Di Belantara Amazon, Arkeolog Temukan Kota Kuno yang Hilang dari 2.500 Tahun Lalu, Ada Sawah dan Alun-Alun
Peneliti menemukan jaringan kota kuno itu dengan teknologi pengindaraan jauh (LiDAR)
Para peneliti dari Prancis menemukan sebuah kota kuno peninggalan masyarakat Amazon pra-Hispanik dari 2.500 tahun yang lalu dengan menggunakan teknologi deteksi cahaya dan pengukuran jarak (LIDAR).
Stephen Rostain dari Pusat Riset Ilmiah Nasional Prancis mengungkapkan penemuannya sebagai “lembah kota yang hilang”. Ia menemukan setidaknya 15 pemukiman yang terhubung oleh jaringan jalan yang canggih, beberapa di antaranya membentang hingga 20 kilometer dan lebar 10 meter.
-
Bagaimana kota kuno di Amazon ditemukan? Selama 20 tahun peneliti sudah mengamati kawasan itu, tapi setelah pemerintah Ekuador memakai lidar--teknologi penginderaan jarak jauh dengan laser--kota kuno itu baru terkuak.
-
Mengapa kota kuno di Amazon ditemukan? Para arkeolog menggabungkan penggalian tanah dengan survei area seluas 300 km persegi (116 mil persegi) menggunakan sensor laser yang diterbangkan dengan pesawat yang dapat mengidentifikasi sisa-sisa kota di bawah tumbuhan dan pepohonan yang lebat.
-
Apa yang ditemukan di kota kuno Amazon? Dengan menggunakan teknologi pemindaian laser mereka menemukan kota yang terletak di Lembah Upano, Ekuador itu lengkap dengan jaringan lahan pertanian dan jalan.
-
Kapan kota kuno di Amazon dihuni? Kota kuno itu dihuni oleh orang-orang Kilamope dan Upano sekitar 500 SM sampai 300 hingga 600 Masehi.
-
Kapan kota kuno di Amazon dibangun? Kota ini dibangun sekitar 2.500 tahun yang lalu, dan orang-orang tinggal di sana hingga 1.000 tahun, menurut para arkeolog.
-
Kenapa kota kuno Amazon sulit ditemukan? 'Jika berjalan kaki, ada banyak pohon yang merintangi, sulit untuk melihat apa yang ada di baliknya.'
Dilansir The Bright Side News, Senin (30/12), Rostain juga mendokumentasikan sekitar 6.000 panggung tanah yang kemungkinan berfungsi sebagai alun-alun, bangunan upacara, dan rumah yang saling terintegrasi dengan jalan dan dikelilingi oleh sawah terasering dan parit drainase.
Hilang akibat letusan gunung
Berdasarkan hal tersebut, perkotaan ini termasuk pemukiman yang terorganisir dengan cermat. Rostain dan timnya memperkirakan populasi penduduk di kota tersebut mencapai 10.000 hingga 30.000 orang pada masa puncaknya.
Para peneliti mengungkap bahwa penduduk pra-Hispanik yang tinggal di pemukiman ini termasuk dalam budaya Kilamope dan kemudian Upano. Mereka adalah masyarakat agraris yang menetap.
Selama penggalian di area tersebut ditemukan artefak rumah tangga seperti batu gerinda, kendi, dan biji yang dibakar. Lubang tiang, perapian, dan endapan artefak yang sengaja menunjukkan konstruksi tersebut seringkali mencangkup ritual.
Budaya Upano diperkirakan berakhir secara tiba-tiba akibat letusan gunung berapi Sangay yang terjadi antara 400 dan 600 M. Meski begitu, rentang waktu dari penanggalan karbon menunjukkan rentang waktu yang bervariasi.
Lebih lanjut, penemuan ini menentang asumsi lama tentang Amazonia di mana kota tersebut tidak dibangun dari batu seperti di Inca. Peradaban Amazon ini menggunakan lumpur sebagai bangunan utama sehingga meninggalkan lebih sedikit jejak yang bertahan lama.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti