Sosok Christiaan Snouck Hurgronje, Mata-Mata Pemerintah Hindia Belanda di Aceh
Ia cukup fasih dalam berbahasa Arab yang pada akhirnya menuntun dirinya bisa berkunjung ke Tanah Suci pada tahun 1885.
Ia cukup fasih dalam berbahasa Arab yang pada akhirnya menuntun dirinya bisa berkunjung ke Tanah Suci pada tahun 1885.
Sosok Christiaan Snouck Hurgronje, Mata-Mata Pemerintah Hindia Belanda di Aceh
Snouck menempuh pendidikan di Universitas Leiden sebagai mahasiswa Teologi. Ia menerima gelar doktor dengan hasil tulisannya yang berjudul 'Het Mekkaansche feest' atau Perayaan Mekah. Ia cukup fasih dalam berbahasa Arab yang pada akhirnya menuntun dirinya bisa berkunjung ke Tanah Suci pada tahun 1885. Tahun 1889, Snouck menjadi profesor Melayu di Universitas Leiden, sekaligus menjadi penasihat resmi Pemerintah Belanda untuk urusan kolonial. Ia sudah menulis ribuan lembaran tulisan tentang situasi di Aceh dan Islam di Hindia Belanda.
Ketika dirinya berada di Nusantara, Snouck banyak bertugas sebagai mata-mata bagi Pemerintah Hindia Belanda untuk mengetahui berbagai informasi soal ulama dan orang-orang Islam.
Hubungan Dekat
Kemahirannya dalam berbahasa Arab dan Melayu, menjadi bekal besar Snouck untuk bisa menjalin hubungan baik dengan tokoh-tokoh besar di Aceh, salah satunya Habib Abdurrahman al-Zahir. Ambisinya yang besar agar dijadikan sebagai sultan Aceh oleh Belanda membuat al-Zahir memberikan berbagai informasi penting berkaitan dengan masyarakat muslim Aceh yang pada waktu itu gencar melakukan perlawanan kepada pemerintah kolonial Belanda.
-
Siapa yang memimpin pasukan Aceh bersama Teuku Umar melawan Belanda? Panglima Polem bersama dengan 400 pasukannya memutuskan untuk bergabung dengan Teuku Umar untuk melawan tentara Belanda.
-
Apa yang terjadi saat umat Islam berjuang melawan Belanda? Malahan, umat Islam mengumandangkan takbir dan bacaan tahlil sembari dihujani timah panas dan bom.
-
Siapa yang menceritakan tentang masa penjajahan Belanda di Kampung Gantungan Sirah? Wardiman, salah seorang warga Kampung Gantungan Sirah, mengatakan bahwa kini nama kampung itu sudah diganti dengan nama “Gunung Sari”. Ia mengatakan, saat masih bernama “Gantungan Sirah”, di kampung itu sering terjadi warga yang bunuh diri dengan cara gantung diri. Wardiman bercerita, waktu zaman penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi. Mereka melakukan eksekusi terhadap para warga dengan digantung kepalanya.
-
Apa yang dilakukan Abdurrahman Baswedan untuk melawan penjajahan Belanda? Mengutip ikpni.or.id, pekerjaannya sebagai wartawan mempermudah Abdurrahman Baswedan untuk menyerukan perlawanan terhadap Belanda.Ia menuliskan berbagai artikel yang kritis, salah satunya dimuat di surat kabar Harian Matahari Semarang yang mengajak orang-orang keturunan Arab untuk membela Indonesia.
-
Siapa yang berjuang di Surabaya melawan tentara Belanda? Para pemuda rela bertempur menghadapi tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.
-
Dimana pasukan Belanda mendarat di Jawa Timur? Kabupaten Tuban, Jawa Timur menjadi lokasi pendaratan pasukan agresi militer Belanda ke-II.
Tahun 1891, Snouck diizinkan oleh Pemerintah Belanda untuk melawat ke Aceh untuk tugas penelitian terkait dinamika kehidupan orang-orang Islam. Selama di Aceh, Snouck berhasil menyamar sebagai orang Islam taat dan diterima oleh masyarakat muslim Aceh.
Pada tahun 1898, di bawah arahan Van Heutsz, Belanda melakukan ekspedisi militer untuk menaklukkan wilayah Aceh. Selama ekspedisi, Snouck ditugaskan sebagai penasihat dan konsultan untuk memberikan informasi dan pandangan dalam menaklukkan masyarakat muslim.
Bukan Santri
Melansir dari situs nu.or.id, penyematan sebutan "santri" untuk Snouck dirasa tidak cocok dan tidak termasuk dalam kriteria.
Memang Snouck begitu serius mempelajari agama Islam, namun semua itu hanya sandiwara dan digunakan untuk mencari informasi bagi orang-orang Belanda saat itu. Bahkan, semua ilmu Islam yang diserap tak lagi dilanjutkan olehnya dalam bentuk dakwah, sehingga ia tidak pantas disebut sebagai santri.
Dasar Pemikiran Snouck
Dari kutipan kebudayaan.kemdikbud.go.id, selama Snouck bertugas maupun melakukan penelitian ia telah melahirkan konsep buah pemikiran untuk pemerintah Belanda untuk mengakhiri perlawanan terhadap orang-orang Aceh.
Ia menilai bahwa "musuh kolonialisme bukanlah Islam sebagai agama, melainkan Islam sebagai doktrin politik”. Hal ini berkaca dari pengalaman dan pengetahuannya tentang Islam bahwa mereka tidak mempunyai organisasi yang hierarki atau universal.
Dalam Islam, seorang ulama tidak sama seperti pastor atau pendeta dalam agama Kristiani yang bisa memengaruhi orang-orang yang memeluk agama tersebut. Namun sebaliknya, mereka diarahkan dan menganut kepada Al-Qur'an dan Hadis.