Hikayat Masjid Pecinan Tinggi Banten yang Berusia 400 Tahun, Kini Tersisa Menara dan Ruang Imam
Saat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Saat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Hikayat Masjid Pecinan Tinggi Banten yang Berusia 400 Tahun, Kini Tersisa Menara dan Ruang Imam
Masjid Pecinan Tinggi di wilayah Dermayon, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten menjadi salah satu peninggalan kejayaan Islam di zaman Kesultanan Banten. Sayangnya, saat ini hanya tersisa menara dan ruang imamnya saja (mihrab).
Penyebab bangunan masjid sudah tidak utuh lantaran faktor usia, termasuk bencana alam dahsyat. Akibatnya, ruangan makmum, tempat wudu, hingga selasar masjid kini telah rata dengan tanah. Padahal di masanya, masjid ini menjadi salah satu rumah ibadah umat muslim yang pertama dibangun di wilayah Banten.
-
Kapan Masjid Agung Banten dibangun? Dalam laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, disebutkan bahwa masjid besar ini mulai dibangun atas perintah Sultan Maulana Hasanuddin, Putra dari Sunan Gunung Jati, sekitar tahun 1552 – 1570 M.
-
Apa pesan penting dari Pendiri Masjid Agung Sumenep terkait pelestarian masjid? Pendiri masjid itu meminta sekretaris kerajaan membuat prasasti yang berisi kewajiban bagi penguasa dan pengurusmasjid menjaga kelestarian masjid, dan tidak merusak serta menjual masjid tersebut.
-
Mengapa Masjid Agung Banten dibangun? Agar misi penyebaran agama Islam bisa berjalan maksimal, maka Sultan Hasanuddin mendirikan sebuah masjid yang ternyata bukan sekedar sebagai tempat salat dan berdakwah, namun juga simbol kerukunan dan keberagaman di Banten.
-
Kenapa Masjid Nurul Islam Tuo Kayu Jao penting bagi sejarah Islam di Sumatra Barat? Masjid tertua di Sumatra Barat ini menjadi peninggalan dari penyebaran dan peradaban agama Islam.
-
Apa yang dimaksud dengan "Masjid Tiban"? Kata "Tiban" berasal dari Bahasa Jawa yang artinya tiba-tiba. Masyarakat sekitar menyebut masjid ini disebut tiba-tiba ada.
-
Apa keunikan dari Masjid Agung Baitul Mukminin? Masjid kebanggan Kota Santri ini memiliki keunikan tersendiri. Pertama, kental akan budaya Jawa yang tercermin dari joglo, ukiran, serta ornamen batik Jawanya. Kedua, kental akan nuansa keislaman lewat menara masjid yang menjulang tinggi.
Walau demikian, keindahan khas bangunan lawas masih dapat disaksikan melalui sisa peninggalan yang masih berdiri. Bekas masjid tersebut kini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang sayang untuk dilewatkan.
Yuk kenalan dengan Masjid Pecinan Tinggi Banten yang kini sudah berusia sekitar 400 tahun.
Dibangun oleh Sunan Gunung Jati
Menurut tayangan sejarah yang diterbitkan di kanal Youtube Pemprov Banten, masjid ini termasuk salah satu bangunan paling tua di era kebudayaan Islam Banten.
Alasannya, masjid ini dibangun sebelum Masjid Agung Banten Lama.
Menurut catatan sejarah, inisiatornya adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang berasal dari Cirebon. Tahun pembangunan diperkirakan pada 1552, atau empat tahun sebelum pendirian Masjid Agung Banten lama pada 1556.
Ketika itu, masjid ini menjadi pusat penyebaran agama Islam terutama di kalangan masyarakat Tionghoa yang kala itu bermukim di sekitar lokasi masjid.
Asal Usul Penamaan Pecinan Tinggi
Tak diketahui secara pasti terkait asal usul nama Pecinan Tinggi. Namun, menurut Analis Pelestarian Cagar Budaya dan Museum Banten, Siti Rohani, masjid ini mulanya didirikan di komunitas warga Tionghoa yang merupakan rombongan Putri Ong Tien asal Tiongkok.
Seperti diketahui, Putri Ong Tien menjadi salah satu istri dari Sunan Gunung Jati dan melakukan pengenalan tentang agama Islam di Banten. Bisa dipastikan jika masjid ini jadi peninggalan masa kejayaan Islam di Banten setelah berdiri Kerajaan Banten di tahun 1526.
Ketika itu, Sunan Gunung Jati memang memiliki peran akan berdirinya Kesultanan Banten. Bahkan raja pertama yang memimpin adalah sang putra yang bernama Maulana Hasanudin atas pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Nyi Kawunganten, yang merupakan putri dari Bupati Banten.
- Cerita Masa Lalu Masjid Raya Imanuddin Tanjung Redeb, Dulu Dibom Penjajah Namun Tidak Hancur
- Kisah di Balik Megahnya Masjid Agung Banten yang Berusia Hampir 5 Abad, Dikerjakan Arsitek dari Tiga Negara
- Menilik Masjid Tuo Ampang Gadang, Saksi Bisu Perkembangan Agama Islam Hingga Perjuangan Imam Bonjol
- Berusia Lebih dari 300 Tahun, Begini Kisah di Balik Kemegahan Masjid Tertua Sidoarjo
Terkena Bencana Letusan Gunung Krakatau
Seiring berjalannya waktu, masjid pun mengalami kerusakan karena dimakan usia.
Puncaknya, masjid ini menjadi hancur setelah terkena bencana letusan maha dahsyat dari Gunung Api Krakatau yang berada di perairan Banten.
Akibat letusan pada 20 Mei 1883 itu, seluruh bangunan di daratan Pulau Jawa bagian barat terutama Banten mengalami kerusakan amat parah. Letusan juga memakan banyak korban. Masjid tersebut akhirnya tidak bisa diselamatkan.
“Disebutkan memang Masjid Pecinan Tinggi ini runtuh akibat bencana alam Gunung Krakatau yang meletus pada 1883 ya,” terang Siti Rohani.
Tersisa Pondasi, Menara, dan Ruang Mihrab
Saat ini, bangunan yang tersisa adalah struktur pondasi yang menyatu dengan lantai, ruang mihrab atau tempat imam, dan menara masjid. Seluruh bentuknya juga sudah tidak utuh, di mana atap menara sudah hilang, lantai pondasi terkelupas dan sebagian hancur hingga ruang mihrap yang rontok temboknya.
Mengutip laman Kemdikbud, pembangunan masjid tersebut dulunya menggunakan tumpukan batu bata dan batu karang. Seluruh bahan disusun sedemikan rupa, menggunakan perekat kapur hingga mampu berdiri dengan kokoh.
Masjid ini letaknya 500 meter, arah barat dari Masjid Agung Banten yang sampai sekarang masih utuh dan difungsikan. Kemudian, masjid ini juga terletak 400 meter di sebelah selatan Benteng Speelwijk dan Vihara Avalokitesvara