Mengenal Upacara Martarsik, Ritual Tradisional Pemanggil Hujan Warisan Raja Bius di Tanah Batak
Martarsik merupakan salah satu ritual tradisional yang diwariskan secara turun-temurun kepada masyarakat Batak.
Martarsik merupakan salah satu ritual tradisional yang diwariskan secara turun-temurun kepada masyarakat Batak.
Mengenal Upacara Martarsik, Ritual Tradisional Pemanggil Hujan Warisan Raja Bius di Tanah Batak
Akibat pemanasan global, perubahan cuaca kini sulit untuk ditebak. Perubahan iklim juga dapat menyebabkan cuaca ekstrim yang tidak dapat diprediksikan.
Padahal dalam sektor pertanian, para petani mengandalkan kondisi cuaca dan iklim agar menghasilkan panen yang melimpah.
-
Kapan Ritual Adat Laluhan dilakukan? Pada peringatan hari jadi ke-218 Kota Kuala Kapuas, Acara Adat Laluhan khas Suku Dayak kembali digelar.
-
Bagaimana cara masyarakat Dayak melakukan Ritual Laluhan? Acara tersebut diawali dengan sejumlah kapal yang salah satunya ditumpangi Pejabat Bupati Kapuas, berlayar mengarungi Sungai Kapuas dari Dermaga Sei Pasah menuju Dermaga Danumare. Sementara pejabat dan masyarakat lainnya menunggu di Dermaga Danumare dengan batang suli yang siap dilemparkan. Saat kapal melintas, perangpun dimulai. Penumpang kapal dan masyarakat yang berada di dermaga saling melempar tombak dari batang suli.
-
Kenapa orang Batak melakukan tradisi Marsuap? Tradisi Marsuap dipercaya turun temurun oleh masyarakat Batak sebagai salah satu cara menghilangkan rasa duka setelah ditinggal orang yang dicintai untuk selamanya.
-
Di mana tradisi Ngitung Batih dilakukan? Mitos Masyarakat Desa Dongko Kabupaten Trenggalek masih mempercayai mitologi Kanjeng Ratu Kidul sebagai penguasa laut selatan Jawa.
-
Kapan ritual Bakar Tongkang dilakukan? Mengutip dari merdeka.com, ritual bakar tongkang dirayakan setiap tahun pada hari ke 16 bulan ke 15 berdasarkan kalender China.
-
Apa itu ritual Bakar Tongkang? Ritual ini seiring berjalannya waktu berubah menjadi sebuah festival yang dihadiri oleh masyarakat lokal maupun para wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Seperti salah satunya di Suku Batak, terdapat ritual memanggil hujan yang sudah diwariskan secara turun-temurun bernama Martarsik. Tak hanya unik, ritual ini juga melibatkan roh halus agar ritual ini bisa berjalan dengan baik.
Asal-usul Martarsik
Melansir dari kanal Youtube Romauli Edukasi, upacara Martarsik ini merupakan warisan dari Raja Bius ketika musim kemarau panjang telah melanda kawasan tempat tinggal sang raja.
Dulunya ritual ini dilaksanakan oleh istri para Raja ke XII yang berlangsung di sebuah tempat bernama Homban. Tempat ini konon dimiliki oleh setiap marga Batak.
Tidak diketahui pasti apakah ritual Martarsik sampai sekarang masih terus dilakukan. Tetapi, upacara ritual pemanggil hujan ini menjadi warisan budaya dari Raja Bius kepada orang-orang Batak.
Dilaksanakan Tanpa Busana
Ketika ritual ini berlangsung, biasanya akan dilakukan oleh para istri Raja XII di sebuah daerah bernama Pea Porohan Salaon. Lalu mereka mandi bersama dengan penuh suka cita.
Keunikan dari ritual Martarsik ini, setiap istri dari Raja XII melakukannya tanpa busana. Hal ini dilakukan di bawah alam sadar mereka alias ketika sudah dipengaruhi roh-roh halus.Selama ini ketika orang kerasukan roh-roh halus pastinya akan melakukan hal yang tidak terkontrol.
Namun, berbeda ketika pelaksanaan Martarsik ini, mereka justru dipengaruhi roh-roh yang positif, penuh suka cita, hingga sikap dan perilaku kebahagiaan.
Apabila aturan tersebut dilanggar, lelaki tersebut akan menerima hukuman dirajam hingga jera dan berjanji tidak merusak ritual Martarsik di kemudian hari.
Ada Kesengsaraan di Balik Kebahagiaan
Secara kasat mata, mereka memang kerasukan roh-roh kebahagiaan. Akan tetapi, di balik itu mereka justru merasakan kesengsaraan, seperti kehausan karena kemarau yang panjang.
Selain kesengsaraan, mereka juga terancam karena hutan-hutan yang tumbuh di sekitar tempat tinggal mereka mulai kekeringan dan lahan pertanian rusak karena musim kemarau.
Sembari mereka berenang dan mandi bersama, di antara mereka ada yang memohon agar segera turun hujan agar kekeringan bisa segera diatasi. Biasanya, mereka sambil berteriak dengan kalimat: 'Roho, Roho, Udan'.
- Mengenal Upacara Besale, Ritual Pengobatan Tradisional Khas Suku Anak Dalam
- Mengenal Ritual Adat Laluhan, Simbol Kegigihan Masyarakat Dayak dalam Pertahankan Wilayah dari Gangguan Musuh
- Mengenal Tari Batin, Kesenian Upacara Adat Lampung Barat yang Menjadi Simbol Keagungan
- Mengenal Tradisi Andung, Ungkapan Perasaan Duka saat Upacara Kematian Ala Suku Batak Toba