Mengenal Sosok Datuk Itam, Pria Keturunan India Ini Torehkan Sejarah di Tapanuli Tengah
Pria keturunan India ini telah memberikan dampak dan menorehkan sejarah di wilayah Sorkam, sebuah kecamatan di Tapanuli Utara.
Pria keturunan India ini telah memberikan dampak dan menorehkan sejarah di wilayah Sorkam, sebuah kecamatan di Tapanuli Utara.
Mengenal Sosok Datuk Itam, Pria Keturunan India Ini Torehkan Sejarah di Tapanuli Tengah
Pada masa kolonial banyak sekali orang-orang Asia yang berdatangan ke Nusanantara tepatnya di Sumatera Utara. Rata-rata mereka datang untuk mendapatkan peruntungan menjadi seorang pedagang.
Beberapa dari mereka memilih untuk menetap dan berbaur dengan masyarakat Pribumi. Alhasil, seiring berjalannya waktu terjadilah momentum akulturasi dan bahkan ajaran-ajaran agama yang mereka biasa lakukan di negara asal.
-
Siapa yang menjadi ketua Dewan Pembina Tim Hukum AMIN di Sumatera Selatan? Hingga kini THN AMIN telah hadir pula di seluruh kabupaten dan kota di Sumsel. Mantan Gubernur Herman Deru didapuk menjadi Ketua Dewan Pembina THN AMIN Sumsel, sementara advokat senior HM Antoni Toha menjadi Ketua THN Sumsel.
-
Siapa yang memimpin Dewan Garuda di Sumatera Selatan? Kolonel Barlian bin H. Senapi Anggur, lahir 23 Juli 1922 di Tanjung Sakti, Sumatera Selatan ini adalah mantan Panglima Kodam IV/Sriwijaya sekaligus salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia.
-
Siapa yang menjadi sorotan karena menari ala India? Nursyah, ibu dari Indah Permatasari, telah berhasil memikat perhatian netizen dengan aksinya menari ala India yang menjadi viral di media sosial.
-
Kapan Sumatra Thawalib resmi didirikan? Pada tahun 1918, nama Koperasi Pelajar berubah menjadi Sumatra Thawalib yang dicanangkan oleh Ichwan, El Yunusy, Jalaluddin Thalib, dan Inyiak Mandua Basa pada tahun 1919.
-
Siapa yang mengundurkan diri dari jabatan ketua tim pemenangan Ganjar-Mahfud di Sulawesi Selatan? Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto menyampaikan telah mengundurkan diri sebagai Ketua Tim Pemenangan Daerah (TPD) Ganjar Pranowo-Mahfud MD Sulawesi Selatan.
-
Siapa pemimpin Serangan Umum Surakarta? Serangan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Kota Solo dikepung dari semua sisi oleh anggota gerilya yang menyerbu kota pada pagi hari.
Di Tapanuli Tengah, ada satu sosok yang cukup memberikan dampak dan pengaruh bagi masyarakat di sana. Meski awalnya datang untuk berdagang, akan tetapi pria ini justru bisa memberikan pengaruh yang besar.
Siapakah sosok tersebut? Simak informasinya yang dirangkum oleh merdeka.com berikut ini.
Lahir di India
Sosok yang berpengaruh di Tapanuli Tengah ini bernama Abdul Muthalib yang memperoleh gelar Datuk Bandaharo Kayo karena kepiawaiannya dalam berdagang. Abdul Muthalib lahir di Nagur, India Selatan pada tahun 1760 ini kerap dikenal dengan sebutan Datuk Itam.
Mengutip dari situs indonesia.go.id, lahirnya nama Datuk Itam karena kulitnya yang berwarna hitam legam. Nama inilah yang justru familiar di kalangan masyarakat dan juga pemerintah Belanda saat itu.
Dikirim untuk Berdagang
Datuk Itam dikirim oleh Pemerintah Inggris untuk berdagang dan bekerja. Awal kisahnya, Datuk Itam dikirim ke Bengkulu terlebih dahulu. Seiring berjalannya waktu, kehadiran dirinya memberikan pengaruh besar.
Ketika di Bengkulu, ia membangun sebuah kampung bernama "Kampung Nagur" yang diambil dari nama daerah kelahirannya. Sampai sekarang, kawasan tersebut masih berdiri dan berubah nama menjadi Kampung Nala.
Selain membangun kampung, Datuk Itam juga menyebarkan ajaran agama Islam di Bengkulu. Bahkan, sosoknya dianggap pelopor penyebaran Islam di Bengkulu. Keahlian berdagangnya yang tinggi, ia kerap menjadai perantara dagang Inggris di sana.
Lebarkan Sayap
Atas kesuksesannya di bidang perdagangan membuat Datuk Itam mulai melebarkan sayap hingga ke Teluk Tapian Nauli, sebuah daerah di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Semua ini bermula ketika Inggris berhasil menemukan daerah dengan potensi daya kapur baru, garam, dan kemenyan di Sumatera Utara dan berencana membuka kantor perwakilan dagang di Tapanuli Tengah. Mendengar kabar itu, Datuk Itam pun ikut berdagang di sana.
Beberapa sumber lain mengatakan bahwa Datuk Itam datang ke tempat ini karena mendapatkan tugas dari Pemerintah Inggris untuk memperkuat perwakilan dagang di Batak sekitar tahun 1793.
Di sisi lain, Datuk Itam tetap konsisten menyebarkan ajaran Islam di Poncan Ketek. Maka dari itu, sosoknya begitu terkenal sebagai pedagang sukses dan seorang pemuka agama Islam yang disegani.
Dirikan Sekolah
Sembari menyebarkan ajaran Islam di sana, Datuk Itam turut menderikan sekolah agama Islam tanpa membayar sepersenpun. Murid-murid yang belajar di sekolah ini rata-rata berasal dari seluruh wilayah Tapanuli.
Keuletan dan kepiawaian Datuk Itam dalam berdagang sekaligus menyebarkan ajaran Islam justru memberikan dampak positif dan mencatatkan sebuah sejarah yang akan terus dikenang hingga masa depan nanti.
Datuk Itam wafat pada tahun 1836 dan makamnya ada di Pulau Poncan Katek. Ia meninggalkan tiga orang istri dan enam orang anak.
Sosoknya juga akrab dengan masyarakat Pribumi karena semasa hidup Ia dikenal tidak segan membantu.