Melihat Eksistensi Kesenian Lengger di Desa Banjarwaru Cilacap, Sudah Jadi Bagian dalam Kehidupan Masyarakat Petani
Keberadaannya sangat berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat agraris petani.
Lengger merupakan kesenian masyarakat yang berkembang di kawasan Banyumas Raya. Keberadaannya sangat berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat agraris petani. Pada tahun 1970-an, Lengger sering dijadikan sebagai ujub atau nazar. Saat itu, banyak masyarakat yang percaya bahwa jika mereka tidak menyelenggarakan kesenian lengger, maka itu akan berdampak buruk bagi kehidupan mereka.
“Lengger itu sudah berkembang sedemikian rupa. Bahkan kami melihat lengger yang asli itu sudah tidak tampak lagi,” kata Darno, akademisi dan peneliti Lengger, dikutip dari kanal YouTube Kanca Budaya.
-
Apa itu Lontong Banjur? Menu lontong banjur ini unik. Kota Bandung tak pernah kehabisan pesonanya. Di bulan Ramadan misalnya, daerah berjuluk Paris Van Java itu memiliki berbagai takjil khas bernama lontong banjur.Mungkin namanya terdengar aneh. Namun jangan salah, kudapan asli Cibadak ini banyak diburu untuk takjil ketika berbuka puasa tiba. Menyantap lontong banjur berarti siap menerima kelezatan dari gurihnya lontong yang diberi kuah oncom. Rasanya, sudah tentu nagih.
-
Apa yang dilakukan oleh Pemkab Banyuwangi untuk mengatasi banjir di kawasan Kampung Lebak? “Rumah pompa dibangun untuk mengantisipasi banjir. Harapannya, ketika hujan deras, warga di sini tidak kebanjiran,” ungkapnya.
-
Apa itu Bingka khas Banjar? Kue tersebut disebut dengan Bingka yang secara kasat mata mirip seperti kue lumpur.
-
Di mana longsor di Banjarnegara terjadi? Pada 6 Februari 2024, terjadi longsor di Dusun Sigadung, Desa Kalitlaga, Pagentan, Banjarnegara.
-
Di mana Lontong Banjur dijual? Jika tertarik lontong banjur ini bisa diburu di Jalan Cibadak Nomor 8, Karanganyar, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat.
-
Bagaimana Pangeran Antasari memimpin Perang Banjar? Dalam perang ini, Pangeran Antasari muncul sebagai tokoh utama dalam memimpin perang melawan penjajah Belanda ini.
Berikut selengkapnya:
Bagian dari Kehidupan Masyarakat Petani
Salah satu desa yang masih kental kesenian Lengger adalah Desa Banjarwaru. Desa ini terletak di Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap. Di Desa Banjarwaru, Lengger sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat petani. Menjelang masa tanam, mereka akan mengadakan kesenian Lengger. Saat panen, mereka pun juga akan menyelenggarakan kesenian Lengger.
“Tahun 1970-an itu masa kejayaan Lengger. Karena tahun 1965-1970 itu hampir tidak ada pertunjukan sama sekali. Bahkan pada tahun 1970, kebangkitan Lengger di Banjarwaru sempat menjadi ‘viral’ pada masa itu,” ungkap Darno.
Masa Kejayaan Penari Lengger
Pada masanya, banyak kelompok petani di Banjarwaru yang memiliki kesenian Lengger. Bahkan dalam satu desa, ada 14 kelompok Lengger yang aktif. Ranti Sutarjo Hadi, salah satu penari Lengger asal Banjarwaru, mengatakan bahwa Lengger di desanya memiliki ciri khas dibandingkan dengan Lengger dari daerah Banyumas Raya lainnya.
Sementara itu Maryono, salah seorang pemain musik Lengger mengatakan bahwa pada masa lalu alat musik untuk memainkan Lengger masih berupa calung, gendang, dendem, kenong, dan gong tiup. Sementara saat ini kebanyakan musik lengger sudah dikombinasikan dengan alat musik modern seperti gamelan, drum, organ, dan sebagainya.
- Melihat Kehidupan Warga Kampung Terpencil di Banjarnegara, Hanya Ada 6 Rumah
- Melihat Lebih Dekat Keseharian Masyarakat Desa Tertinggi di Tanah Jawa, Setiap Hari Pakai Sarung Karena Kedinginan
- Mengenal Kelekak, Kearifan Lokal Masyarakat Bangka Belitung dalam Melestarikan Lingkungan
- Kisah Kehidupan Warga di Desa Terpencil di Wonogiri, Cari Rumput Harus Jalan Naik Turun Bukit
Punden Lengger
Dulu pentas Lengger dilakukan siang malam. Kadang pentas itu berlangsung sampai pagi. Di Banjarwaru ada sebuah punden yang sering dijadikan tempat untuk mementaskan Lengger. Masyarakat percaya apabila mereka bermain Lengger di sana maka ruh Melati akan masuk ke penari Lengger berikutnya.
“Itu akan terjadi terus-menerus. Ketika ruh Melati masuk ke Lengger siapa, lalu penari Lengger itu meninggal. Nanti dia akan masuk ke Lengger berikutnya. Sampai terakhir yang kemasukan indangnya Melati adalah Mbak Kami. Setelah itu tidak ada cerita bahwa indangnya Melati masih mengalir ke Lengger-Lengger berikutnya,” kata Darno dikutip dari kanal YouTube Kanca Budaya.
Campur Tangan Makhluk Gaib
Maryono mengatakan, indang merupakan semacam makhluk gaib yang mengayomi sebuah kesenian. Untuk mengundangnya perlu dibuatkan sejumlah sesaji.
Ia melanjutkan, indang yang ada di punden Lengger di antaranya Indang Mawar, Indang Kantil, dan Indang Melati. Untuk mengundangnya, perlu disertakan tiga jenis bunga yang sesuai dengan nama indang itu.
“Apabila mau ada pentas Lengger, sesaji ini akan kami serahkan pada yang berkuasa (bahureksa) di punden itu. Minta keselamatan serombongan kepada Allah SWT melalui para leluhur yang ada di punden itu,” ujar Maryono.
Krisis Regenerasi
Sama dengan kebanyakan kesenian tradisional lain, saat ini, Lengger Banjarwaru sedang mengalami krisis regenerasi. Selain alat musiknya sudah tidak murni musik tradisional, para anak muda di sana juga sudah jarang yang ingin mempelajari kesenian Lengger.
Begitu lulus SMA, mereka lebih memilih merantau menjadi pekerja migran ke luar negeri seperti Taiwan dan Hongkong yang gajinya besar. Belum lagi saat ini kesenian Lengger mulai jarang dipentaskan karena minat masyarakat yang juga sudah beralih ke kesenian modern.
“Jadi perlu ada keikutsertaan pemerintah bagaimana memberikan fasilitas kepada para pelaku seni karena tanpa partisipasi pemerintah, para pelaku seni ini akan melakukan tindakan seenaknya yang penting laku. Masa bodoh apakah mereka itu melestarikan kesenian lokal atau tidak,” tutup Darno dikutip dari kanal YouTube Kanca Budaya.