Begini Kisah Sunan Gunung Jati yang Mendirikan Kerajaan Banten, Tak Pernah Jadi Raja
Ada peran Sunan Gunung Jati dari Cirebon dalam pendirian Kerajaan Banten
Ada peran Sunan Gunung Jati dari Cirebon dalam pendirian Kerajaan Banten
Begini Kisah Sunan Gunung Jati yang Mendirikan Kerajaan Banten, Tak Pernah Jadi Raja
Kerajaan Banten, jadi salah satu kesultanan Islam terbesar di Indonesia. Salah satu pemimpin yang terkenal ialah Sultan Ageng Tirtayasa yang berhasil mengakomodir perdagangan internasional di wilayah paling barat pulau Jawa.
Saat kepemimpinannya pada 1651 sampai 1683, banyak pedagang asal Timur Tengah, Afrika, Asia hingga Tiongkok lego jangkar di Pelabuhan Karangantu, Serang. Tak sedikit di antaranya yang membawa misi menyebarkan agama Islam dan dibantu perizinannya oleh pemerintahan Kerajaan Banten.
-
Siapa saja yang berperan dalam memajukan Kesultanan Banten? Dari hasil pajak cukai barang-barang yang diperjual belikan mampu membuat kota itu berdaulat dan mendorong lahirnya Kesultanan Banten lewat kepemimpinan Sultan Maulana Hasanudin.
-
Mengapa Sunan Gunung Jati menjadi Wali Songo yang memiliki kedudukan sebagai raja? Hal itu membuat Sunan Gunung Jati menjadi Wali Songo yang memiliki kedudukan sebagai raja.
-
Siapa sebenarnya Sunan Gunung Jati? Sunan Gunung Jati lahir dengan nama Syarif Hidayatullah pada tahun 1448 Masehi di Makkah Al-Mukarramah. Ibunya, Nyai Rara Santang, adalah putri dari Prabu Siliwangi, raja Kerajaan Padjajaran yang kemudian memeluk Islam dan berganti nama menjadi Syarifah Mudaim.
-
Siapa Sunan Gunung Jati sebenarnya? Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Syarif Hidayatullah, yang juga masih keturunan Kerajaan Sunda Pajajaran dari sang ibu bernama Nyai Rara Santang, puteri dari Raja Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja). Nyai Rara Santang sebelumnya menikah dengan Syarif Abdullah Umdatuddin Bin Ali Nurul Alam yang bergelar Amir, atau bangsawan di Mekkah pada saat itu. Keduanya merupakan orang tua kandung Sunan Gunung Jati.
-
Kapan Sunan Gunung Jati diangkat menjadi Walisongo? Dari strateginya ini, Sunan Gunung Jati diangkat menjadi dewan dakwah Walisongo. Perannya untuk menggantikan Sunan Ampel yang wafat.
-
Kapan Sunan Gunung Jati resmi ditetapkan sebagai Sultan Cirebon 1? Setelah menikah, Sunan Gunung Jati ditetapkan sebagai Sultan Cirebon 1 dan resmi menentap di Keraton Pakungwati yang kemudian hari berubah nama menjadi Keraton Kasepuhan.
Dari sini, Kesultanan Banten mulai dikenal sebagai salah satu kerajaan bercorak Islam terbesar di pulau Jawa. Namun di balik kesuksesan pemerintahan tersebut, ada peran tak terhingga dari Sunan Gunung Jati Cirebon yang ternyata merupakan pendiri.
Walau sebagai peletak pondasi berdirinya Kerajaan Banten, namun Sunan Gunung Jati diketahui tak pernah menjadi raja di sana hingga wafatnya.
Syarif Hidyataullah yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
Dulunya Masyarakat Banten Beragama Hindu-Buddha
Mengutip makalah berjudul “Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten” oleh Saepul Anwar dari Prodi Ilmu Hadits, Fakultas Usuludin dan Adab, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Banten, dijabarkan jika asal muasal tanah Banten adalah bagian dari kekuasaan negara Pajajaran.
Kerajaan tersebut menganut corak Hindu yang kuat, dengan pendirinya Sri Jayabhupati pada 923 masehi. Kemudian, kerajaan lambat laun berkembang terutama setelah dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.
Melalui pengaruh ini, masyarakat Banten sebelum abad ke-16 disebut masih belum memeluk agama Islam. Ketika utusan kerajaan Demak dan Cirebon berupaya mengislamkan wilayah Barat pulau Jawa, tanah Banten kemudian mulai dikuasai dan kenalkan oleh ajaran Islam.
Sebarkan Agama Islam untuk Menghalangi Portugis Masuk
Salah satu alasan mengapa wilayah Banten di-Islamkan perlahan adalah untuk mencegah masuknya pengaruh buruk Portugis. Alih-alih ingin membantu perekonomian, pasukan Eropa tersebut justru memiliki niat menguasai pulau Jawa lewat pelabuhan Karangantu dan Sunda Kelapa yang sudah maju.
- Kisah Gedung Karesidenan Banten yang Bergaya Kerajaan Belanda, Saksi Bisu Runtuhnya Pemerintahan Sultan
- Mengenal Masjid Kuno Kenari di Serang, Dulu Tempat Peristirahatan Sultan Banten
- Rekam Jejak Kerajaan Kandis, Konon Jadi Kerajaan Tertua yang Terletak di Sumatra Tengah
- Sejarah Kabupaten Kuningan, Salah Satu Daerah Tertua di Jawa Barat yang Sudah Ditinggali sejak 3500 SM
Kerajaan Demak lewat pemimpinnya Sultan Trenggono mengutus Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dari Kerajaan Cirebon yang bercorak Islam dan memiliki hubungan kerja sama untuk menghalau hal ini. Harapannya, wilayah pulau Jawa terhindar dari pengaruh buruk jajahan yang menyusahkan masyarakat kecil.
Setelah penyerangan dilakukan, salah satunya di Pelabuhan Sunda Kelapa pada 1526 – 1527 maka Portugis memilih mundur. Dari sana, wilayah Banten bisa diselamatkan dari jajahan Portugis lewat gubernurnya di Malaka, Jorge d’ Albuquerque.
Sunan Gunung Jati Diamanahi Mendirikan Kerajaan Islam
Setelah wilayah Banten dan sebagian Jawa Barat berhasil dikuasai Demak, Sultan Trenggono lantas menjadikan Syarif Hidayatullah untuk mendirikan kerajaan bercorak Islam di tanah Banten pada 1527.
Namun karena Pangeran Pasarean yang merupakan putra dari Sunan Gunung Jati yang sudah memimpin Cirebon wafat terlebih dahulu, maka Syarif Hidayatullah kembali ke Cirebon dan mengutus putranya yang lain bernama Syarif Maulana Hasanuddin al-Bantani untuk memimpin kerajaan Islam yang didirikan sang ayah.
Dari sana, corak kebudayaan Islam dan sosial kemasyarakatan semakin kuat dan wilayah tersebut menjadi maju. Walau sebagai pendiri, Sunan Gunung Jati tak pernah menjadi pemimpin di Banten dan jabatan diserahkan kepada sang putra.
Dari catatan klasik, percampuran budaya kemudian terjadi, dan konon ini menjadi cikal bakal bahasa Banten sedikit memiliki kemiripan dengan Cirebon yakni bahasa Jawa.
Terakhir, kerajaan Banten lewat Keraton Surosowan dan Keraton Kaibon berkembang pesat. Bahkan raja-raja setelahnya mampu membangun peradaban lewat perdagangan yang masif di Pelabuhan Karangantu yang sudah berstandar internasional pertama di nusantara.