busur dan panah.
“Ini menunjukkan ada kebenaran di balik mitos dan legenda Yunani kuno,” kata Bettany Hughes kepada Observer, seperti dilansir Greek Reporter.
Temuan ini menjadi semakin penting ketika dikaitkan dengan penemuan-penemuan sebelumnya. Pada 2019, sisa-sisa empat prajurit perempuan yang dimakamkan bersama panah dan tombak ditemukan di Rusia, sedangkan pada tahun 2017, arkeolog Armenia menemukan sisa-sisa wanita yang meninggal karena luka pertempuran, dengan panah yang tertancap di kakinya.
Begitu juga pada awal 1990-an, sisa-sisa jasad perempuan yang dimakamkan dengan belati ditemukan di dekat perbatasan Kazakhstan.
Hughes menegaskan sebuah peradaban tidak hanya tercermin dari satu kuburan saja.
"Jika kita berbicara tentang budaya yang melintasi Kaukasus dan Steppe, seperti yang diceritakan oleh orang-orang kuno, jelas bahwa kita membutuhkan sisa-sisa lainnya," ujarnya kepada Observer.
Beberapa kerangka menunjukkan para perempuan sering menggunakan busur dan panah. Hughes mengamati "Jari-jari mereka bengkok karena seringnya menggunakan panah. Perubahan pada sendi jari tidak terjadi begitu saja karena berburu. Itu adalah praktik yang terus-menerus.
Yang menarik banyak bukti tulang juga menunjukkan penggunaan yang konsisten di atas kuda. Panggul wanita terbuka karena mereka mengendarai kuda. Tulang mereka menunjukkan adaptasi terhadap gaya hidup mereka."
Dia juga mencatat perhiasan yang ditemukan termasuk kalung akik, yang merupakan tanda status bagi perempuan pada masa itu.
Hasil penggalian ini akan diungkapkan dalam serial Channel 4 yang baru, bertajuk "Bettany Hughes' Treasures of the World", yang salah satu episodenya berjudul "Silk Roads and the Caucasus".
Episode tersebut menyoroti wilayah di dunia yang menjadi pusat berkembangnya budaya dan peradaban selama berabad-abad dan merupakan jalur perdagangan yang menghubungkan benua Asia dan Eropa.
Dalam film dokumenter tersebut, Hughes berbicara tentang penemuan Amazon, "Perlahan tapi pasti, bukti-bukti yang luar biasa muncul dari bumi. Seringkali begitulah, dengan cerita-cerita terbaik."
Arkeolog melakukan perjalanan ke desa pegunungan Khinalig di Kaukasus Besar, tempat dengan ketinggian tertinggi di Eropa. Wilayah ini telah dihuni sejak zaman perunggu, dan beberapa penduduknya memberikan informasi tentang Amazon.
Mereka mengatakan, “nenek moyang kita semuanya pergi berperang. Mereka pergi bersama dengan ternak mereka. Perempuan selalu menutupi wajah mereka saat berperang.” Demikianlah yang disampaikan oleh sumber-sumber kuno, sehingga orang tidak tahu apakah mereka perempuan atau laki-laki.