Di Balik Banyaknya Penduduk Jawa Dikirim ke Suriname, Sama-Sama Dijajah Belanda
Sebelum marak pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dilakukan pemerintah Republik Indonesia pada zaman ini, di masa penjajahan Belanda, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sebenarnya sudah dilakukan. Kebanyakan dari mereka merupakan orang-orang Jawa yang dikirim bekerja ke Suriname.
Sebelum marak pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang dilakukan pemerintah Republik Indonesia pada zaman ini, di masa penjajahan Belanda, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sebenarnya sudah dilakukan. Kebanyakan dari mereka merupakan orang-orang Jawa yang dikirim bekerja ke Suriname.
Waktu itu, Suriname juga merupakan negara jajahan Belanda. Pada rentang tahun 1890 sampai 1939, tercatat 32.956 tenaga kerja asal Pulau Jawa dikirim ke Suriname.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Dilansir dari Wikipedia, maksud dan tujuan pengiriman tenaga kerja itu adalah untuk membantu kekurangan pekerja di perkebunan yang ada di Suriname. Kekurangan itu terjadi karena dihapuskannya sistem perbudakan pada 1 Juli 1863. Akibatnya, jumlah pekerja berkurang dan banyak perkebunan yang jadi tidak terurus. Padahal, perekonomian Suriname bergantung pada sektor perkebunan itu.
Kondisi di Jawa
©Wikipedia.org
Di saat yang bersamaan, di Pulau Jawa sedang terjadi krisis ekonomi. Dalam disertasi yang ditulis oleh Dr. Yusuf Ismaildi pada tahun 1949, penyebab migrasi penduduk Jawa ke Suriname adalah kemiskinan yang diderita oleh penduduk pada beberapa tempat di Jawa.
Di sisi lain, Suriname menjanjikan lapangan pekerjaan melalui sektor perkebunannya. Kebanyakan dari mereka yang bermigrasi berasal dari Provinsi Jawa Tengah.
Akhirnya, pengiriman gelombang pertama terjadi pada tanggal 21 Mei 1980 oleh kapal SS Koningin Emma. Kapal ini diberangkatkan dari Batavia menuju Belanda.
Setelah itu barulah diberangkatkan menuju Suriname dan tiba pada tanggal 9 Agustus 1890. Oleh sebagian warga keturunan Indonesia yang tinggal di Surniame, tanggal ini merupakan tanggal bersejarah.
Gelombang Pengiriman ke Suriname
Di tahun-tahun berikutnya, gelombang pengiriman penduduk Jawa ke Suriname terus terjadi. Pada tanggal 16 Juni 1894 misalnya, terdapat 582 orang yang tiba di Suriname dengna kapal SS Voorwarts. Namun waktu itu kapal melebihi kapasitas. Akibatnya ada 64 orang yang meninggal dunia dan 85 orang yang dirawat di rumah sakit.
Waktu itu, tidak ada tanggapan dari Pemerintah Belanda tentang tragedi mengenaskan itu. Namun nyatanya, pengiriman terus terjadi sepanjang tahun. Pada akhirnya, program pengiriman tenaga kerja ini mampu mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa.
Kondisi di Suriname
©2014 Merdeka.com/Shutterstock/e X p o s e
Sebelum migrasi besar-besaran dari Jawa, sejak abad ke-16 Suriname sudah didiami para budak dari Afrika. Setelah itu datanglah para pekerja dari China dan India serta dari Jawa.
Saat orang-orang Jawa mendiami kawasan itu, mereka dipekerjakan di perkebunan tebu, cokelat, kopi, dan industri pabrik bauksit. Gaji para pekerja itu adalah 60 sen sehari untuk pekerja laki-laki dan 40 sen sehari untuk pekerja perempuan.
Berdasarkan perjanjian, mereka dikontrak selama 5 tahun untuk bekerja di sana. Setelah kontrak habis, mereka diberi hak untuk pulang kembali ke Indonesia atas biaya Pemerintah Belanda.
Setiap tahunnya, ada banyak penduduk Jawa yang menggunakan haknya untuk balik ke kampung halaman. Walau begitu, ada pula yang memilih menetap dan terus bekerja di Suriname.
Pulang ke Jawa
©2014 Merdeka.com
Pada tahun 1950, Suriname resmi menjadi daerah otonom di bawah Kerajaan Belanda, sehingga secara otomatis seluruh warga Suriname menjadi warga negara Belanda. Kebijakan ini ditentang oleh 75 persen orang Indonesia di sana. Mereka akhirnya lebih memilih pulang ke Indonesia walau harus dengan biaya sendiri.
Pada tanggal 15 Oktober 1951, mereka mendirikan Yayasan Tanah Air (YTA) yang dipimpin Salikin Hardjo dengan tujuan menyampaikan keinginan kepada Presiden Republik Indonesia untuk pulang ke Jawa. Berkat usaha yang gigih itu, pada 4 Januari 1954, rombongan pertama pulang ke Indonesia dengan menumpang kapal barang MS Langkoeas.
Saat kapal hendak meninggalkan Pelabuhan Paramaribo, Suriname, ribuan penduduk Suriname baik itu orang India, Tionghoa, ataupun orang Jawa yang masih tinggal di sana berjubel melepas kepergian kapal.
Ratusan perahu bermotor mengelilingi kapal untuk memberikan penghormatan. Hampir semua orang, baik yang di dalam kapal maupun pelabuhan menangis sambil mengucapkan kata perpisahan.