Menengok Sejarah Masjid Agung Palembang, Warisan Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam Abad 18
Kota Palembang memiliki ragam bangunan kuno yang sampai sekarang masih bisa dijumpai.
Kota Palembang memiliki ragam bangunan kuno yang sampai sekarang masih bisa dijumpai.
Menengok Sejarah Masjid Agung Palembang, Warisan Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam Abad 18
Pulau Sumatra memiliki beragam peninggalan bangunan kuno yang kental dengan corak agama Islam. Salah satunya berada di Kota Palembang yang bernama Masjid Agung atau yang dulunya disebut dengan Masjid Sultan.
Masjid Agung ini merupakan bagian dari peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa dikenal dengan Jayo Wikramo.
-
Kapan Masjid Cheng Ho di Palembang diresmikan? Masjid ini berdiri di atas tanah hibah dari Pemerintah Daerah dan baru diresmikan pada tahun 2006 silam.
-
Kenapa Masjid Nurul Islam Tuo Kayu Jao penting bagi sejarah Islam di Sumatra Barat? Masjid tertua di Sumatra Barat ini menjadi peninggalan dari penyebaran dan peradaban agama Islam.
-
Apa ciri khas arsitektur Masjid Cheng Ho Palembang? Masjid Raya Cheng Ho Palembang ini memiliki dua menara mirip pagoda yang bernama "Habluminallah" dan "Hambluminannas". Keduanya memiliki lima lantai yang menyimbolkan salat wajib dalam sehari.
-
Kapan Masjid Agung Ponorogo dibangun? Masjid ini didirikan oleh bupati Tjokronegoro pada 1858.
-
Kapan Masjid Kuno Kaujon dibangun? Mengutip Youtube Mang Dhepi yang biasa memuat soal budaya dan sejarah Banten, di sana tertulis tahun pendiriannya pada 1936.
-
Mengapa Masjid Agung Sumenep memiliki ciri khas perpaduan budaya dari beberapa negara? Mengutip duniamasjid.islamic-center.or.id, pola ekletis ini merepresentasikan keberagaman etnis masyarakat yang tinggal di daerah penghasil garam tersebut.
Meski usianya sudah hampir 100-an tahun, tetapi bangunan ini tetap berdiri kokoh dan sudah menjadi salah satu ikon dari Kota Palembang. Tak hanya itu, arsitektur yang terbalut pada bangunan ini juga kental dengan percampuran antara Melayu, Cina, dan Eropa.
(Foto: Wikipedia)
Sejarah Masjid
Mengutip sumsel.kemenag.go.id, bangunan masjid yang terletak di Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I ini mulai dibangun pada tahun 1738 dan diresmikan pada 26 Mei 1748.
Masjid tertua di Palembang ini pada mulanya memiliki luas 1.080 meter persegi yang bisa diisi sebanyak 1.200 jemaah. Secara geografis, masjid ini berdiri tepat di belakang Benteng Kuto Besak yang dekat dengan aliran Sungai Musi.
Pada tahun 1819, masjid ini sempat dirombak oleh Pemerintah Kolonial Belanda setelah terjadinya perang besar. Kemudian, beberapa perombakan juga sempat dilakukan pada tahun 1893, 1916, 1950, dan 1970.
Dirancang Arsitek Eropa
Pembangunan Masjid Agung Palembang ini dulunya dirancang oleh seorang arsitek dari Eropa. Unsur-unsur arsitektur yang tersemat di bangunan ini dipadukan dari Nusantara, Eropa, dan Cina.
- Jadi yang Tertua di Kalimantan Barat, Ini Sejarah Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman
- Menilik Sejarah Gedung Balai Kota Padang, Bangunan Klasik yang Kental dengan Budaya Kolonial
- Menilik Sejarah Masjid Kiai Muara Ogan, Berdiri di Pertemuan Sungai Musi dan Sungai Ogan Sejak Tahun 1871
- Sejarah Masjid Al-Mahmudiyah Suro, Masjid Tertua di Palembang yang Punya Tradisi Unik
Ciri khas dari gaya arsitektur pada masjid ini adalah struktur bangunan berundak tiga dengan pucuknya yang berbentuk limas. Di bagian undakan tersebut terdapat ukiran-ukiran bunga merekah.
Kemudian, pada bagian undakan bangunan ini diambil dari unsur Hindu-Jawa yang konon juga diterapkan pada bangunan Masjid Agung Demak. Bagiana atap masjid berbentuk limas dengan tiga tingkatan, sangat mencirikan bentuk arsitektur lawas.
Perluasan Bangunan
Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin, Masjid Agung ini telah dimulai proses pembangunan menara yang terpisah dari bangunan utama dan berada di sisi Barat masjid. Pola menara masjid berbentuk segi enak dengan tinggi 20 meter.
Perluasan kompleks masjid pertama kali dilakukan pada tahun 1897 karena adanya tanah wakaf dari Sayyid Umar bin Muhammad Mustofa Assegaf Althoha dan Sayyid Achmad Bin Syech Shahab. Bermula dari inilah, nama Masjid Sultan diubah menjadi Masjid Agung.
Apabila dilihat dengan detail, bangunan menara ini begitu mirip dengan Kelenteng milik orang Tionghoa. Sementara itu bentuk atapnya melengkung di bagian ujungnya dan beratap genteng.
(Foto: duniamasjid.islamic-center.or.id)
Cagar Budaya Daerah
Perubahan bangunan masjid tentu tidak terelakkan. Seiring berjalannya waktu, masjid ini berubah wajah sehingga menimbulkan kesan segar dan mewah. Pada tahun 2000, masjid ini kembali direnovasi dan selesai pada tahun 2003.
Masjid Agung ini lalu diresmikan oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri dan bisa menampung hingga 9.000 jemaah. Saat ini, Masjid Agung sudah menjadi bagian dari cagar budaya daerah agar menjaga nilai-nilai filosofis yang pastinya tak ternilai harganya.