Warisan Budaya Islam di Klaten, Ini Fakta Menarik Tradisi Sebar Apem Yaa Qowiyyu
Tradisi itu berasal dari seorang tokoh syiar Islam di Klaten bernama Ki Ageng Gribig.
Tradisi itu berasal dari seorang tokoh syiar Islam di Klaten bernama Ki Ageng Gribig.
Warisan Budaya Islam di Klaten, Ini Fakta Menarik Tradisi Sebar Apem Yaa Qowiyyu
Di bawah terik sinar mentari, ribuan warga memadati pelataran Sendang Plampeyan, Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Setelah Salat Jumat, dua gunungan kue apem Lanang dan Wadon diturunkan ke pelataran Sendang Plampeyan untuk didoakan.
-
Apa tradisi Nyepuh? Tradisi Nyepuh jadi cara warga Ciamis menyambut bulan Ramadan.
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi Tueng Dara Baro? Dalam adat perkawinan masyarakat Aceh, seluruh rangkaian upacara pernikahan harus dilakukan tahap demi tahap, salah satunya adalah Upacara Tueng Dara Baro. Upacara ini mirip dengan "Ngunduh Mantu" atau penjemputan dan penerimaan pengantin perempuan di keluarga pihak laki-laki.
-
Apa yang dimaksud dengan "Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon"? Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon atau Kepungan Tumpeng Mogana merupakan sastra lisan tradisi tumpengan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah pesisir laut Selatan, tepatnya di Desa Mangunweni, Kecamatam Ayah, Kabupaten Kebumen.
-
Apa makna dari tradisi Damar Sewu? Damar sewu memiliki arti seribu cahaya api yang divisualisasikan dari penyalaan obor dan kelopak bunga Teratai yang dinyalakan oleh kesatria penunggang kuda.
-
Apa itu Tradisi Saptonan? Tradisi ini memiliki atraksi yang serupa ala koboi di Amerika, dengan nuansa kearifan lokal Sunda yang kental.Penunggangnya akan memacu kuda agar berlari cepat menuju garis yang ditentukan. Bukan senapan yang digunakan, melainkan tombak panjang yang kemudian akan dilemparkan ke titik tertentu. Saat pengguna kuda berhasil menombak dengan tepat sasaran, seketika para penontong langsung bersorak.
-
Bagaimana Tradisi Ya Lail dilakukan? Pelaksanaannya dimulai dengan kedatangan pengantin pria ke rumah pengantin perempuan dan disaksikan oleh sanak saudara serta masyarakat sekitar. Ketika tradisi dilakukan, pengantin perempuan akan duduk terbalik dengan pengantin laki-laki. Keduanya dihalingi oleh kain penghalang yang menjadi syarat sekaligus ciri khas adat tersebut.
Seusai didoakan, sebanyak lima ton kue apem disebar oleh Pengelola Pelestari Peninggalan Ki Ageng Gribig dari dua bangunan menara.
Sementara di bawah masyarakat yang telah menunggu sejak pagi saling berebut untuk mendapatkannya.
Mereka rela menunggu karena percaya akan mendapat berkah dari tiap kue apem yang mereka dapatkan. Tradisi itu dikenal dengan nama Yaa Qowiyyu.
Mengutip ANTARA, tradisi menyebar apem Yaa Qowiyyu telah diwariskan secara turun-temurun di tengah masyarakat Jatinom, Klaten. Tradisi itu dilestarikan untuk mengenang penyebar agama Islam di Jatinom, Ki Ageng Gribig.
Prosesi penyebaran itu diawali dengan kirab gunungan apem mengelilingi desa dan berhenti di Masjid Besar Jatinom. Gunungan itu ditaruh semalam di Masjid Besar Jatinom sebelum keesokan harinya disebar pada masyarakat.
Menurut sejarah, tradisi itu muncul pertama kali saat Ki Ageng Gribig baru pulang dari Makkah usai melaksanakan ibadah haji. Saat itu ia membawa kue apem sebagai oleh-oleh untuk anak, cucu, warga, dan juga pengikutnya.
Sebutan Yaa Qowwiyu berasal dari penggalan doa Yaa qowiyyu, Yaa Aziz qowina wal muslimin, Ya qowiyyu warsuqna wal muslimin, yang artinya Ya Tuhan, berikanlah kekuatan kepada kita segenap kaum muslimin.
- Mengenal Tradisi Ngalungi Sapi, Budaya Masyarakat Blora Warisan Nenek Moyang
- Menelusuri Tradisi Menahan Hujan Masyarakat Tuban untuk Mengelak Turunnya Hujan, Punya Fungsi Religius
- Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Intip Keunikan Tradisi Pernikahan Cio Tao Khas Cina Benteng Tangerang yang Dipandu Warga Muslim
- Mengenal Tradisi Sekaten, Media Penyebaran Islam Sejak Zaman Majapahit
Ajang Perpisahan Ganjar Pranowo
Pada Jumat (1/9), pelaksanaan tradisi apem Yaa Qowwiyu terasa spesial karena dihadiri oleh Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Lebih spesial lagi, momen itu dimanfaatkan Ganjar untuk menyampaikan salam perpisahan.
Ganjar mengaku senang melihat keceriaan warga menyambut tradisi itu. Di hadapan ribuan warga, ia menyampaikan terima kasih atas dukungan dan kerja sama yang terjalin selama ini.
“Saya juga mohon maaf jika ada yang kurang berkenan di hati bapak ibu sekalian. Saya nderek pamit, karena besok tanggal 5 September sudah pensiun. Saya tidak tahu apakah tahun depan diundang lagi untuk acara ini,”
kata Ganjar, mengutip Jatengprov.go.id pada Jumat (1/9).
merdeka.com