Sejarah Tari Serampang XII, Perpaduan Budaya Melayu dengan 12 Macam Gerakan Tarian
Tari Serampang XII, kesenian tradisional dari Sumatra Utara yang menggambarkan kisah asmara dengan 12 ragam gerakan berbeda.
Sumatra Utara memiliki ragam kesenian tradisional yang kental dengan budaya Melayu. Salah satunya Tari Serampang XII yang memadukan unsur Melayu Deli.
Sejarah Tari Serampang XII, Perpaduan Budaya Melayu dengan 12 Macam Gerakan Tarian
Profil Pendiri
Tari Serampang XII menjadi salah satu tari tradisional asal Sumatra Utara yang terdiri dari 12 gerakan berbeda. Selain itu, di setiap penampilannya penuh dengan nuansa Melayu Deli yang kental.
Namun, tarian ini rupanya diciptakan oleh seorang pria bernama Guru Sauti. Ia kelahiran Pantai Cermin tahun 1903. IA merupakan tokoh di balik lahirnya tarian khas Sumatra Utara tersebut.
-
Mengapa Tradisi Panah Kasumedangan menjadi budaya penting di Sumedang? “Ini mulanya berawal dari raja pertama yakni Prabu Geusan Ulun yang membawa Panah Kasumedangan,” kata Ketua Wadah Endong Panah Kasumedangan Bayu Gustia Nugraha, menguntip YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX.
-
Apa yang menjadi simbol keberanian dan keuletan suku Sasak dalam mempertahankan budayanya? Dilansir dari Liputan6.com, rumah itu menjadi simbol keberanian dan keuletan masyarakat Sasak dalam mempertahankan budaya mereka.
-
Apa yang dipelajari dari Tradisi Panah Kasumedangan? Belajar dari Tradisi Panah Kasumedangan, Olahraga Tradisional Khas Sumedang Sarat Makna Keunikan lain dari tradisi panahan ini adalah cara membidiknya yang tidak menggunakan mata, melainkan menggunakan hati. Kabupaten Sumedang memiliki julukan sebagai pusat budaya Sunda. Ini karena di kota kecil nan sejuk itu berbagai tradisi buhun atau lama lahir, salah satunya Panah Kasumedangan yang mengajarkan berbagai makna kehidupan.
-
Apa yang dianggap sebagai bukti keperjakaan secara tradisional? Keperjakaan dan keperawanan telah lama menjadi konstruksi sosial dan budaya yang memengaruhi pandangan masyarakat terhadap kesehatan seksual. Namun, apakah benar ada cara ilmiah untuk membuktikan keperjakaan seorang pria? Mari kita eksplorasi lebih dalam tentang mitos dan realitas seputar hal ini. Mitos Seputar Keperjakaan Laki-Laki, Apakah Bisa Dibuktikan Secara Ilmiah? Apa Itu Keperjakaan? Sebelum membahas mitos seputar keperjakaan, kita perlu memahami apa itu keperjakaan. Keperjakaan bukanlah kondisi medis, melainkan suatu konsep sosial dan budaya. Seorang pria dianggap perjaka jika ia belum pernah melakukan hubungan seksual.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
-
Bagaimana upaya Kutai Timur untuk melestarikan budayanya? Di beberapa desa dan kawasan, ada yang masih menerapkan norma-norma adat. Kami mengedepankan pendekatan itu untuk mengatasi berbagai persoalan, sekaligus ikut melestarikan budayanya," kata Kasmidi.
Pada masa mudanya, Guru Sauti telah menamatkan pendidikan di sekolah belanda bernama School voor Inland Hulpoderwijers atau sekolah perguruan pada 1921 di Pematang Siantar.
Kemudian, dirinya ditunjuk sebagai kepala sekolah Gouvernement Inlandschool atau Sekolah Dasar Negeri di Simpang Tiga. Setelah menjadi kepala sekolah, ia diangkat menjadi pemilik sekolah untuk Perwakilan Jawatan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatra Utara.
Guru Sauti terus mengabdi di dunia pendidikan hingga wafat di usianya yang ke-60 tahun.
Asal Usul Tari Serampang
Mengutip mediacenter.serdangbedagaikab.go.id, Tari Serampang XII dulunya bernama Tari Pulau Sari. Asal usul penamaan Tari Pulau Sari diambil dari sebuah judul lagu bernama "Pulau Sari".
Penamaan Tari Pulau Sari dirasa kurang cocok karena tarian ini tergolong memiliki tempo yang sangat cepat. Maka dari itu, antara 1950 dan 1960 tarian ini berubah nama menjadi Tarian Serampang XII.
Alasan utama digantinya nama tarian ini berangkat dari kata "Pulau" yang tariannya cenderung bertempo rumba. Oleh karena itu, tarian ini memiliki tempo yang lebih cepat dari tari-tari yang bernama "Pulau".
Macam-Macam Gerakan
Sesuai dengan namanya, tarian ini memiliki 12 jenis gerakan dengan makna yang berbeda-beda. Berikut 12 macam gerakan Tari Serampang XII:
1. Gerak Tari Permulaan: gerakan yang menunjukkan perasaan canggung atau malu dari sang gadis dan juga diikuti rasa penasaran oleh pemuda.
2. Gerak Tari Berjalan: gerakan ini dimaknai antara pemuda dan pemudi telah tumbuh perasaan cinta, namun masih ada perasaan canggung.
3. Gerak Tari Pusing: kedua pasangan mulai memiliki rasa gundah gulana dan menginginkan pertemuan.
4. Gerak Tari Gila: pemuda dan pemudi mulai merasakan jatuh cinta dan sudah dimabuk asmara.
5. Gerak Tari Sipat: pada bagian ini sang gadis sudah memberi isyarat yang mengindikasikan ingin menjalin kasih dengan pemuda tersebut.
6. Gerak Tari Goncat-Goncet: pemuda telah menerima isyarat dari sang gadis untuk segera mencurahkan isi hatinya.
7. Gerak Tari Sebelah Kaki: kedua belah pihak mulai menjalin asmara setelah keduanya mengetahui saling cinta.
8. Gerakan Tari Langkah Tiga: gerakan ini menggambarkan keduanya memiliki perasaan gembira dan keduanya telah mengenalkan kepada orang tuanya masing-masing.
9. Gerak Tari Melonjak: bagian ini menggambarkan keduanya muncul perasaan deg-degan saat menunggu restu dari kedua orang tuanya.
10. Gerak Tari Datang: proses ini menggambarkan pemuda mulai meminangnya. Kemudian diikuti dengan dua penari tambahan.
11. Gerak Tari Rupa: pasangan tersebut sudah menuju ke jenjang pelaminan dan mengisyaratkan perasaan sukacita yang besar.
12. Gerak Tari Sapu Tangan: sang laki-laki mengeluarkan lap tangan dan menyilangkan lap tersebut yang menggambarkan keterikatan. Kemudian, mereka berdua menari bersama sebagai simbol keduanya tak akan terpisahkan.
- Sejarah Seni Bela Diri Tapak Suci, Dimulai dari Kota Yogyakarta Kini Telah Mendunia
- Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan
- Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
- Sejarah Pesantren NU Tertua di Pulau Sumatera, Didirikan oleh Ulama Tersohor Berdarah Batak