Asal Mula Manusia Berjalan Tegak Dimulai dari Pohon, Begini Penjelasan Ilmuwan
Merdeka.com - Selama ini ilmuwan meyakini manusia purba beralih dari berjalan dengan empat kaki menjadi dua kaki (bipedal) karena mereka harus lebih efisien melintasi padang luas di Afrika. Namun berdasarkan temuan terbaru yang dipublikasikan di Jurnal Sciences Advances, kesimpulan itu tampaknya keliru.
Menurut peneliti dari tiga universitas bergengsi di Inggris dan Amerika Serikat, kemungkinan besar nenek moyang manusia purba awalnya menjadi bipedal ketika mereka masih berpindah-pindah di pohon, beriringan dengan spesies primata lainnya.
Penelitian yang menghasilkan kesimpulan mengagetkan ini tidak disertai dengan analisis secara paleontologi seperti fosil atau bukti lainnya. Melainkan melalui pengamatan perilaku simpanse yang tinggal di Lembah Issa, Tanzania.
-
Apa hubungan evolusi manusia dengan simpanse? Cara lebih baik untuk memahami evolusi--terutama evolusi manusia--adalah kita merupakan sepupu simpanse dan kera besar lainnya, bukan keturunannya. Dalam Pohon Silsilah Kehidupan, ranting kita terpisah dari simpanse selama jutaan tahun.
-
Bagaimana manusia dan simpanse berevolusi? Nenek moyang yang sudah punah ini perlahan berevolusi seiring waktu dan akhirnya memunculkan dua spesies yang kita sebut Homo sapien dan simpanse.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
-
Apa yang di temukan ahli paleontologi? Ahli paleontologi menemukan fosil bernama Lomankus edgecombei yang terawetkan dengan emas palsu, atau biasanya disebut pirit besi.
-
Siapa yang meneliti aktivitas manusia purba? Penelitian ini merupakan bagian dari disertasi doktor oleh Grzegorz Wysiadecki, menyelidiki berbagai aktivitas yang mungkin dilakukan manusia purba yang kemudian berkontribusi pada pengetahuan anatomi.
-
Apa yang ditemukan oleh peneliti? Para peneliti yang dipimpin oleh Shuhai Xiao di Virginia Tech menemukan fosil spons laut berusia 550 juta tahun, menjelaskan kesenjangan 160 juta tahun dalam catatan fosil.
Dilansir dari laman Ancient Origins, antropolog dari Universitas College London, Universitas Kent, dan Universitas Duke di North Carolina, mengamati perilaku simpanse itu selama 15 bulan.
Simpanse adalah spesies primata kerabat paling dekat dari manusia. Perilaku dan reaksi mereka bisa menjadi petunjuk bagaimana perilaku nenek moyang Homo Sapiens atau manusia modern pada jutaan tahun lalu.
Dengan hubungan genetik yang dekat dengan manusia, simpanse punya kesamaan lain dengan manusia prasejarah. Hewan itu hidup di kawasan sabana luas yang cocok dengan lingkungan tempat manusia purba berevolusi dan mengembangkan kemampuan berjalan di atas dua kaki.
Yang dimaksud dengan sabana adalah kawasan padang luas yang wilayahnya tidak berpohon atau lahan kering diselingi petak-petak hutan lebat. Karena manusia berevolusi di kawasan demikian maka tampaknya mereka mendapat keuntungan dengan kemampuan berjalan di kawasan terbuka dengan dua kaki. Kondisi ini menciptakan evolusi yang pada akhirnya membuat manusia berjalan dengan dua kaki.
Tujuan dari penelitian baru ini adalah untuk melihat apakah simpanse di padang luas benar menghabiskan waktu lebih banyak di tanah ketimbang simpanse yang hidup di wilayah lain di Afrika. Jika benar demikian maka kondisi ini secara tidak langsung mendukung gagasan evolusi yang menyebut lingkungan padang luas seperti sabana membantu nenek moyang manusia berjalan tegak dengan dua kaki.
Tidak sesuai dengan dugaan, ilmuwan menemukan simpanse di Lembah Issa menghabiskan waktu di pohon sama banyaknya dengan sepupu mereka yang tinggal di hutan.
Namun peneliti menemukan hal lain yang mengejutkan. Ketika mengamati perilaku simpanse di padang terbuka, mereka berharap melihat hewan itu akan berjalan dengan dua kaki dan lebih sering melakukannya ketimbang sedang berada di pohon. Tapi kenyataannya, lebih dari 85 persen dari aktivitas berjalan dua kaki itu dilakukan ketika mereka sedang berada di pohon.
Penemuan baru ini punya dampak luar biasa terhadap penelitian evolusi. Meski begitu ini bukan kali pertama ilmuwan mengetahui sejak kapan manusia mulai berjalan dengan dua kaki di pohon. Pada 2019 sebuah artikel yang diterbitkan di jurnal Nature mengatakan sekelompok ilmuwan menulis tentang penemuan mereka bahwa ada kera yang hidup 12 juta tahun lalu berjalan dengan cara yang benar-benar berbeda dengan jenis kera lainnya.
Ilmuwan dari Universitas Tubingen, Jerman itu mengklaim fosil kera yang ditemukan ketika penggalian di Bavaria memiliki postur hibrid bentuk kaki dan tangannya menyerupai orangutan. Hipotesis dari ilmuwan menyatakan hewan itu sudah punya kemampuan berjalan tegak dengan dua kaki ketika situasi membutuhkan seperti saat mereka melarikan diri dari predator.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Siku dan bahu berfungsi sebagai 'rem', ketika primata aktif memanjat pohon.
Baca SelengkapnyaPenemuan tulang dinosaurus pertama, biasanya Inggris abad ke-17, kini dipertanyakan. Ahli paleontologi dari Afrika menunjukkan bukti sekitar 500 tahun lalu.
Baca SelengkapnyaBanyak anggapan bahwa makanan pokok para pemburu-pengumpul adalah protein hewani.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru di jurnal Innovation ungkap evolusi pergerakan manusia. Tim ilmuwan gunakan fosil kera prasejarah, Lufengpithecus 6 juta tahun. Simak disini
Baca SelengkapnyaLetusan Gunung Toba merupakan salah satu letusan gunung berapi paling dahsyat dalam sejarah.
Baca SelengkapnyaKeberadaan keluarga ini masih menjadi misteri bagi para ilmuwan. Seharusnya hal ini tidak ada.
Baca SelengkapnyaPenemuan jejak sepatu kuno yang berusia hingga 150.000 tahun di pantai Afrika Selatan mengungkapkan bukti penting sejarah penggunaan alas kaki oleh manusia.
Baca SelengkapnyaFosil yang dianalisis peneliti milik Lufengpithecus, yang ditemukan di Yunan, China.
Baca SelengkapnyaArkeolog di Kenya menemukan fosil tulang rahang dari spesies hominin yang hidup 4,3 juta tahun lalu.
Baca SelengkapnyaTemuan ini menunjukkan dua spesies manusia purba hidup di lanskap dan waktu yang sama.
Baca SelengkapnyaKunci untuk memahami volusi tidaklah berjalan linier.
Baca SelengkapnyaTemuan ini menunjukkan tingginya kreativitas manusia purba.
Baca Selengkapnya