Dulunya Tempat Berkumpulnya Para Preman, Ini Kisah Kampung Krese Semarang
Kini Kampung Krese tampil lebih bersih dan bebas dari banjir.
Kini Kampung Krese tampil lebih bersih dan bebas banjir.
Dulunya Tempat Berkumpulnya Para Preman, Ini Kisah Kampung Krese Semarang
Pada masa lalu, Kampung Krese, sebuah kampung padat penduduk di tengah Kota Semarang, merupakan kampung yang kumuh. Belum lagi tempat itu merupakan pusat berkumpulnya para preman di Kota Semarang.
“Dulu di kampung ini ada tempat prostitusi. Letaknya agak ke timur. Dulu artis-artis banyak yang suka ke sana. Dan di sanalah tempat berkumpulnya para ‘jeger-jeger’ di Kota Semarang,” kata Pak Iswanto, Ketua RW setempat.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari Kampung Kristen di Lembang? Di sana, warga bisa saling hidup berdampingan dengan rukun.Kampung yang berada di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang ini dikenal sebagai salah satu kampung Kristen di Jawa Barat karena mayoritas warganya memeluk agama itu. Walau demikian, antar penduduk yang berbeda keyakinan maupun latar belakang budaya tidak saling menjatuhkan.
-
Apa yang terkenal dari Kampung Kemasan? Tak jauh dari pusat Kabupaten Gresik, ada sebuah kampung yang terkenal dihuni oleh para crazy rich sejak ratusan tahun lalu. Namanya Kampung Kemasan.
-
Apa yang terjadi di Kampung Teko? Kampung ini disebut jadi salah satu daerah yang hampir tenggelam di wilayah Jakarta.
-
Di mana Desa Wisata Ketapanrame berada? Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, memiliki desa wisata yang menarik untuk dikunjungi bernama Ketapanrame.
-
Apa yang menjadi ciri khas kerajinan di daerah Karet Tengsin? Di wilayah Karet Tengsin, kerajinan yang jadi andalan adalah industri kulit dan batik Betawi.Perkembangannya mulai melesat pada 1950-an, dan ditandai dengan tingginya permintaan pasar dan hadirnya berbagai motif.
-
Apa yang menjadi ciri khas Kampung Legok Awi di Tasikmalaya? Jalan menanjak di depan gapura selamat datang jadi ciri khas pintu masuk Kampung Legok Awi, Desa Cukang Jaya, Kecamatan Sodong Hilir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Pak Iswanto mengaku tidak tahu kenapa kampung itu dinamakan “Krese”. Tapi yang jelas seiring waktu, tren premanisme di Kampung Krese terus menurun.
Pak Iswanto mengatakan, para preman itu kemungkinan sudah jenuh dengan aktivitas mereka dan mencari pekerjaan yang lebih halal.
“Mereka beralih profesi jadi macam-macam. Ada yang jadi tukang jok, pedagang lumpia, ada yang buat ikat pinggang, ada juga yang wiraswasta teh botol,” katanya.
Pak Iswanto mengatakan bahwa saat ini banyak anak muda yang sudah pada kerja. Menurutnya itu lebih baik dibandingkan kegiatan di masa lalu di mana banyak preman yang sering berbuat onar. Ia bersyukur kini kondisi Kampung Krese sudah jauh lebih baik.
“Dulu Kampung Krese terlalu kumuh. Pokoknya bobrok. Pekarangan tidak ada, banyak gerobak berceceran di pinggir gang. Karena pemangku wilayah yang dulu masa bodoh dengan Kampung Krese,” ujarnya, mengutip kanal YouTube Semarang Pemkot.
Pak Iswanto mengatakan, setelah ia ditunjuk sebagai Ketua RT di Kampung Krese, ia mengerahkan pikiran dan tenaga bagaimana agar image Kampung Krese sebagai tempatnya para preman bisa hilang.
“Apabila orang ada yang minum di pinggir sini, saya bubarkan,” kata Pak Iswanto.
Pak Iswanto mengatakan bahwa Kampung Krese merupakan kampung yang sering terkena banjir. Ia pun meminta bantuan dari camat setempat untuk membuat saluran air.
Permintaan itupun dikabulkan camat. Hingga sekarang Kampung Krese bebas banjir.
“Hebatnya Pak Camat seperti itu. Setiap saya minta bantuan selalu di-ACC,” kata Pak Iswanto.
- Keindahan Kampung di Tasikmalaya Ini Curi Perhatian, Pesonanya Bak Lukisan
- 7 Preman Minta Duit Keliling Kampung di Serpong Tangsel, Modus Bersihkan Selokan
- Hidup Berdampingan Rukun dan Damai, Ini Potret Kampung Kristen di Cianjur Jawa Barat
- Kampung di Kebumen Ini Tersembunyi di Balik Gua Hanya Ada 5 Rumah, Begini Potretnya
Ia mengatakan saat ini banyak warga Kampung Krese yang berjualan lumpia. Apalagi usaha ini sudah terbukti bisa mendatangkan penghasilan yang cukup bagi kehidupan mereka. Ia memberikan alasan kenapa banyak warga yang memilih usaha lumpia.
“Karena lumpia identik dengan oleh-oleh khas Semarang. Selain itu dibuatnya juga mudah, dan penghasilannya lumayan. Untuk menghidupi anak istri lebih dari cukup lah,” kata Pak Iswanto.