Uniknya Tambua Tasa, Pertunjukan Musik Grup Penabuh Gendang dari Pariaman
Sebuah kesenian tradisional dari Pariaman ini dimainkan oleh grup musik penabuh gendang, yaitu Gandang Tambua dan Gandang Tasa.
Sebuah kesenian tradisional dari Pariaman ini dimainkan oleh grup musik penabuh gendang, yaitu Gandang Tambua dan Gandang Tasa.
Uniknya Tambua Tasa, Pertunjukan Musik Grup Penabuh Gendang dari Pariaman
Minangkabau, selain terkenal dengan kulinernya yang mendunia, ragam jenis kesenian tradisionalnya tidak lah kalah hebatnya. Mulai dari kerajinan tangan hingga pertunjukan budaya semuanya lengkap di ranah minang ini.
Salah satu pertunjukan seni kebanggaan masyarakat Pariaman adalah Tambua Tasa. Penampilan perkusi ini terdiri dari dua alat musik, yaitu Gandang Tambua dan Gandang Tasa.
(Foto: Wikipedia)
-
Apa jenis tarian yang menjadi bagian dari budaya tradisional di Lampung? Provinsi Lampung memiliki ragam seni dan budaya yang menarik untuk diulas lebih dalam. Salah satu seni dan budaya dalam bidang tari bernama Tari Selapanan.
-
Bagaimana tembakau menjadi bagian yang kuat dalam tradisi Jawa? Terlepas dari perdebatan mengenai asal sejarahnya di Indonesia, saat ini tembakau sudah menjadi bagian yang kuat dalam tradisi Jawa.
-
Mengapa tarian tradisional penting bagi Indonesia? Tari tradisional juga menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan pulau.
-
Apa yang menjadi simbol kebangsawanan dan kecantikan dalam tradisi Telingaan Aruu? Telingaan Aruu sendiri adalah memanjangkan daun telinga yang sudah menjadi identitas kebangsawanan seorang pria dan simbol kebangsawanan serta kecantikan bagi para perempuan Suku Dayak. Menurut mereka, semakin panjang daun telinga, maka dianggap cantik pula wanita tersebut.
-
Apa arti dari tasamuh? Tasamuh sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya toleransi. Toleransi dapat berarti tenggang rasa, bermurah hati dan lapang dada.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
Kedua alat musik tersebut tumbuh dan berkembang secara beriringan dengan tradisi dan budaya di Minangkabau khususnya daerah Pariaman. Pertunjukan musik ini pun masih eksis dan dikenal oleh masyarakat di setiap nagari Padang Pariaman dan Kota Pariaman.
Selain itu, sampai sekarang Gandang Tambua dan Gandang Tasa masih kerap digunakan sebagai alat musik pengiring dalam setiap pelaksanaan upacara adat di Pariaman.
Asal-usul Tambua Tasa
Dikutip dari berbagai sumber, lahirnya pertunjukan musik Tambua Tasa ini konon dibawa oleh orang-orang berkebangsaan India yakni pedagang Gujarat. Mereka melakukan perjalanan ke timur untuk berdagang lalu mendarat di Tiku Pariaman.
Ketika mereka tiba di pelabuhan tepatnya di Pantai Barat Minangkabau pada abad ke-14 itu berkembang lah alat-alat musik tersebut di berbagai daerah. Perkembangannya tidak lepas dari percampuran budaya melalui perkawinan atau perdagangan masyarakat pribumi dengan pendatang.
Produk-produk budaya ini kemudian bercampur dengan pendatang baik itu India, Bangladesh, hingga Irak dan Pakistan. Maka dari itu, lahirlah sebuah kesenian bernama Gandang Tambua.
Grup Penabuh
Alat musik Gandang ini ditabuh secara berkelompok berjumlah 7 orang yang terdiri dari 6 orang penabuh Gandang Tambua dan 1 orang pemain Gandang Tasa.
Gandang Tambua berbentuk seperti tabung dengan bahan yang terbuat dari kayu dengan dua permukaan kulit. Gandang Tambua biasanya dimainkan dengan cara disandang di salah satu bahu pemain.
- Terungkap Penembak Mati Warga di Musi Banyuasin, Motifnya Dendam
- Mengenal Tari Tayub Khas Sragen, Tonjolkan Nilai Kebersamaan dalam Budaya Jawa
- Mengenal Tingkilan, Ketika Warga Kutai Berbalas Pantun Sambil Bermain Musik Gambus
- Melihat Uniknya Buleng Khas Jakarta, Tradisi Campuran Budaya Betawi, Sunda dan Jawa
Alat Musik Pengiring
Sementara itu, salah satu alat musik yang pertunjukan pada acara Tambua Tasa, yaitu Gandang Tasa. Alat musik ini memiliki ukuran, suara, dan bentuk merupakan suatu kesatuan kegiatan adat dan ritual.
Mengutip situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, gendang ini bukan hanya sebagai alat musik tabuh semata, melainkan juga sebagai pengiring pada acara Tabuik. Alat musik ini biasa dimainkan di alam terbuka, sehinigga tidak memerlukan pengeras suara tambahan.
Dulunya, Gandang Tasa dibawa oleh Syekh Burhanuddin sepulangnya dari menuntut ilmu di Aceh pada tahun 1680. Ada versi lainnya jika Gandang Tasa dulu dimainkan oleh pemuda di surau untuk mengisi kekosongan saat masyarakat berkumpul.