Ilmuwan Ungkap Algoritma Terbaru AI Nantinya Bisa Mendeteksi Kehidupan di Luar Angkasa, Akurasinya 90 Persen
Berikut proyeksi ilmuwan terhadap akurasi AI di masa depan.
Berikut proyeksi ilmuwan terhadap akurasi AI di masa depan.
Ilmuwan Ungkap Algoritma Terbaru AI Nantinya Bisa Mendeteksi Kehidupan di Luar Angkasa, Akurasinya 90 Persen
Di masa depan, robot penjelajah dan pesawat ruang angkasa akan menambahkan sensor yang dapat mendeteksi planet yang berpotensi layak huni.
Sensor ini akan membantu pesawat ruang angkasa yang menjelajahi dunia lain dengan mendeteksi kehidupan alien. Bukan hanya untuk itu, alat ini juga digunakan untuk memperlihatkan molekul organik yang menunjukan proses biologis.
Metode ini akan dikembangkan menggunakan kecerdasan buatan (AI) yang mampu mendeteksi perbedaan halus dalam pola molekuler dan indikasi kehidupan.
Bahkan, lebih jauh lagi dapat mengetahui sampel yang berusia ratusan juta tahun lalu dengan hasil tingkat akurasi 90 persen, menurut para peneliti.
-
Apa yang dimaksud dengan Artificial General Intelligence (AGI)? AGI adalah titik kritis hipotetis yang juga dikenal sebagai “Singularitas,” di mana AI menjadi lebih pintar dari manusia. Generasi AI saat ini masih tertinggal dalam bidang-bidang yang menjadi keunggulan manusia, seperti penalaran berbasis konteks dan kreativitas sejati.
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Apa yang diterjemahkan oleh ilmuwan menggunakan AI? Ilmuwan berhasil menerjemahkan huruf paku yang ada di prasasti kuno menggunakan alat kecerdasan buatan (AI).
-
Di mana penelitian algoritma Life2vec dilakukan? Para peneliti di Denmark menggunakan data dari jutaan individu untuk membangun model yang dapat memprediksi berbagai peristiwa kehidupan, mulai dari kesehatan hingga kehidupan sosial.
-
Apa yang ditemukan para ahli dengan menggunakan AI? Para ahli dari Universitas Bradford, Nottingham, dan Stanford telah mengembangkan algoritma analisis khusus untuk membuat sebuah penemuan: salah satu objek dalam lukisan karya Raffaello Sanzio/Raphael ternyata tidak dilukis oleh sang maestro.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti lukisan gua tersebut? Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh arkeolog Indonesia Adhi Augus Oktaviana menggunakan teknik yang disebut pencitraan seri U ablasi laser, yang menurut mereka dalam penelitian tersebut adalah “aplikasi baru dari pendekatan ini”.
Alat ini juga akan dipasang pada pesawat ruang angkasa yang mengelilingi “planet” lain dengan potensi hunian seperti Enceladus dan Europa.
“Kami akan meneliti aktivitas kimia kehidupan secara mendasar. Sebab dengan ini aturan kimia dalam kehidupan dapat mempengaruhi keanekaragaman distribusi biomolekul,”
Robert Hazen, Ilmuwan dari Institution for Science Washington DC.
Perbedaan Unsur Kimia Diukur AI
Selain itu, dalam salah satu studi juga mengatakan bahwa dengan melihat aktivitas kimia dapat mengetahui dan menyimpulkan asal usul kehidupan dari dunia lain.
Metode ini juga menggunakan premis yaitu proses kimia yang mengatur pembentukan dengan fungsi biomolekul berbeda secara proses kimia.
Mengutip Space, Kamis, (28/9), penelitian terbaru menyebutkan bahwa molekul abiotik seperti asam amino menyimpan informasi penting untuk mengetahui tentang kehidupan di luar Bumi.
Terlebih, di setiap tempat yang berbeda akan memiliki sejumlah senyawa tertentu. Hal ini yang akan mampu dilihat dan diukur oleh AI.
- Benarkah Alat Deteksi Bencana Kalah Canggih Dibanding Insting Hewan?
- Ilmuwan Dibuat Bingung Ukuran Matahari, Berkali-kali Dihitung Hasilnya Berbeda
- Ternyata Usia Bulan Lebih Tua dari yang Diperkirakan Ilmuwan Terdahulu
- Ilmuwan Ini Mencoba Menguak Keberadaan Es di Permukaan Bulan yang Masih Misterius
Tahap Uji Coba
Para tim pertama kali mencoba algoritma pembelajaran mesin dengan 134 sampel, yang terdiri dari 59 sampel biotik dan 75 sampel abiotik.
Selanjutnya, jika hal ini berhasil maka AI dapat mengidentifikasi sampel biotik makhluk hidup seperti cangkang, gigi, tulang, rambut manusia, hingga kehidupan purba dalam fosil tertentu yang terbuat dari batu bara, minyak, dan ambar.
Pada studi baru juga mengungkapkan bahwa alat ini diperkirakan dapat mengidentifikasi sampel biotik termasuk bahan kimia seperti asam amino yang dibuat dari laboratorium, serta meteorit.
Dalam waktu dekat, metode AI model ini dapat mempelajari batuan berusia 3,5 miliar tahun di wilayah Pilbara, Australia Barat.Tempat ini diperkirakan sebagai tempat yang memiliki fosil tertua di dunia yang pertama kali ditemukan pada tahun 199.
Diperkirakan sebagai sisa-sisa fosil mikroba yang mirip dengan cyanobacteria, yang merupakan organisme hidup pertama serta penghasil oksigen di Bumi.