Masih Terombang-Ambing Kebijakan, Harga Properti China Melambat
Berdasarkan hasil survei swasta menunjukkan sektor properti yang dilanda krisis.
Industri properti di China masih belum pulih sediakala. Melansir Reuters, kenaikan harga rumah baru di China terpantau cukup lambat pada Agustus 2024. Berdasarkan hasil survei swasta menunjukkan sektor properti yang dilanda krisis, masih berjuang untuk menemukan dasar setelah serangkaian kebijakan yang mendukung.
Harga rata-rata rumah baru di 100 kota naik tipis 0,11 persen dari Juli, melambat dari kenaikan 0,13 persen bulan sebelumnya, menurut data dari peneliti properti China Index Academy.
- Ekonomi China Sedang Ambruk, Orang Kaya Malah Borong Rumah Triliunan Rupiah dan Ludes dalam Satu Jam
- Raksasa Properti China Rugi Besar, Ratusan Rumah Tak Laku Dijual
- Ekonomi China Makin Lesu, Ternyata Ini Penyebab Sebenarnya
- Dirut BTN Prediksi Sektor Properti Tumbuh 12 Persen di 2024, Ini Sederet Faktor Pemicunya
Sektor properti China, yang merupakan pilar perekonomian, terus terombang-ambing dari satu krisis ke krisis lainnya sejak tahun 2021. Kondisi ini terjadi ketika tindakan keras regulasi terhadap leverage yang tinggi di kalangan pengembang memicu krisis likuiditas.
Serangkaian stimulus dan tindakan pelonggaran dari pembuat kebijakan lokal telah berjuang untuk meningkatkan penjualan atau meningkatkan likuiditas.
Pada bulan Agustus, 35 kota melaporkan harga rumah yang lebih tinggi, turun dari 38 pada bulan Juli.
"Secara keseluruhan, saat (sektor properti memasuki) musim puncak tradisional 'September Emas dan Oktober Perak', pengembang real estat dapat meningkatkan upaya mereka untuk mempromosikan penjualan," kata China Index Academy.
"Ditambah lagi dengan penerapan dan efektivitas kebijakan pendukung yang lebih lanjut, aktivitas pasar di kota-kota inti diperkirakan akan sedikit pulih dalam jangka pendek," ungkapnya.
Agen properti China rugi
Salah satu raksasa pengembang properti China, Kaisa Group, mengalami kerugian bersih lebih besar pada laporan keuangan paruh pertama tahun 2024. Kondisi ini dipicu tingginya biaya logistik.
Sebagaimana diketahui, properti merupakan sektor dengan kontribusi terbesar bagi perekonomian China. Namun, sejak tahun 2021, sektor ini mengalami anjlok parah dengan penjualan rumah menurun sekitar 6,5 persen.
Penjualan properti yang melambat menyebabkan sejumlah pengerjaan pembangunan rumah berpotensi mangkrak, dengan pertimbangan likuiditas.
Pada saat yang sama, banyak pengembang berjuang dengan inventaris yang tidak terjual, proyek yang tertunda, dan nilai properti yang menurun, yang menyiratkan perlunya mengakui kerugian penurunan nilai yang lebih tinggi pada proyek properti.
Awal bulan ini, rekan-rekan termasuk Agile Group, Redsun Properties dan Sunac China semuanya menandai kerugian yang lebih besar atau serupa untuk semester ini.
Kaisa memperkirakan kerugian bersih sebesar 8,8 miliar yuan hingga 9,8 miliar yuan untuk semester yang berakhir pada 30 Juni. Perusahaan telah melaporkan kerugian bersih sebesar 6,6 miliar yuan untuk periode tahun sebelumnya.