Penjelasan Sains tentang Usia Bulan yang Ternyata Lebih Tua dari Bumi
Bulan membutuhkan waktu sekitar 29,5 hari untuk menyelesaikan satu revolusi penuh mengelilingi Bumi.
Bulan merupakan satelit alami tunggal yang dimiliki oleh Bumi. Satelit ini memiliki peran krusial dalam sistem tata surya dan secara konsisten bergerak mengelilingi Bumi dalam lintasan berbentuk elips.
Setiap 29,5 hari, Bulan menyelesaikan satu revolusi penuh terhadap Bumi, yang dikenal sebagai periode sinodis. Periode ini sangat terkait dengan siklus fase Bulan yang dapat kita amati dari Bumi.
-
Apa yang membuat ilmuwan berpikir bahwa usia alam semesta mungkin dua kali lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya? Teori baru ini menunjukkan alam semesta mungkin juga terbuat dari bahan yang sangat berbeda dari apa yang diyakini sebagian besar ilmuwan sebelumnya. Para peneliti mencapai kesimpulan tersebut setelah menganalisis data dari planet berwarna merah yang bergerak menjauh dari kita, sehingga cahayanya menjadi lebih merah.
-
Apa yang diyakini oleh sejumlah ilmuwan tentang tata surya kita? Sejumlah Ilmuwan Meyakini Ada Planet Tersembunyi di Tata Surya Ini Ilmuwan ingin menggali potensi keberadaan planet lain di dalam tata surya.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di luar Tata Surya? Teleskop luar angkasa, James Webb milik NASA menemukan sebuah planet di luar Tata Surya.
-
Mengapa penelitian ini penting untuk mempelajari sejarah Bulan dan Tata Surya? Mengingat harapan manusia untuk kembali ke Bulan dalam waktu yang relatif singkat, mungkin kita tidak perlu menunggu lama untuk menunggu verifikasi seismik dari temuan ini. Para peneliti berharap, temuan ini bisa membantu menjawab perdebatan panjang mengenai apakah inti dalam Bulan itu padat atau cair, dan bisa memberikan pemahaman yang lebih akurat mengenai sejarah Bulan dan juga sejarah Tata Surya.
-
Siapa yang menemukan usia bulan yang lebih tua? Salah satu penemuan yang diungkapkan oleh peneliti dari Field Museum dan Glasgow University, menyatakan bahwa kemungkinan usia bulan 40 juta tahun lebih tua dibandingkan penelitian terdahulu.
-
Kapan ilmuwan mencapai kesepakatan tentang usia permukaan Bulan? “Kami mengkorelasikan sampel Apollo yang diberi tanggal secara individual dengan jumlah kawah di area sekitar lokasi sampel,” ujar Stephanie Werner dari Center for Planetary Habitability, University of Oslo. Stephanie melanjutkan, pihaknya juga mengkorelasikannya dengan data spektroskopi dari berbagai misi Bulan, terutama Chandrayaan-1 India. Fungsinya untuk memastikan sampel yang dihitung. "Ini pekerjaan berat. Kami memulai proyek ini pada 2014. Harapannya dengan melakukan pekerjaan ini kami dapat menyelesaikan perbedaan. Akhirnya diketahui bahwa usia permukaan Bulan yang berwarna gelap itu mencapai 200 juta tahun,"
Baru-baru ini, sebuah penelitian yang melibatkan ilmuwan dari Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman mengungkapkan informasi baru mengenai usia Bulan.
Dalam studi yang dipublikasikan oleh jurnal ilmiah Nature pada tahun 2024, peneliti menyatakan bahwa Bulan mungkin telah terbentuk sekitar 4,53 miliar tahun yang lalu, atau ratusan juta tahun lebih awal dari estimasi sebelumnya.
Temuan ini memberikan wawasan baru yang signifikan tentang sejarah awal tata surya. Penelitian ini dipimpin oleh Francis Nimmo, seorang ahli geologi dari University of California Santa Cruz.
Nimmo menjelaskan bahwa penemuan ini merupakan langkah penting dalam menjawab berbagai misteri terkait Bulan, seperti mengapa terdapat lebih sedikit cekungan tumbukan besar dibandingkan dengan yang diperkirakan, serta alasan di balik komposisi logam Bulan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan Bumi.
Sebelumnya, para ilmuwan sepakat bahwa Bulan terbentuk melalui proses tabrakan besar yang terjadi pada masa awal pembentukan tata surya, sekitar 4,6 miliar tahun lalu. Pada masa itu, matahari dikelilingi oleh piringan gas dan debu yang merupakan sisa-sisa pembentukannya.
Material ini kemudian bergabung menjadi planetesimal yang saling bertabrakan, menciptakan kondisi kacau yang memunculkan objek-objek baru dalam tata surya.
Teori lainnya menyebutkan bahwa Bulan terbentuk akibat tabrakan antara Bumi purba yang masih panas dan lembek dengan objek besar seukuran Mars yang dikenal sebagai Theia.
Tabrakan dahsyat ini menyebabkan sebagian besar massa Bumi terlontar ke orbit, dan material yang terlontar tersebut kemudian bersatu membentuk Bulan. Setelah terbentuk, Bulan diyakini memiliki lautan magma global yang secara perlahan mendingin dan mengeras menjadi permukaan padat.
Tentukan Usia dalam Bulan
Usia Bulan yang ditentukan sebelumnya didasarkan pada sampel batuan yang diambil dari misi Apollo NASA. Namun, penelitian terbaru kini lebih menyoroti butiran kecil mineral zirkon yang terdapat di permukaan Bulan.
Menurut Science Alert pada Selasa (31/12), kristal zirkon tersebut sangat penting untuk menentukan usia Bulan, karena mengandung uranium tanpa adanya timbal pada saat terbentuk. Seiring berjalannya waktu, uranium dalam zirkon akan meluruh menjadi timbal, dan rasio antara keduanya dapat digunakan untuk menghitung usia Bulan dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa beberapa kristal zirkon di Bulan berusia lebih dari 4,35 miliar tahun, dengan beberapa di antaranya bahkan mencapai usia antara 4,46 hingga 4,51 miliar tahun. Temuan ini mengindikasikan bahwa Bulan terbentuk jauh lebih awal daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Nimmo dan timnya menggunakan analisis serta pemodelan untuk menjelaskan perbedaan usia yang ditemukan. Mereka berhipotesis bahwa setelah terbentuk, Bulan berada dalam orbit eksentrik yang cukup untuk menyebabkan peleburan ulang permukaannya sekitar 4,35 miliar tahun lalu. Ini menjelaskan mengapa terdapat zirkon yang lebih tua dan batuan permukaan yang lebih muda.
Penelitian ini juga berhasil mempersempit rentang usia Bulan menjadi antara 4,43 hingga 4,53 miliar tahun, menjadikannya salah satu objek tertua di tata surya. Dengan memperhatikan bahwa Bumi diperkirakan berusia sekitar 4,54 miliar tahun, dapat disimpulkan bahwa Bumi dan Bulan telah menjadi "pasangan" kosmis hampir sepanjang sejarah Bumi.
Penemuan ini tidak hanya memberikan wawasan baru mengenai pembentukan Bulan, tetapi juga membantu para ilmuwan dalam memahami evolusi tata surya secara keseluruhan.