Menyusuri Makam Lareh Canduang, Saksi Eksistensi Jabatan Adat Buatan Belanda di Minangkabau
Tempat ini menjadi bukti warisan peninggalan sejarah kolonial berupa 'jabatan' yang pada saat itu cukup bergengsi di daerah Minangkabau.
Tempat ini menjadi bukti primer warisan peninggalan sejarah kolonial berupa 'jabatan' yang pada saat itu cukup bergengsi di daerah Minangkabau.
Menyusuri Makam Lareh Canduang, Saksi Eksistensi Jabatan Adat Buatan Belanda di Minangkabau
Sumatera Barat tepatnya di Kabupaten Agam menjadi salah satu wilayah yang terdapat sumber-sumber peninggalan sejarah kolonial Belanda.
Salah satunya yaitu peninggalan makam Lareh Canduang yang berada di Jorong Batu Belantai, Kecamatan Canduang. (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
-
Di mana letak situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Situs tersebut berada di tengah pemukiman penduduk dan hanya berjarak 300 meter dari tepi Sungai Pawan.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Apa yang ditemukan di situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Di Kota Ketapang, Kalimantan Barat, ada sebuah situs peninggalan Hindu Buddha. Peninggalan itu kemudian dikenal dengan nama Candi Negeri Baru.
-
Dimana letak Pelabuhan Buleleng yang memiliki nilai historis? Karena terletak di ujung utara, pelabuhan tersebut menjadi pusat lalu lintas Pulau Bali dari luar pulau bahkan luar negeri.
-
Di mana situs Kerajaan Sriwijaya ditemukan? Pemancing Temukan "Pulau Emas", Situs Kerajaan Sriwijaya Berusia 400 Tahun Situs kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu yang dikenal sebagai Pulau Emas telah ditemukan para pemancing lokal yang melakukan penyelaman malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
-
Bagaimana menara tersebut di gambarkan dalam sumber sejarah? Menara ini memiliki empat sisi yang tergambar dengan jelas dalam ilustrasi kuno.
Lebih dari sekedar peninggalan sejarah, ternyata Lareh Canduang ini merupakan sebuah jabatan penting yang dibentuk oleh pemerintah kolonial kala itu. Tujuan pembentukan jabatan tersebut agar masyarakat Minangkabau bisa terkontrol dengan sistematis.
Penasaran dengan makam tersebut? Simak informasi selengkapnya yang dirangkum merdeka.com (4/6) dari berbagai sumber berikut ini.
Apa itu Tuanku Lareh?
Melansir dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, Tuanku Lareh adalah sebuah jabatan adat yang dibuat langsung oleh pemerintah kolonial. Untuk jabatan ini secara umum dipilih dari kalangan penghulu yang tersohor di sebuah wilayah.
Gelar Tuanku Lareh atau dalam bahasa Belanda dinamakan "Larashoofd" yang berarti Kepala Laras ini dulunya menjadi jabatan bergengsi.
Tanpa diketahui pasti dampak dari pembentukan jabatan oleh pemerintah kolonial, tetapi Tuanku Lareh ini dibentuk untuk mengontrol masyarakat Minangkabau.
Ada 3 Makam
Situs Makam Tuanku Lareh memiliki luas sekitar 663 meter persegi terletak di Jorong Batu Belantai, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat serta masih termasuk dalam wilayah pemakaman Tuanku Lareh Canduang dari Suku Sikumbang.
Selain itu, di dalam kompleks ini terdapat 3 buah makam yang masing-masing berukuran 51x24 meter. Kabar baiknya, ketiga makam tersebut masih bisa diidentifikasi namanya.
Terakhir ada Makam Abdul Karim bergelar Datuak Panduko Sianso, yang diketahui mulai menjabat pada tahun 1857.
Situs Cagar Budaya
Untuk menyelamatkan dan melestarikan peninggalan sejarah Belanda yang cukup penting ini, pemerintah setempat sudah menetapkan kompleks makam ini sudah ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh BPCB Sumatera Barat.
- Menguak Sejarah Kejayaan Kerajaan Lasem, Wilayah Bawahan Majapahit yang Dipimpin Seorang Perempuan
- Menilik Sejarah Gedung Balai Kota Padang, Bangunan Klasik yang Kental dengan Budaya Kolonial
- Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan
- Sejarah Kabupaten Kuningan, Salah Satu Daerah Tertua di Jawa Barat yang Sudah Ditinggali sejak 3500 SM
Uniknya dari makam ini adalah terdapat bahan-bahan nisan yang terbuat dari menhir. Bentuknya pun sederhana, pipih cenderung lebar serta berukuran cukup besar.