Gunakan AI, Arkeolog Temukan 303 Gambar Kuno Berukuran Besar yang Diukir di Atas Tanah 2200 Tahun Lalu
Gambar-gambar kuno ini berukuran sekitar 3 sampai 7 meter.
Para arkeolog yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) menemukan 303 geoglyph baru di sebuah situs arkeologi di dekat Garis Nazca di Peru. Geoglyph umumnya merupakan jenis seni pahat atau ukiran di tanah maupun di bukit batu cadas. Biasanya karya seni ini dapat terlihat dari kejauhan atau ketinggian.
Ratusan ukiran ini menggambarkan burung beo, kucing, monyet, paus pembunuh, dan bahkan kepala yang dipenggal, diperkirakan berasal dari tahun 200 SM. Peneliti yang menemukan karya seni kuno ini merupakan gabungan tim dari Institut Nazca Universitas Yamagata Jepang, bekerja sama dengan IBM Research.
-
Dimana arkeolog menemukan gambar? Lokasi situs ini mengejutkan karena dua alasan, yaitu jaraknya jauh dari sumber air terdekat, Danau Nubia, yaitu lebih dari 97 kilometer, dan lanskap gersang yang tidak ideal untuk beternak hewan bertanduk besar, kata para penulis penelitian.
-
Bagaimana ilmuwan mengidentifikasi ukiran? Tiga Pakar Penelitian terbaru ini melibatkan tiga pakar pelacakan suku asli yaitu Tsamgao Ciqae, Ui Kxunta, dan Thui Thao, yang telah lama berkecimpung sebagai ahli pelacak profesional untuk berburu di padang pasir Kalahari.Mereka diberikan tugas untuk mengidentifikasi lebih dari 500 contoh jejak yang diukir pada permukaan batu, termasuk jejak manusia dan hewan.
-
Bagaimana para arkeolog menemukan artefak kuno? Peneliti di Institut Arkeologi Beijing, Shang Heng menyampaikan, penggalian arkeologi di menara No.121 dan No.120 Tembok Besar menemukan lebih dari 100 benda termasuk senjata dan perlengkapan sehari-hari para penjaga.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Peru? Para arkeolog di Peru menemukan reruntuhan kuil dan teater yang diyakini berusia 4.000 tahun.
Dikutip dari The Guardian, Minggu (29/9), geoglyph ini berukuran lebih kecil daripada pola geometris luas yang berasal dari tahun 200-700 M dan membentang di lebih dari 400 km persegi dari dataran tinggi Nazca.
Temuan ini memberikan pemahaman baru tentang transisi dari budaya Paracas ke Nazcas, yang kemudian menciptakan figur ikonik burung kolibri, monyet, dan paus yang menjadi bagian dari situs Machu Picchu, situs paling populer di Peru dan terdaftar dalam Warisan Dunia UNESCO.
"Penggunaan AI dalam penelitian mempermudah kami memetakan penyebaran geoglyph dengan lebih cepat dan akurat," kata arkeolog dari Universitas Yamagata, Masato Sakai saat mempresentasikan hasil penelitian mereka kepada pers di kedutaan besar Jepang di Lima pada Senin.
Penggunaan AI yang dikombinasikan dengan drone yang terbang rendah mempercepat penemuan geoglyph, menurut makalah penelitian yang diterbitkan pekan ini di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).
Para peneliti menyatakan dalam makalah tersebut, membutuhkan waktu hampir satu abad untuk menemukan total 430 geoglyph figuratif Nazca, namun dengan AI, dibutuhkan waktu hanya enam bulan dalam menemukan 303 geoglyph figuratif baru.
Model AI secara efisien mendeteksi banyak geoglyph tipe relief kecil yang lebih sulit dilihat dengan mata telanjang. AI juga mampu menganalisis sejumlah besar data geospasial yang dihasilkan oleh drone untuk mengidentifikasi area di mana lebih banyak geoglyph mungkin ditemukan.
Tak Bermakna Ritual
"Dengan drone, Anda bisa mencakup beberapa kilometer dalam sehari. Yang biasanya butuh waktu tiga atau empat tahun, sekarang bisa dilakukan hanya dalam dua atau tiga hari," kata ketua arkeolog Garis Nazca, Johny Isla.
Isla menambahkan, geoglyph yang baru ditemukan ini berukuran sangat kecil, antara 3 sampai 7 meter, sehingga tidak akan terdeteksi dari atas jalan layang seperti metode sebelumnya.
Garis misterius yang membentuk gambar tersebut menggambarkan sosok humanoid misterius yang dikenal sebagai “astronot”, hewan, dan pola geometris yang luas termasuk spiral dan trapesium yang terbentuk sempurna yang membentang bermeter-meter.
Isla menjelaskan, geoglyph baru ini juga berbeda dari pola geometris budaya Nazca yang luas dan figur zoomorfik dalam maknanya.
"Bisa dibilang geoglyph ini dibuat oleh manusia untuk manusia, sering kali menampilkan pemandangan kehidupan sehari-hari," ujarnya.
“Sedangkan geoglyph pada zaman Nazca adalah sosok raksasa yang sebagian besar dibuat pada permukaan datar untuk dilihat oleh dewa-dewa mereka.”
Geoglyph yang lebih tua dan lebih kecil bisa saja digunakan sebagai tanda atau mewakili kelompok keluarga atau kekerabatan, tetapi mungkin tidak memiliki makna ritual yang terkait dengan air dan kesuburan pada garis yang lebih besar dan kemudian ditarik, jelas Isla.
Gambar-gambar baru ini mencakup geoglyph linier besar, yang sebagian besar mewakili hewan liar, tetapi juga termasuk gambar berdarah yang menunjukkan manusia memegang kepala yang dipenggal, humanoid abstrak, dan unta peliharaan, seperti llama dan alpaka.