Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya
Ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika robot AI mulai memasuki ranah sakral.
Ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika robot AI mulai memasuki ranah sakral.
Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya
Artificial Intelligence (AI) kini mulai masuk pada ruang-ruang sakral. Ia ingin menggantikan posisi yang ‘dikultuskan’ bagi umat beragama. Asisten Profesor dari Universitas Chicago, Joshua Concrad pernah meneliti bahwa tidak dimungkiri robot-robot berbasis AI akan mengambil alih lebih banyak pekerjaan setiap tahun. Namun diyakininya tidak pada pemimpin agama. "Sepertinya robot mengambil alih lebih banyak pekerjaan setiap tahun, tapi saya tidak yakin bahwa pemimpin agama akan sepenuhnya otomatis karena pemimpin agama membutuhkan kredibilitas dan robot tidak kredibel," kata dia.
-
Apa arti Pemilu? Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Siapa pencetus agama Kapitayan? Sejarah Penganjur pertama agama Kapitayan disebut Hyang Semar.
-
Apa itu Pemilu? Pemilihan Umum atau yang biasa disingkat pemilu adalah suatu proses atau mekanisme demokratis yang digunakan untuk menentukan wakil-wakil rakyat atau pemimpin pemerintahan dengan cara memberikan suara kepada calon-calon yang bersaing.
-
Apa yang dimaksud dengan 'Pramuka'? Pada tahun 1960, pemerintah dan MPRS berupaya membenahi organisasi kepramukaan di Indonesia. Sebagai upaya tindak lanjut, pada 9 Maret 1961 Presiden Soekarno mengumpulkan tokoh-tokoh gerakan kepramukaan di Indonesia. Presiden mengatakan bahwa organisasi kepanduan yang ada harus diperbaharui, aktivitas pendidikan harus diganti, dan seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur jadi satu dengan nama “Pramuka”.
-
Kenapa Diana Nasution pindah agama? Menikah beda anggama hingga tahun 1999, akhirnya Diana memutuskan untuk pindah agama mengikuti kepercayaan sang suami.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hershael York, pendeta dan professor teologi dari Kentucky menyebut ada sesuatu yang hilang ketika sebuah doa dipanjatkan oleh robot AI.
“Itu tidak memiliki jiwa. Saya tidak tahu bagaimana lagi mengatakannya,” kata dia.
Alih-alih menyambut gegap gempita keunggulan AI, sebuah kuil di Jepang “nekat” melengkapi keberadaan pemuka agama dengan robot. Adalah Kuil Buddha Kodai-Ji di Kyoto yang melakukannya.
Robot tersebut memiliki wajah silikon mirip manusia dengan bibir bergerak dan mata berkedip pada badan logam. Ini memberikan khotbah Sutra Hati 25 menit tentang prinsip-prinsip Buddha dengan suara surround dan proyeksi multi-media. Nama robot itu Mindar.
Mindar dibuat pada tahun 2019 oleh tim robotika Jepang yang bermitra dengan kuil tersebut. Biaya untuk mengembangkan robot itu hampir USD 1 juta, tetapi ada dampak yang kurang menyenangkan pada penerapannya.
Kuil Buddha Kodai-Ji ini menerapkan robot sebagai pembaca khotbah lantaran ingin mengajak remaja untuk kembali memeluk agama. Pasalnya, sebuah survei dari Pew Research Center yang diterbitkan pada 2018 menemukan bahwa para remaja cenderung tidak mengidentifikasi diri dengan kelompok agama apa pun daripada orang-orang dewasa yang usianya di atas mereka di 41 negara.
Sayangnya, niat baiknya itu berujung Jemaah mulai meninggalkan kuil.
Menurut riset yang dilakukan Joshua Concrad, Asisten Profesor dari Universitas Chicaga bersama tim melakukan riset pada 398 jemaah yang meninggalkan kuil setelah mendengar khotbah yang disampaikan oleh Mindar atau seorang pendeta Buddha.
- Jawaban Kocak Robot Manusia saat Ditanya, Ada yang Tiba-tiba Takut dengan Penciptanya
- Ilmuwan Jepang Buat Robot Bisa Tersenyum, tetapi Senyumannya Malah Bikin Takut
- Robot AI Ini Selesaikan Rubik dalam Satu Kedipan Mata
- Formula Rahasia Agar Robot Dapat Berjalan Persis Manusia sudah Ditemukan, Ini Bocorannya
Jemaah memandang robot Mindar kurang kredibel. Hal itu berimbas terhadap sumbangan Jemaah kepada kuil lebih kecil daripada mereka yang mendengar khotbah dari manusia.
Pada sksperimen ketiga melibatkan 274 peserta Kristen dari Amerika Serikat yang membaca khotbah online. Separuh dari peserta diberi tahu bahwa itu ditulis oleh pengkhotbah manusia sementara separuh lainnya diberi tahu bahwa khotbah itu dihasilkan oleh program AI yang sangat canggih.
Peserta dalam kelompok khotbah AI melaporkan bahwa khotbah tersebut kurang kredibel karena mereka merasa program AI kurang memiliki kapasitas untuk berpikir atau merasa seperti manusia.
"Robot dan program AI tidak dapat benar-benar menganut keyakinan agama apa pun sehingga organisasi keagamaan mungkin akan mengalami penurunan komitmen dari jemaahnya jika mereka lebih mengandalkan teknologi daripada pemimpin manusia yang dapat menunjukkan keyakinan mereka,"
Asisten Profesor dari Universitas Chicago, Joshua Concrad.