Menguak Sejarah Kue Serabi di Kota Solo, Sudah Dikenal Sejak Era Kerajaan Mataram
Kemunculannya tidak bisa lepas dari Kue Apem yang dibawa dari India
Kemunculannya tidak bisa lepas dari Kue Apem yang dibawa dari India
Menguak Sejarah Kue Srabi di Kota Solo, Sudah Dikenal Sejak Era Kerajaan Mataram
Serabi merupakan makanan kue khas Kota Solo. Asal-usulnya sendiri masih diperdebatkan. Pakar kuliner Bondan Winarno menyebut serabi sebagai modifikasi dari kue apem yang berasal dari India.
Kue apem kemudian berkembang menjadi serabi yang lebih lembut karena menggunakan santan lebih banyak.
-
Di mana sate pertama kali populer di Indonesia? Diperkirakan Ponorogo menjadi kota pertama sate mulai populer dan menyebar.
-
Dimana Sate Sapi Pak Kempleng awalnya dijual? Dikutip dari kanal YouTube J. Christiono, nama asli Pak Kempleng adalah Pak Sakimin. Ia merintis berjualan sate dengan berkeliling Kota Ungaran sejak tahun 1960-an. Namun pada tahun 1972 Pak Sakimin meninggal dunia. Usaha itu kemudian diteruskan oleh putra keduanya, Pak Mulyono.
-
Dimana Serabi Kalibeluk dibuat? Sesuai namanya, kuliner ini berasal dari Desa Kalibeluk, Kecamatan Warungasem. Ciri khas serabi ini adalah ukurannya yang besar atau jumbo.
-
Kue tradisional apa yang berasal dari Sulawesi? 2. Kue Deppa Tori khas SulawesiBahan-bahan:500 gram tepung beras250 gram gula merah120 ml air1/4 sdm baking powder1/4 sdm vanili bubukbiji wijen secukupnya minyak goreng secukupnyaCara membuat:1. Campurkan tepung beras, vanili bubuk dan baking powder, aduk hingga merata.2. Iris tipis gula merah. Campurkan dengan air, masak hingga mendidih dan gula larut.
-
Dimana Kue Saren berasal? Kue Saren merupakan makanan tradisional khas Jambi yang sering dibuat oleh masyarakat yang tinggal di daerah Jambi Kota Seberang.
-
Kapan kebab mulai dikenal di Indonesia? Meski berasal dari Turki, eksistensi kebab di Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi.
Pada tahun 1923, pasangan Tionghoa Hoo Gek Hon dan Tan Giok Lan membuka usaha kuliner kue apem di Jalan Veteran Solo. Mereka kemudian pindah ke Jalan Yos Sudarso, lalu menetap di Jalan Mohammad Yamin, Solo.
Pasangan itu kemudian berjualan serabi. Itu terjadi secara tidak sengaja. Suatu hari ada pelanggan yang minta dibuatkan apem berbentuk pipih yang kemudian dikenal sebagai serabi.
Seiring waktu dan tambahnya peminat, mereka menciptakan srabi sebagai pengembangan dari kue apem. Di luar dugaan, serabi justru lebih digemari dari pada apem.
Dilansir dari website Indonesiakaya.com, serabi sendiri sudah dikenal sejak Kerajaan Mataram.
Makanan itu beberapa kali disebut dalam Serat Centhini yang ditulis para pujangga Keraton Surakarta selama tahun 1814-1823 atas perintah Pakubuwono V.
Waktu itu, makanan tersebut dibuat sebagai sesaji dalam proses ijab atau pernikahan, ruwahan, dan terutama kudapan.
Di kemudian hari, kue srabi menjadi identitas kuliner Kota Surakarta. Beberapa tempat yang menjadi pusat jajanan srabi adalah di daerah Pasar Pon, pasar tradisional, serta Kampung Notokusuman.
“Sampai sekarang nama Srabi Notokusuman masih menjadi oleh-oleh khas Surakarta. Dinamakan demikian karena pembuat srabi yang enak berada di Kampung Notokusuman,” tulis Wahjudi Pantja Sujanta dalam buku “Kuliner Jawa dalam Serat Centini”.
Serabi Notokusuman kemudian identik dengan jajanan pasar buatan pasangan Hoo Gek Hok dan Tan Giok Lan. Salah satu cirinya adalah mereka menumbuk sendiri beras yang menjadi bahan bakunya. Beras yang digunakan merupakan yang kualitasnya terbaik, yaitu beras cendani dari Cianjur.
Usaha Serabi Notokusuman kemudian diwariskan secara turun-temurun. Kini bisnis kuliner tersebut diteruskan oleh kakak-beradik Handayani dan Lidia. Handayani menempati lokasi di outlet sejak era kakeknya di Jalan Mohammad Yamin, sedangkan Lidia membuka outlet lain tak jauh dari sana.
Kedua outlet ini memiliki cara berbeda dalam memasak. Outlet milik Handayani memakai tutup wajan dari tanah liat, sementara outlet milik Lidia memakai tutup dari alumunium. Kedua outlet ini ditata terbuka sehingga pelanggan bisa melihat langsung proses produksi hingga penyajian makanan.
Biasanya untuk memenuhi selera pembeli, banyak pembuat srabi menjual kue tersebut dalam berbagai rasa dan aroma yaitu Nangka, stroberi, pandan, keju, dan lain-lain. Namun dari dulu hingga sekarang Srabi Notokusuman tetap konsisten membuat dan menjual kue srabi dalam dua rasa yaitu srabi polos dan srabi bertabur cokelat.