Menilik Pulau Cingkuak, Jejak Peninggalan Portugis dalam Geliat Perdagangan Rempah di Pantai Barat Sumatera
Pulau yang terletak di Teluk Painan ini dulunya merupakan benteng pertahanan Portugis yang digunakan sebagai loji Belanda untuk perdagangan lada.
Pulau yang terletak di Teluk Painan ini dulunya merupakan benteng pertahanan Portugis yang digunakan sebagai loji Belanda untuk perdagangan lada.
Menilik Pulau Cingkuak, Jejak Peninggalan Portugis dalam Geliat Perdagangan Rempah di Pantai Barat Sumatera
Dinamika perdagangan lada dan rempah-rempah lainnya sudah berlangsung ketika Kompeni Belanda tiba di Nusantara. Melalui jalur laut, rempah-rempah tadi kemudian dibawa menggunakan kapal-kapal besar menuju Eropa untuk diperdagangkan.
Pulau Sumatera merupakan salah satu wilayah yang menjadi basis besar perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Tak heran jika Belanda serta Portugis banyak mendirikan sebuah loji yang difungsikan sebagai pendukung perdagangan rempah serta emas. (Foto: Wikipedia)
-
Apa yang membuat Pulau Selayar begitu unik dan penting dalam sejarah perdagangan rempah-rempah? Sebuah pulau kecil yang terpisah dari daratan Sulawesi ini dulunya berperan penting dalam jalur perdagangan rempah di wilayah Timur Nusantara.
-
Kapan Suku Rejang tiba di pesisir barat Sumatera? Mereka diduga berlayar melintasi lautan dan menepi di pesisir barat Sumatera pada abad ke-2.
-
Bagaimana jalur perdagangan rempah di Sumatra Barat terjalin antara penduduk setempat dan pedagang asing? Teluk Bayur merupakan pelabuhan yang penting dalam perdagangan rempah antara warga pribumi dengan bangsa asing.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Dimanakah letak Pulau Sumba yang menjadi jawaban dari tebak-tebakan 'kuda, berjenggot, luas, serba ada'? Ya, jawaban dari petunjuk kuda, berjenggot, luas, serba ada ini mengarah ke Pulau Sumba.
-
Kisah cinta seperti apa yang terjadi di Pulau Kemaro? Mengutip dari keratonpalembang.com, Pulau Kemaro menjadi saksi kisah percintaan antar dua insan yaitu Siti Fatimah, anak Putri Raja Palembang dan anak Raja Cina bernama Tan Bun An.
Melansir dari situs jalurrempah.kemdikbud.go.id, tahun 1663 sebuah Loji yang berada di Pulau Cingkuak sudah hampir selesai dibangun dan meminta VOC untuk memberi izin melanjutkan perdagangan emas dan lada dari pulau tersebut.
Pulau Cingkuak ini menjadi gerbang utama dalam perdagangan emas maupun lada. Selain itu, peran dari pulau ini menjadi gudang rempah-rempah milik VOC sebelum melakukan pelayaran menuju Batavia.
Kawasan Benteng Portugis
Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Pulau Cingkuak berada di Teluk Painan, Pesisir Selatan. Dulunya pulau ini digunakan sebagai benteng bagi tentara Portugis. Namun, seiring berjalannya waktu pulau ini digunakan sebagai gudang lada VOC.
Pulau Cingkuak sendiri memiliki beberapa nama lain, di antaranya: Chinco, Poulo Chinco, Poulo Chinko (Dalam bahasa Portugis) Poeloe Tjinko, Poelau Tjingkoek, Pulu Tjinkuk (Dalam bahasa Belanda).
Hanya perlu waktu beberapa tahun saja VOC berhasil mengalihkan fungsi Pulau Cingkuak sebagai satelit perdagangan di bagian Pesisir Selatan pantai Barat Sumatera.
Ketika di bawah pimpinan Thomas Van Kempen, benteng Portugis di Pulau Cingkuak ini sudah seperti rumah tuan tanah layaknya di Eropa. Tata ruangnya didesain sedemikian rupa layaknya pemukiman yang dikelilingi benteng dengan tembok batu.
Membangun Benteng
Pada tahun 1709, Batavia mengeluarkan master plan untuk Pulau Cingkuak. van Poele Chinco memperlihatkan gambaran peta rencana VOC. Sisi Selatan pulau tersebut akan didirikan benteng bertembok, sementara bagian landai dan lapang di sebelah Utara mencakup bangunan permanen untuk mendukung aktivitas loji.
VOC sudah mulai membangun benteng kokoh dengan tembok beton yang dilengkapi dengan meriam, gudang senjata, dan gudang lada. Kemudian, gudang lada beserta fasilitas perkantoran serta kamp prajurit serta penjara tahanan.
- Disambut Heboh Sekampung, Pria Turki Rela Naik Perahu Datang ke Maluku Utara Demi Temui Kekasih
- Benteng Kuta Lubok, Titik Penting Pertahanan Tentara Portugis di Ujung Barat Nusantara
- Sosok Hang Nadim Laksamana Perang Pencentus Gerilya Air dan Perjuangannya Lindungi Bintan dari Jajahan Portugis
- Pulau di Sumenep Ini Bak Surga Dunia tapi Ditinggal Penduduknya Merantau, Intip Potretnya
Pada bagian luar benteng, banyak dibangun rumah-rumah pemukiman Eropa yang bisa menampung kurang lebih 50 keluarga, lalu ada gereja, tempat pemandian dan juga fasilitas publik seperti rumah sakit, serta taman-taman.
Selain menjadi satelit perdagangan, pihak VOC juga sempat mewacanakan jika Cingkuak didirikan kantor pusat untuk wilayah Sumatera dan membuka perdagangan bebas serta dikenakan pembayaran bea masuk dan keluar. (Foto: Jadesta Kemenparekraf)
Pusat Perdagangan VOC
Singkat cerita, Cingkuak berubah menjadi pusat dagang VOC untuk mendapatkan lada serta menjadi pemukiman utama bagi orang-orang Belanda di Pesisir Minangkabau
Di ujung abad 18, loji di Pulau Cingkuak sudah menjadi poros inti dari perdagangan ekspor maupun impor yang membawa berbagai macam komoditas, mulai dari emas, kamper, gading gajah, budak, koin perak, kain dan sebagainya.
Melalui loji ini juga dijalankan politik dagang VOC untuk mengamankan pasokan lada, mengirim serdadu beserta senjata menggunakan kapal-kapal besar untuk membantu suatu pihak dalam berperang melawan musuh lokal.
Peninggalan Sejarah
Kini, Pulau Cingkuak sudah bagian dari Cagar Budaya di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat. Banyak sekali jejak-jejak peninggalan yang tersisa di pulau ini dan masih bisa dilihat wujudnya.
Mulai dari bagian pintu masuk pulau, masih menyisakan bentuk-bentuk maupun sisa dari dermaga yang berada di sebelah Timur. Dermaga ini berupa susunan dari batu andesit.