Mencicipi Lotek Legendaris dari Wonosobo, Berdiri Sejak 1965 dan Punya Cita Rasa Khas
Mbah Jami sudah berjualan lotek di tempat itu sejak tahun 1965. Walau begitu, masyarakat Wonosobo lebih mengenalnya dengan nama Lotek Brukmenceng.
Di pusat kota Wonosobo, terdapat kuliner lotek legendaris yang menjadi langganan pejabat-pejabat hingga orang dari luar kota. Lokasinya cukup dekat dengan Alun-Alun Kota Wonosobo.
Dikutip dari Wonosobokab.go.id, lotek ini milik Mbah Jami. Ia sudah berjualan lotek di tempat itu sejak tahun 1965. Walau begitu, masyarakat Wonosobo lebih mengenalnya dengan nama Lotek Brukmenceng.
-
Bagaimana bandara Lolak diresmikan? Peresmian ini ditandai dengan pendaratan perdana pesawat tipe DHC-6 Twin Otter maskapai SAM Air sekitar pukul 15.52 WITA.
-
Kapan Luweng Wareng terbentuk? Gua ini terbentuk ribuan tahun lalu akibat proses geologi amblasnya tanah dan vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi.
-
Kapan bandara Lolak diresmikan? Bandar udara (bandara) di Provinsi Sulawesi Utara kian bertambah, kini baru saja beroperasi bandara Lolak di Bolaang Mongondow, Minggu (18/2).
-
Mengapa Luweng Wareng terbentuk? Gua ini terbentuk ribuan tahun lalu akibat proses geologi amblasnya tanah dan vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi. Runtuhan tersebut akhirnya membentuk sinkhole atau sumuran, yang dalam bahasa Jawa disebut luweng.
-
Kapan Lukman Hakim meninggal? Lukman Hakim meninggal di Bonn pada 20 Agustus 1966.
-
Kapan Pasar Loak Lemahwungkuk buka? Pasar ini diketahui hadir setiap hari Minggu, mulai pagi hingga siang dengan pilihan barang yang komplet.
Melalui sebuah video yang diunggah pada 29 Juni 2024, kanal YouTube Official WEB TV Wonosobo menyempatkan diri untuk mengunjungi warung lotek legendaris itu. Seperti apa keseruannya? Berikut selengkapnya:
Diteruskan Oleh Anak Cucu
Dalam kesempatan itu, Official WEB TV Wonosobo bertemu langsung dengan Bu Jami. Di usianya yang sudah lanjut, ia tampak masih sehat untuk menyapa pembeli. Bu Jami bercerita, ia berjualan lotek mulai tahun 1965 hingga tahun 2013. Kini pengelolaan warung kuliner itu diteruskan oleh anaknya.
“Waktu itu saya pergi umroh. Waktu tahun 2018 saya jatuh. Terus tangan saya putus. Sejak saat itu saya nggak bisa berjualan lagi,” kata Bu Jami.
Lokasinya Strategis
Lokasi tempat berjualan Lotek Brukmenceng sangat strategis. Warung itu hanya lima menit bila berkendara dari Alun-Alun Kota Wonosobo. Warung makan ini dalam perkembangannya lebih terkenal dengan nama Brukmenceng karena lokasinya berada di sebelah jembatan (bruk) yang tidak lurus atau dalam bahasa setempat disebut “menceng”.
Walaupun kini dikelola oleh anak dan cucu Bu Jami, namun cita rasanya masih tetap terjaga. Bumbu lotek di warung itu dikenal cukup kental dan dibuat dalam sebuah cobek yang ukurannya cukup besar.
- Mencicipi Soto Legendaris Khas Blora yang Jadi Langganan Para Pejabat, Harganya Terjangkau dan Punya Cita Rasa Khas
- Mengunjungi Petilasan Ki Ageng Mangir, Sosok Legendaris Musuh Bebuyutan Panembahan Senopati
- Mencicipi Lontong Tuyuhan, Kuliner Khas Rembang Simpan Makna Filosofis
- Mencicipi Jajanan Legendaris Kerupuk Bangreng Khas Sumedang, Bungkusnya Unik
Jadi Langganan Para Pejabat
Setiap harinya, penjualan lotek bisa mencapai 200 piring. Itu belum termasuk rujak, minuman, dan gorengan lainnya. Harga satu porsi lotek adalah Rp15.000 rupiah. Para pelanggannya mulai dari anak sekolah, pegawai kantor, pedagang, hingga bupati. Menurut mereka, rasa loteknya tidak pernah berubah sejak awal warung itu berdiri.
“Dulu waktu masih jadi anggota dewan saya sering ke sini sama teman-teman. Tapi sudah tiga tahun ini mau ke sini waktunya belum ada. Dan Alhamdulillah saya ke sini bersama para caleg terpilih untuk ngobrol ngalor ngidul,” kata Bupati Wonosobo Arif Nurhidayat dikutip dari Official WEB Wonosobo TV.
Sudah Terlatih
Karena dibuat secara langsung, lotek itu sungguh terasa segar di lidah. Berbagai bahan sayuran segar seperti kubis, kacang panjang, kecambah, bayam, timun, tahu, dan ketupat, serta aneka buah yang dijual di warung itu selalu dijaga kesegarannya. Berbagai aneka kuliner seperti es buah, rujak, dan gorengan juga menjadi hidangan tambahan di warung sederhana itu.
Saat pelanggan cukup ramai, daftar antrean bisa mencapai 20 bungkus lebih. Namun anak dan cucu Bu Jami sudah terlatih sejak dulu untuk menyajikan lotek dengan cekatan.
“Biarpun saya sudah nggak jualan, saya tetap berdoa supaya anak cucu saya jualannya laris, dapat rezeki yang tidak kurang,” pungkas Bu Jami.