Sosok Van Heutsz, Gubernur Hindia Belanda yang Dikenal Pahlawan Sekaligus Penjahat di Nusantara
Seorang perwira berdarah Belanda totok ini diangkat menjadi Gubernur Hindia Belanda karena keterlibatannya dalam menyudahi Perang Aceh yang berkepanjangan.
Peran orang-orang Belanda di Nusantara sebagian besar menduduki jajaran bidang administratif salah satunya yaitu Gubernur. Setiap Gubernur di tanah Hindia Belanda tentunya harus melaksanakan tugas dalam menyusun tata kota termasuk masyarakat di dalamnya.
Namun pekerjaan Gubernur tidaklah mudah, mereka akan dihadapi dengan perihal masalah terhadap orang-orang Pribumi yang melawan dan memberontak terkait kolonialisme. Dibalik itu semua, seorang Gubernur juga berperan penting dalam melakukan kontrol sosial.
-
Siapa yang menjadi mata-mata pemerintah kolonial Belanda di Aceh? Sosok Christiaan Snouck Hurgronje, Mata-Mata Pemerintah Hindia Belanda di Aceh Ia cukup fasih dalam berbahasa Arab yang pada akhirnya menuntun dirinya bisa berkunjung ke Tanah Suci pada tahun 1885.
-
Kapan Belanda mulai menata pemerintahan di Aceh Timur setelah perang tahun 1873? Sejak saat itu, pihak Belanda mulai menata kembali pemerintahan secara keseluruhan di wilayah ini.
-
Kapan Daendels menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda? Ia menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 5 Januari 1808 sampai 15 Mei 1811.
-
Apa yang menjadi tugas utama Charles Adriaan van Ophuijsen ketika ditugaskan oleh pemerintah Belanda? Mengutip beberapa sumber, van Ophuijsen juga doyan mempelajari bahasa dari berbagai suku yang ada di Hindia Belanda. Bahkan ia sempat mendapatkan tugas dari Pemerintah Belanda untuk menstrandarisasikan aksara Latin untuk bahasa Melayu.
-
Apa yang dilakukan Abdurrahman Baswedan untuk melawan penjajahan Belanda? Mengutip ikpni.or.id, pekerjaannya sebagai wartawan mempermudah Abdurrahman Baswedan untuk menyerukan perlawanan terhadap Belanda.Ia menuliskan berbagai artikel yang kritis, salah satunya dimuat di surat kabar Harian Matahari Semarang yang mengajak orang-orang keturunan Arab untuk membela Indonesia.
-
Siapa yang memimpin pasukan Aceh bersama Teuku Umar melawan Belanda? Panglima Polem bersama dengan 400 pasukannya memutuskan untuk bergabung dengan Teuku Umar untuk melawan tentara Belanda.
Seperti halnya seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda bernama Johannes Benedictus van Heutsz. Lahir di Coeverden, Belanda pada tahun 3 Februari 1851 ini pernah menduduki Gubernur Aceh pada tahun 1898 sampai 1904.
Jabatan Van Heutsz semakin meningkat setelah dirinya dianggap menjadi pahlawan ketika mampu memadamkan perlawanan yang dilakukan masyarakat Aceh bersama dengan penasihat ahli tentang Islam, Snouck Hurgronje.
Melakukan Pendekatan Uleebalang
Penggerak utama perlawanan Aceh ini dimotori oleh Ulama. Van Heutsz bersama Snouck Hurgronje kemudian melakukan pendekatan kepada Uleebalang yang sudah sejak lama mampu mengimbangi peran para Ulama. Melalui pendekatan ini, solidaritas rakyat Aceh pun dipecah belah.
Metode ini cukup berhasil untuk meredam perlawanan masyarakat di Aceh. Snouck pun membantu perancangan perjanjian pendek yang harus ditandatangani oleh penguasa Aceh. Sistem perjanjian yang dikenal dengan korte verklaring ini menyatakan jika para penguasa harus tunduk kepada pemerintahan Hindia Belanda.
Dari momen ini nama Van Heutsz pun melejit dan dikenal di kalangan pemerintah Belanda. Jabatannya pun meningkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda lalu melakukan beberapa perubahan di tubuh pemerintah dalam menyongsong suksesnya sistem Politik Etis.
- Mengenal Sosok Hubertus Van Mook, Politikus Era Kolonial Belanda Penganut Paham Liberal
- Sosok KH Zainal Mustafa, Pemimpin Pergerakan Lawan Penjajah di Jawa Barat
- Sosok Christiaan Snouck Hurgronje, Mata-Mata Pemerintah Hindia Belanda di Aceh
- Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten
Terapkan Kebijakan Baru
Saat dirinya menjabat, Van Heutsz menerapkan larangan kepada pejabat Hindia Belanda menggunakan payung khas raja-raja Jawa. Menurutnya, penggunaan atribut ini sebagai pembodohan kolonial abad ke-19.
Sistemnya ini pun banyak mendapat kritik dari kalangan konservatif yang menganggap jika atribut tersebut bukanlah sekedar simbol, melainkan juga wujud fisik dari kekuasaan itu sendiri. Pertentangan ini pun sampai ke Ratu Wilhelmina di Belanda sana, namun Menteri Urusan Koloni meyakinkan ratu jika sistem ini berjalan sesuai cita-cita politik etis.
Dikutip dari esi.kemdikbud.go.id, pada masa pemerintahannya ini sekolah-sekolah sudah mulai dibuka. Van Heutsz bersama dengan Menteri Urusan Koloni memiliki cita-cita yang sejalan yaitu mendukung ide-ide pendidikan massa.
Beberapa lembaga pendidikan yang dibuka ini terdiri dari sekolah teknik dan juga vokasi yang berada di Batavia, Semarang, dan Surabaya.
Pahlawan Sekaligus Penjahat
Dalam perannya meredakan perlawanan rakyat di Aceh ini sudah dianggap bak pahlawan di negerinya sana. Namun, di Nusantara Van Heutsz pun sebagai sosok penjahat.
Selain memecah belah para Uleebalang, Van Heutsz juga tercatat sebagai salah satu Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang banyak mengobarkan peperangan. Contohnya saja seperti di Pulau Seram pada tahun 1904, Banjarmasin tahun 1904-1906, Bone, dan beberapa wilayah Sulawesi lainnya.
Van Heutsz meninggal di Montreux, Swiss pada tahun 1924. Warisannya pun banyak berupa monumen yang tersebar di Amsterdam, Banda Aceh, hingga Batavia. Namun, pendirian monumen ini banyak memicu protes sehingga sering kali mengalami kerusakan.