Mengenal Sosok Raden Mochtar, Aktor Legendaris dari Tanah Pasundan yang Menghilang di Akhir Kariernya
Tak ada yang tahu pasti kapan ia meninggal atau sebenarnya ia masih hidup sampai sekarang.
Tak ada yang tahu pasti kapan ia meninggal atau sebenarnya ia masih hidup sampai sekarang.
Mengenal Sosok Raden Mochtar, Aktor Legendaris dari Tanah Pasundan yang Menghilang di Akhir Kariernya
Pada zaman dulu, Indonesia punya banyak artis legendaris. Salah satu dari mereka adalah Raden Mochtar. Ia aktif menghiasi dunia layar lebar Indonesia pada dekade 1930-an hingga 1990-an.
YouTube: Penjelajah Waktu
-
Siapa saja aktor terkenal Indonesia yang berdarah Arab? Tak sedikit di antara mereka yang berprofesi sebagai aktor sukses, berbekal wajah ganteng dan bakat akting mereka.
-
Bagaimana aktor berdarah Timur Tengah di Indonesia mengembangkan karier mereka? Ia memulai karier sebagai model sebelum akhirnya terjun ke dunia akting.
-
Apa saja peran yang sering dimainkan aktor berdarah Timur Tengah di Indonesia? Ia sudah membintangi lebih dari 60 film dan sinetron.
-
Siapa aktor asal Indonesia yang sukses berkarier di film internasional? Jauh sebelum nama-nama tadi, ternyata ada aktor laga yang sudah lebih dulu bermain di perfilman luar negeri. (Foto: brilio.net) Nama aktor tersebut adalah Wang Lap-tat atau biasa disapa dengan nama Lo Lieh yang lahir di Pematangsiantar, Provinsi Sumatra Utara pada 29 Juni 1939.
-
Kapan Raden Rakha lahir? Raden Rakha memiliki nama lengkap Raden Rakha Daniswara Putra Permana. Ia lahir pada 16 Februari 2007 dan kini baru berusia 16 tahun.
-
Siapa Pak Raden? Tanggal ini merupakan hari kelahiran Drs. Suyadi, seniman yang lebih akrab disapa dengan nama Pak Raden.
Awal Raden Mochtar menjadi aktor sebenarnya berawal dari ketidaksengajaan.
Pada waktu itu, pemilik Java Pacific Film, Albert Balink, dan koleganya dari Wong Bersaudara yang terdiri dari Joshua, Otniel, dan Nielsen sedang mencari sosok ideal untuk film mereka.
Untuk itu ia mencari sosok yang tinggi, tegap, dan tampan dari tanah Pasundan.
Saat itu, mereka sedang minum kopi di sebuah depot. Tiba-tiba seorang pemuda melintasi mereka dengan mengendarai motor. Albert Balink kemudian mencoba mengejar pemuda itu dengan mobil. Karena ketakutan, pemuda itu memacu cepat sepeda motornya.
Raden Mochtar sendiri merupakan seorang keturunan Jawa. Ia menyandang pendidikan Taman Siswa di Bandung, Jawa Barat.
Karena alasan politis, gelar bangsawan pada awalnya tak disematkan pada namanya.
Namun Albert Balink ingin agar gelar bangsawan itu disematkan lagi pada nama Mochtar.
Dilansir dari kanal YouTube Penjelajah Waktu, film pertama Raden Mochtar berjudul “Pareh”. Film tersebut pertama kali diputar di Bioskop Odeon Theatre, Den Haag, Belanda, pada 20 November 1936.
Sayangnya film ini gagal meraih untung. Justru Java Pacific Film harus bangkrut karena korupsi film ini. Penyebabnya adalah anggaran produksinya yang terlalu besar, yaitu sebesar Rp75 ribu gulden.
Namun berkat film tersebut Raden Mochtar sukses dikenal sebagai bintang film dan bertemu jodohnya, Soekarsih, yang berperan sebagai Sarinah.
- Kisah Hidup NH Dini Penulis Legendaris Asal Semarang, Mantan Pramugari yang Hidup Berkelana di Luar Negeri
- Dari Pegawai Kantor ke Aktor Terkenal, Ini 8 Momen Perjalanan Karier Baskara Mahendra
- Mengenal Sosok Landung Simatupang, Sastrawan dan Aktor Senior Pemeran Utama dalam Video Klip "Gala Bunga Matahari"
- Mengenang Sosok Galang Rambu Anarki, Putra Sulung Iwan Fals yang Wafat di Usia 15 Tahun
Film selanjutnya yang dimainkan Raden Mochtar adalah “Terang Bulan”. Film yang dirilis pada tahun 1937 ini meledak di pasaran. Mochtar sukses membintangi film ini bersama Roekiah.
Setelah membintangi film ini, Raden Mochtar melanjutkan karier di Tan Film Coy Batavia. Film pertamanya di perusahaan film itu berjudul Fatima. Pada film itu ia kembali dipasangkan dengan Roekiah.
Mochtar kembali dipasangkan dengan Roekiah di film Gagak Item (1939). Di film Tan Film berikutnya berjudul Roekihati, Mochtar dipasangkan dengan seorang aktris bernama Jumala.
Mochtar keluar dari Tan Film karena persoalan kesepakatan honor. Namun tak lama setelah keluar, ia dikontrak perusahaan Populair Film.
Di sana ia bermain untuk film “Boedjoekan Iblis” dan “Garoeda Mas” pada tahun 1941. Ia juga bermain film “Moestika dari Jenar” pada tahun 1941. Dalam film tersebut, ia berduet dengan seorang aktris bernama Dahlia.
Saat Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, Mochtar menyingkir dari dunia film. Ia sempat mendirikan sebuah binatu bernama “Dua Saudara” di daerah Cicadas, Bandung.
Ia kemudian aktif di dunia sandiwara dan bergabung dengan beberapa kelompok sandiwara seperti Terang Bulan, Bintang Surabaya, dan Panca Warna.
Pada tahun 1949, ia kembali bermain film dengan judul “Bengawan Solo”. Mochtar selanjutnya menjadi artis penting artis Indonesia atau Persari.
Mochtar juga terlibat dalam pembuatan film Rodrigo de Villa yang diproduksi di Manila bekerja sama dengan perusahaan film di Filipina.
Selain itu, Mochtar juga menjadi pemeran film utama pada film “Terang Bulan di Malaya” produksi Kris Film di Singapura.
Selama kariernya di dunia perfilman, Mochtar pernah menyabet penghargaan bintang terbaik Majalah Film Varia pada tahun 1954.
Sempat Menjadi Petani
Pada saat marak tragedi berdarah 1965, Mochtar memilih menjadi seorang wirausaha.
Ia sempat pulang dan menjadi seorang petani di dekat Garut. Ia kemudian muncul kembali pada tahun 1971.
Setelah itu ia kembali membintangi sejumlah film seperti “Bengawan Solo”, “Maling Kundang”, “Si Gondrong”, dan “Singa Betina dari Marunda”.
Pada tahun 1990, Mochtar mendapat penghargaan khusus atas pengabdiannya di dunia film Indonesia. Selama kariernya, ia bermain di 68 judul film. Film terakhirnya adalah “Tutur Tinular 2” pada tahun 1991. Pada tahun itu, usianya sudah menginjak 73 tahun.
Dikabarkan Wafat di Jerman
Sejak film terakhirnya, jejak keberadaannya tak terlacak. Pada 1997, ia dikabarkan telah meninggal dunia di Berlin, Jerman. Tapi kabar itu hanya sekelebat angin, tak ada yang tahu pasti kapan dan penyebab ia wafat, atau mungkin kini ia masih hidup.