Menguak Sejarah Kue Serabi di Kota Solo, Sudah Dikenal Sejak Era Kerajaan Mataram
Kemunculannya tidak bisa lepas dari Kue Apem yang dibawa dari India
Kemunculannya tidak bisa lepas dari Kue Apem yang dibawa dari India
Menguak Sejarah Kue Srabi di Kota Solo, Sudah Dikenal Sejak Era Kerajaan Mataram
Serabi merupakan makanan kue khas Kota Solo. Asal-usulnya sendiri masih diperdebatkan. Pakar kuliner Bondan Winarno menyebut serabi sebagai modifikasi dari kue apem yang berasal dari India.
Kue apem kemudian berkembang menjadi serabi yang lebih lembut karena menggunakan santan lebih banyak.
-
Bagaimana cara mengenal kuliner khas Solo? Anda juga bisa mencicipi kuliner khas setempat tiap berkunjung ke suatu kota atau daerah. Kali ini, Merdeka.com akan mengajak Anda berkenalan dengan aneka kuliner Solo.
-
Kenapa kuliner tradisional populer di Solo? Solo memang terkenal dengan berbagai kuliner tradisionalnya.
-
Apa saja kuliner khas Solo yang patut dicoba? Surakarta atau Solo terkenal sebagai pusat batik dan kuliner murah meriah. Nah, kuliner apa saja yang patut dicoba saat berkunjung ke kota ini?
-
Di mana sate pertama kali populer di Indonesia? Diperkirakan Ponorogo menjadi kota pertama sate mulai populer dan menyebar.
-
Bagaimana angkringan di Solo dulunya? Diketahui pada waktu itu para pedagang angkringan harus memikul dagangannya keluar masuk kampung demi mencari pembeli.
-
Dimana Sate Sapi Pak Kempleng awalnya dijual? Dikutip dari kanal YouTube J. Christiono, nama asli Pak Kempleng adalah Pak Sakimin. Ia merintis berjualan sate dengan berkeliling Kota Ungaran sejak tahun 1960-an. Namun pada tahun 1972 Pak Sakimin meninggal dunia. Usaha itu kemudian diteruskan oleh putra keduanya, Pak Mulyono.
Pada tahun 1923, pasangan Tionghoa Hoo Gek Hon dan Tan Giok Lan membuka usaha kuliner kue apem di Jalan Veteran Solo. Mereka kemudian pindah ke Jalan Yos Sudarso, lalu menetap di Jalan Mohammad Yamin, Solo.
Pasangan itu kemudian berjualan serabi. Itu terjadi secara tidak sengaja. Suatu hari ada pelanggan yang minta dibuatkan apem berbentuk pipih yang kemudian dikenal sebagai serabi.
Seiring waktu dan tambahnya peminat, mereka menciptakan srabi sebagai pengembangan dari kue apem. Di luar dugaan, serabi justru lebih digemari dari pada apem.
Dilansir dari website Indonesiakaya.com, serabi sendiri sudah dikenal sejak Kerajaan Mataram.
Makanan itu beberapa kali disebut dalam Serat Centhini yang ditulis para pujangga Keraton Surakarta selama tahun 1814-1823 atas perintah Pakubuwono V.
Waktu itu, makanan tersebut dibuat sebagai sesaji dalam proses ijab atau pernikahan, ruwahan, dan terutama kudapan.
Di kemudian hari, kue srabi menjadi identitas kuliner Kota Surakarta. Beberapa tempat yang menjadi pusat jajanan srabi adalah di daerah Pasar Pon, pasar tradisional, serta Kampung Notokusuman.
“Sampai sekarang nama Srabi Notokusuman masih menjadi oleh-oleh khas Surakarta. Dinamakan demikian karena pembuat srabi yang enak berada di Kampung Notokusuman,” tulis Wahjudi Pantja Sujanta dalam buku “Kuliner Jawa dalam Serat Centini”.
Serabi Notokusuman kemudian identik dengan jajanan pasar buatan pasangan Hoo Gek Hok dan Tan Giok Lan. Salah satu cirinya adalah mereka menumbuk sendiri beras yang menjadi bahan bakunya. Beras yang digunakan merupakan yang kualitasnya terbaik, yaitu beras cendani dari Cianjur.
Usaha Serabi Notokusuman kemudian diwariskan secara turun-temurun. Kini bisnis kuliner tersebut diteruskan oleh kakak-beradik Handayani dan Lidia. Handayani menempati lokasi di outlet sejak era kakeknya di Jalan Mohammad Yamin, sedangkan Lidia membuka outlet lain tak jauh dari sana.
Kedua outlet ini memiliki cara berbeda dalam memasak. Outlet milik Handayani memakai tutup wajan dari tanah liat, sementara outlet milik Lidia memakai tutup dari alumunium. Kedua outlet ini ditata terbuka sehingga pelanggan bisa melihat langsung proses produksi hingga penyajian makanan.
Biasanya untuk memenuhi selera pembeli, banyak pembuat srabi menjual kue tersebut dalam berbagai rasa dan aroma yaitu Nangka, stroberi, pandan, keju, dan lain-lain. Namun dari dulu hingga sekarang Srabi Notokusuman tetap konsisten membuat dan menjual kue srabi dalam dua rasa yaitu srabi polos dan srabi bertabur cokelat.