Berusia Lebih dari 300 Tahun, Begini Kisah di Balik Kemegahan Masjid Tertua Sidoarjo
Masjid yang berada di samping mal ini merupakan pusat penyebaran Islam di Kota Lumpur
Masjid yang berada di samping mal ini merupakan pusat penyebaran Islam di Kota Lumpur
Berusia Lebih dari 300 Tahun, Begini Kisah di Balik Kemegahan Masjid Tertua Sidoarjo
Masjid Jami' Al Abror di Jalan Kauman Desa Pekauman merupakan salah satu saksi bisu sejarah berdirinya Kabupaten Sidoarjo. Masjid ini juga merupakan pusat penyebaran Islam di Sidoarjo pada masa silam.
-
Kapan Masjid Al-Abror didirikan? Pendiri Masjid Mengutip situs digilib.uinsa.ac.id, masjid ini didirikan pada tahun 1678.
-
Di mana Masjid Al-Jabbar berada? Masjid Al-Jabbar berlokasi di Bandung, Jawa Barat sementara masih ditutup untuk umum.
-
Bagaimana Masjid Jami' Matraman menjadi pusat dakwah? Masjid mulai berfungsi sebagai pusat dakwah setelah sebagian prajurit memutuskan untuk tinggal dan menjadi pendakwah.
-
Dimana Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman berada? Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman merupakan masjid terbesar di Pontianak dan masjid yang pertama kali berdiri di Provinsi Kalimantan Barat.
-
Apa yang membuat Masjid Al-Jabbar unik dan berbeda dari masjid lainnya? Desain arsitektur Al-Jabbar memiliki kesan futuristik. Fasilitas pelengkapnya terdapat taman kota dengan tema 25 nabi dan rasul. Danau retensi yang berfungsi sebagai pengendali banjir pun disulap bisa dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi.
-
Kapan Masjid Jami Assuruur diresmikan? Masjid ini masih mempertahankan bentuk bangunannya sejak diresmikan pada 1874.
Sejarah Masjid Jami' Al Abror
Masjid Jami' Al Abror didirikan oleh ulama bernama Kiai Muljadi atau Mbah Muljadi pada tahun 1678 masehi.
Kini, masjid ini sudah berusia nyaris 3,5 abad, tepatnya 346 tahun.
Mbah Muljadi
Mengutip NU Online, Mbah Muljadi merupakan ulama asal Mataram yang menyelamatkan diri dari pembantaian di Plered, Yogyakarta karena pemberontakan Trunojoyo sekitar tahun 1600-an.
Saat itu, lebih dari 5.000 ulama dikumpulkan oleh Raja Amangkurat I atau Sunan Amarat I, putra Sultan Agung. Raja Amangkurat I mengira para kiai turut membantu adiknya dalam upaya kudeta terhadap dirinya.
Dia pun marah berapi-api kepada para ulama tersebut dan bermaksud untuk membunuhnya.
Demi menghindari dari amukan Raja Amangkurat I, para ulama melawan serta melarikan diri ke tempat-tempat terpencil yang aman bagi keselamatan mereka.
Mbah Muljadi melarikan diri ke Desa Suko Kabupaten Sidoarjo. Tempat ini menjadi saksi Mbah Muljadi melanjutkan misi dakwahnya dari satu tempat ke tempat lain dengan cara berdagang.
Bekas Bangunan Kosong
Saat berdakwah di dekat pasar, Mbah Muljadi mengetahui ada bekas bangunan yang sudah kosong dan tak berpenghuni.
Tanpa merobohkan pondasi bangunan tersebut, Mbah Muljadi membangun tempat sederhana yang kemudian digunakan sebagai rumah ibadah sekaligus tempat berkumpul warga di sekitar pasar.
Selain salat, aktivitas yang sering dilakukan warga di masjid ialah membatik bersama.
- Didirikan pada Masa Awal Kerajaan Mataram Islam, Masjid Tua di Sleman Ini Telah Berusia 4 Abad
- Kisah di Balik Megahnya Masjid Agung Banten yang Berusia Hampir 5 Abad, Dikerjakan Arsitek dari Tiga Negara
- Hikayat Masjid Pecinan Tinggi Banten yang Berusia 400 Tahun, Kini Tersisa Menara dan Ruang Imam
- Berusia 332 Tahun, Begini Kisah Beduk di Masjid Jami Sabilul Huda Indramayu yang Suaranya Konon Terdengar Sampai Cirebon
Selama proses mendirikan masjid, Mbah Muljadi dibantu oleh Mbah Muso dan istrinya yang bernama Mbah Badrijah, pasutri asal Madura, serta Mbah Sayyid Salim dari Cirebon.
Potret Terkini Masjid Jami' Al Abror
Mengutip situs Sidita Disbudpar Provinsi Jawa Timu, Masjid Jami' Al Abror sudah direnovasi tiga kali. Kini hanya menyisakan tiga bagian bangunan asli peninggalan tahun 1678, yakni sumur, gerbang pintu masjid, dan makam para pendiri masjid.
Masjid yang nyaris berusia 3,5 abad ini masih menggunakan sumur peninggalan Mbah Muljadi. Adapun air sumur ini biasa digunakan untuk wudhu, minum, dan mandi.