Mengenal Upacara Bekarang Iwak, Tradisi Menjaga Ekosistem Lingkungan ala Masyarakat Sumatra Selatan
Tradisi masyarakat Sumatra Selatan ini tak hanya menjadi kearifan lokal, melainkan juga bermanfaat untuk menjaga ekosistem alam.
Tradisi masyarakat Sumatra Selatan ini tak hanya menjadi kearifan lokal, melainkan juga bermanfaat untuk menjaga ekosistem alam.
Mengenal Upacara Bekarang Iwak, Tradisi Menjaga Ekosistem Lingkungan ala Masyarakat Sumatra Selatan
Selain keyakinan dan kepercayaan kepada leluhur, masyarakat bantaran sungai di Sumatera tentu tak lepas dari kebudayaan dan kearifan lokal yang sudah diwariskan secara turun-temurun. Salah satu budaya yang sampai sekarang masih dilaksanakan oleh masyarakat di Sumatera Selatan yang melibatkan sungai yaitu Upacara Bekarang Iwak.
Lantas, apa itu Upacara Bekarang Iwak? Simak ulasannya yang dirangkum oleh merdeka.com dari beberapa sumber berikut ini.
Tradisi Menangkap Ikan
Melansir dari jurnal 'Tinjauan Historis Bekarang: Warisan Budaya untuk Alam di Kecamatan Kikim Timur, Kabupaten Lahat', upacara Bekarang Iwak merupakan tradisi menangkap ikan menggunakan peralatan tradisional pada waktu tertentu.
-
Mengapa tradisi Kelekak sangat penting bagi pelestarian lingkungan di Bangka Belitung? Kelekak dilakukan dengan sengaja agar lahan yang sudah tidak ditanami oleh suatu tumbuhan akan digantikan dengan tanaman buah seperti durian, cempedak, duku, dan jenis tanaman lainnya. Seluruh tanaman tersebut ditinggal dan dibiarkan tumbuh hingga menjadi hutan tanaman buah di kemudian hari.
-
Bagaimana cara masyarakat Bangka Belitung menjalankan tradisi Kelekak? Kelekak adalah tanaman buah yang bisa dimanfaatkan hasilnya dan sudah berbentuk layaknya hutan. Tak tanggung-tanggung, masyarakat pedesaan di Bangka Belitung sudah melakukan Kelekak hingga seluas dua hektare bahkan lebih.
-
Apa yang dilakukan Sedulur Sikep dalam tradisi Lamporan untuk merawat lingkungan? Tradisi ini sebagai bentuk keresahan atas keresahan alam yang merajarela. Kerusakan alam merajarela. Hal itulah yang terjadi di kawasan Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah. Keprihatinan itu diungkap Gunretno, salah satu tokoh Sedulur Sikep Pati.
-
Mengapa Tradisi Panah Kasumedangan menjadi budaya penting di Sumedang? “Ini mulanya berawal dari raja pertama yakni Prabu Geusan Ulun yang membawa Panah Kasumedangan,” kata Ketua Wadah Endong Panah Kasumedangan Bayu Gustia Nugraha, menguntip YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX.
-
Apa yang dilakukan warga dalam tradisi Iriban? Dalam tradisi itu, seluruh warga kampung turun ke sendang yang ada di dusun untuk berburu ikan. Seluruh warga boleh mengambil ikan sepuasnya di sendang, tetapi mereka harus mengambil ikan itu tanpa menggunakan alat bantu apapun.
-
Apa yang dilakukan dalam tradisi Rumpak-rumpakan di Palembang? Tradisi warisan turun-temurun masyarakat Palembang ini dilakukan cara yang unik, yaitu keliling ke rumah-rumah tetangga di sebuah kampung atau Sanjo sambil diiringi dengan alunan musik rebana dan nyanyian selawat.
Salah satu daerah yang masih melaksanakan tradisi ini secara rutin yaitu berada di Kecamatan Kikim Timur, tepatnya Desa Gelumbang dan Desa Gunung Kembang. Lazimnya, upacara ini dilaksanakan menjelang hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, atau pada waktu tertentu lainnya.
Dilaksanakan di Kawasan Khusus
Pelaksanaan Bekarang hanya dilakukan di sebuah kawasan yang disebut 'Lubuk Larangan'. Setiap orang yang memancing ikan tidak memperhatikan dampak lain dalam proses penangkapannya.
Cara penangkapan yang salah tentunya bisa merusak alam sekitar, bahkan populasi ikan juga akan semakin turun drastis. Lambat laun, jumlah ikan di sungai akan semakin berkurang, dan orang-orang semakin sulit untuk menangkapnya.
Sarat Nilai Kearifan Lokal
Pelaksanaan upacara Bekarang Iwak ini dilakukan oleh warga secara bersama-sama. Dengan menggunakan alat tradisional dan Lubuk Larangan, tentu ekosistem sungai akan terjaga dengan baik sekaligus menjaga populasi jumlah ikan.
Selain menjaga alam, Bekarang Iwak juga mengandung nila-nilai kearifan lokal, yang pertama munculnya rasa gotong royong sesama masyarakat. Kedua, sabar dan bekerja keras, karena Bekarang sendiri harus ekstra sabar dan kerja keras. Ketiga, saling percaya dan tanggung jawab.
Pelaksanaan Bekaran Iwak biasanya di Sungai Empayang dan Sungai Kikim. Suka cita bertumpah ruah di kedua sungai tersebut. Hasil dari Bekarang akan dibagikan ke masyarakat sekitar, ada yang dijual dan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan desa.