5 Juli 1962 Aljazair Merdeka dari Kependudukan Prancis, Ini Sejarahnya
Perjuangan kemerdekaan Aljazair dikenal sebagai salah satu yang paling brutal dalam sejarah dekolonisasi abad ke-20.
Perjuangan kemerdekaan Aljazair dikenal sebagai salah satu yang paling brutal dalam sejarah dekolonisasi abad ke-20.
5 Juli 1962 Aljazair Merdeka dari Kependudukan Prancis, Ini Sejarahnya
Pada 5 Juli 1962, Aljazair merayakan kemerdekaannya dari penjajahan Prancis, menandai berakhirnya perjuangan panjang dan berdarah selama hampir delapan tahun dalam Perang Kemerdekaan Aljazair.
Peristiwa ini adalah salah satu momen paling bersejarah bagi bangsa Aljazair, yang akhirnya berhasil melepaskan diri dari cengkeraman kolonialisme setelah lebih dari 130 tahun di bawah pemerintahan Prancis.
Hari kemerdekaan ini tidak hanya menjadi simbol kemenangan rakyat Aljazair, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak negara lain yang tengah berjuang untuk kemerdekaan mereka di era dekolonisasi.
-
Bagaimana cara TNI AL mendukung kemerdekaan Aljazair? Satuan Elite Kapal Selam ALRI Diperintahkan Menyelundupkan Senjata ke Aljazair. Jumlah Senjata yang Dikirim Cukup Banyak. ""Cukuplah. Lebih kurang dua kapal selam penuh," kata Bung Karno.
-
Apa yang dilakukan oleh Presiden Soekarno untuk mendukung kemerdekaan Aljazair? Satuan Elite Kapal Selam ALRI Diperintahkan Menyelundupkan Senjata ke Aljazair. Jumlah Senjata yang Dikirim Cukup Banyak. ""Cukuplah. Lebih kurang dua kapal selam penuh," kata Bung Karno.
-
Kenapa Presiden Soekarno memutuskan untuk mendukung kemerdekaan Aljazair? Bung Karno menjelaskan sama seperti Aljazair, Indonesia pun mengalami masa-masa sulit melawan kolonialisme. Karena itu tekadnya sudah bulat membantu mereka.
-
Apa yang dimaksud dengan kemerdekaan? Hari ini, tepat 78 tahun yang lalu, Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka. Merdeka dari segala penjajahan fisik dan mental kolonialisme yang telah beratus tahun bangsa ini alami.
-
Bagaimana Kiai Mahrus Aly berjuang dalam kemerdekaan? Dikutip dari liputan6.com, ia mengirim puluhan santri Lirboyo pilihannya untuk menumpas tentara sekutu di Kota Surabaya.
-
Bagaimana Masjid Al Anwar Angke berperan dalam perjuangan kemerdekaan? Kemudian, masjid ini juga pernah menjadi tempat rahasia bagi para pejuang kemerdekaan. Dahulu, para pemuda sering melakukan pertemuan rahasia di masjid ini. Mereka mengoordinasikan strategi melawan Belanda dan Jepang, sampai melakukan provokasi agar seluruh elemen masyarakat terlibat untuk memerdekakan Indonesia melalui khutbah. Bahkan, di sekitar area masjid kerap dijadikan tempat untuk latihan para pejuang bangsa dan menggembleng mental mereka melawan penjajah. Aktivitas ini dilakukan di sekitar area makam di belakang masjid.
Perjuangan kemerdekaan Aljazair dikenal sebagai salah satu yang paling brutal dalam sejarah dekolonisasi abad ke-20. Dimulai pada 1 November 1954, konflik ini melibatkan pertempuran sengit antara Front Pembebasan Nasional (FLN) Aljazair dan pasukan kolonial Prancis.
Perang ini menyebabkan korban jiwa yang sangat besar di kedua belah pihak dan memunculkan berbagai taktik perlawanan, termasuk gerilya, terorisme, dan represi brutal dari pemerintah kolonial. Meski demikian, semangat juang rakyat Aljazair tidak pernah padam, dan mereka terus berjuang untuk meraih kebebasan mereka.
Kemerdekaan Aljazair pada 5 Juli 1962 juga membawa dampak signifikan pada tatanan politik dan sosial di wilayah tersebut. Setelah merdeka, Aljazair menghadapi tantangan besar dalam membangun negara yang stabil dan makmur.
Namun, semangat nasionalisme yang kuat dan tekad untuk memperbaiki nasib bangsa menjadi pendorong utama bagi pemerintah dan rakyat Aljazair dalam membangun masa depan yang lebih baik. Berikut kisah selengkapnya tentang sejarah kemerdekaan Aljazair dari kependudukan Prancis yang terjadi pada 5 Juli 1962 lalu, dilansir dari berbagai sumber.
Dijajah Prancis Sejak Tahun 1830
Penjajahan Prancis di Aljazair dimulai pada tahun 1830, ketika pasukan Prancis di bawah komando Jenderal Bourmont mendarat di Algiers. Penaklukan ini diawali oleh konflik kecil yang kemudian berkembang menjadi alasan bagi Prancis untuk memperluas kekuasaannya di Afrika Utara.
Pada tanggal 5 Juli 1830, Algiers berhasil ditaklukkan, dan Prancis mulai menerapkan kekuasaan kolonialnya secara bertahap di seluruh wilayah Aljazair. Penjajahan ini menyebabkan perubahan drastis dalam struktur sosial, politik, dan ekonomi Aljazair, serta memicu perlawanan yang berlangsung selama lebih dari satu abad.
Selama masa penjajahan, Prancis menerapkan berbagai kebijakan yang sangat merugikan rakyat Aljazair. Tanah-tanah milik penduduk pribumi diambil alih dan diberikan kepada para pemukim Eropa, yang dikenal sebagai “pieds-noirs”. Kebijakan ini menyebabkan ribuan petani Aljazair kehilangan mata pencaharian dan tanah mereka.
Selain itu, Prancis juga menerapkan sistem hukum yang diskriminatif, di mana hukum kolonial lebih menguntungkan penduduk Eropa dan menindas penduduk asli. Diskriminasi rasial merajalela, dengan penduduk pribumi sering kali diperlakukan sebagai warga negara kelas dua.
Eksploitasi ekonomi juga menjadi ciri khas dari penjajahan Prancis di Aljazair. Sumber daya alam, termasuk pertanian dan mineral, dieksploitasi secara besar-besaran untuk kepentingan Prancis.
Sistem pajak yang berat dan tidak adil diterapkan kepada penduduk Aljazair, memperburuk kondisi ekonomi dan sosial mereka. Industri lokal yang ada hancur karena kebijakan ekonomi kolonial yang lebih mengutamakan impor barang-barang dari Prancis. Akibatnya, rakyat Aljazair mengalami kemiskinan yang meluas dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Penjajahan Prancis juga berdampak negatif pada budaya dan identitas nasional Aljazair. Prancis berusaha menghapus identitas budaya dan agama rakyat Aljazair melalui berbagai cara, termasuk pendidikan yang diatur untuk mengasimilasi penduduk pribumi ke dalam budaya Prancis. Bahasa Arab dan agama Islam ditekan, dan pendidikan yang tersedia bagi penduduk pribumi sangat terbatas.
Kebijakan-kebijakan ini memicu perlawanan dari berbagai kelompok di Aljazair, yang berusaha mempertahankan identitas mereka dan melawan penindasan kolonial. Perlawanan ini akhirnya memuncak dalam Perang Kemerdekaan Aljazair, yang dimulai pada tahun 1954.
Gerakan Nasionalis dan Awal Perlawanan
Setelah lebih dari seabad berada di bawah kekuasaan kolonial Prancis, rakyat Aljazair mulai membentuk berbagai gerakan nasionalis untuk melawan penindasan dan memperjuangkan hak-hak mereka. Gerakan ini berkembang pesat pada awal abad ke-20, dipicu oleh ketidakpuasan yang mendalam terhadap kebijakan kolonial yang diskriminatif dan eksploitatif.
Salah satu tokoh penting dalam gerakan nasionalis Aljazair adalah Messali Hadj. Pada tahun 1926, ia mendirikan Étoile Nord-Africaine (Bintang Afrika Utara), organisasi yang pertama kali menyuarakan kemerdekaan Aljazair dari Prancis.
Meski sempat dibubarkan oleh pemerintah kolonial, semangat perjuangan tidak padam. Messali Hadj kemudian mendirikan Partai Rakyat Aljazair (PPA) pada tahun 1937, yang fokus pada mobilisasi massa dan penyadaran politik di kalangan rakyat Aljazair. Partai ini menjadi cikal bakal gerakan nasionalis yang lebih besar dan terorganisir.
Pada tahun 1947, Messali Hadj membentuk Gerakan untuk Kemenangan Kebebasan Demokratik (MTLD), yang semakin memperkuat perjuangan kemerdekaan. MTLD berusaha mendapatkan dukungan luas dengan cara mengorganisir demonstrasi dan pemogokan, serta meningkatkan kesadaran politik di kalangan rakyat.
Meskipun demikian, ketegangan antara golongan moderat dan radikal dalam MTLD sering kali menghambat upaya konsolidasi gerakan. Konflik internal ini mengarah pada pembentukan sayap militan yang lebih radikal, yaitu Organisasi Rahasia (OS), yang kemudian menjadi cikal bakal Front Pembebasan Nasional (FLN).
Pada 1 November 1954, FLN melancarkan serangkaian serangan terkoordinasi terhadap pos-pos militer Prancis di seluruh Aljazair, yang menandai dimulainya Perang Kemerdekaan Aljazair. Serangan ini dirancang untuk menunjukkan tekad rakyat Aljazair dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mendapatkan perhatian internasional terhadap penderitaan mereka.
Raih Kemerdekaan pada 5 Juli 1962
Perang Kemerdekaan Aljazair berlangsung selama hampir delapan tahun dan penuh dengan kekerasan, dengan korban jiwa yang sangat besar di kedua belah pihak. Dukungan internasional terhadap perjuangan Aljazair semakin meningkat seiring berjalannya waktu, menambah tekanan terhadap Prancis untuk mengakhiri penjajahan mereka.
Pada tahun 1962, setelah berbagai perundingan dan tekanan internasional, Prancis dan FLN akhirnya menandatangani Perjanjian Evian pada Maret 1962. Perjanjian ini menetapkan gencatan senjata dan membuka jalan bagi referendum kemerdekaan
Pada 1 Juli 1962, rakyat Aljazair memberikan suara mereka dalam referendum dan secara bulat memilih untuk merdeka. Hasil referendum ini kemudian diakui secara internasional, dan pada tanggal 5 Juli 1962, Aljazair secara resmi mendeklarasikan kemerdekaannya dari Prancis. Hari itu menjadi momen bersejarah yang dirayakan dengan penuh kebanggaan oleh seluruh rakyat Aljazair.
Pemerintah baru yang dipimpin oleh FLN berusaha keras untuk mengatasi dampak dari perang yang berkepanjangan, termasuk memulihkan ekonomi, membangun infrastruktur, dan mengintegrasikan berbagai kelompok masyarakat yang sebelumnya terpecah oleh konflik.