Koboi Amerika Paling Awal Berasal dari Budak Afrika, Ini Buktinya
Temuan ini mengguncang pemahaman konvensional tentang sejarah peternakan sapi di Amerika.
Koboi Amerika Paling Awal Berasal dari Budak Afrika, Ini Buktinya
Sebuah penelitian baru-baru ini telah mengungkap bukti DNA yang menarik, mengindikasikan sebagian dari para koboi awal di Amerika mungkin adalah budak Afrika.
Para budak ini yang menjadi cikal bakal peternakan sapi di benua Amerika. Temuan ini mengguncang pemahaman konvensional tentang sejarah peternakan sapi di Amerika.
-
Di mana ditemukan bukti hubungan antara orang Eropa dan budak Afrika? Selama berpuluh tahun, mereka mempelajari situs arkeologi di dekat Pantai Rehoboth, Delaware.
-
Kapan hubungan kekerabatan antara orang Eropa dan budak Afrika terungkap? Kolonial Eropa di Delaware Amerika Serikat pada abad ke-17 ternyata punya hubungan kekerabatan dengan budak Afrika.
-
Apa yang ditemukan di Amerika? Temuan baru berupa ukiran pada batu (petroglif) dapat dijadikan bukti terkait kebenaran klaim tersebut.
-
Kapan Homo sapiens awal ditemukan? Selama beberapa dekade, pertanyaan-pertanyaan tersebut telah dijawab berdasarkan penelitian tulang belulang. Tapi semua fosil Homo sapiens awal yang diketahui oleh ilmu pengetahuan dapat dengan mudah kita temui pada museum khusus.
-
Di mana Homo sapiens awal ditemukan? Fosil-fosil dari Maroko menunjukkan hal yang sebaliknya. Para ahli paleoantropologi menemukan fosil manusia purba, peralatan batu, dan tulang-belulang hewan yang telah dipotong di sebuah tambang yang terbengkalai di Maroko.
Sebelum kedatangan Christopher Columbus pada tahun 1492, sapi tidak ada di Amerika. Ketika Columbus mendirikan koloni Spanyol di Hispaniola, sebuah pulau besar di Karibia yang mencakup Haiti dan Republik Dominika, ia membawa hewan-hewan tersebut bersamanya. Sapi-sapi awal di Amerika diyakini berasal dari keturunan Eropa yang datang dari Kepulauan Canary di lepas pantai Afrika. Namun, penelitian DNA terbaru menunjukkan bahwa beberapa sapi pertama di Amerika sebenarnya diimpor langsung dari Afrika, kemungkinan melalui kapal-kapal perbudakan.
Sumber: Live Science
Penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports, dilakukan oleh Nicolas Delsol, seorang peneliti di Florida Museum of Natural History yang ahli dalam bidang arkeologi hewan, dan timnya. Mereka menganalisis DNA dari 21 sapi yang berasal dari lima situs arkeologi yang berkisar antara abad ke-16 hingga abad ke-18.
Analisis DNA
Hasil analisis DNA menunjukkan bahwa dari tujuh sampel sapi tertua yang berasal dari situs Puerto Real di Haiti, satu spesimen dari situs Bellas Artes di Meksiko memiliki garis keturunan yang sangat jarang ditemukan di Eropa. Ini mengindikasikan bahwa sapi ini kemungkinan diimpor langsung dari Afrika pada paruh pertama abad ke-17.
Temuan ini mendukung pandangan baru dalam sejarah perbudakan, menunjukkan peran sentral pekerja budak Afrika dalam perkembangan peternakan sapi di Amerika. Ketika peternakan sapi berkembang pesat di Amerika pada abad ke-16, praktik peternakan ini melampaui versi kecil yang populer di Spanyol dan Portugal pada saat itu.
Sumber: Live Science
Para sejarawan sekarang menyatakan bahwa pedagang perbudakan mungkin telah menargetkan orang-orang Afrika Barat yang ahli dalam penggembalaan dan menculik mereka bersama dengan sapi-sapi mereka. Begitu mereka tiba di Amerika, para budak ini, yang terampil dalam menggembala sapi, mungkin telah menciptakan teknik-teknik baru seperti menjerat sapi dari pelana khusus.
Sumber: Live Science
Studi ini juga menunjukkan betapa pentingnya peran orang Afrika dan sapi mereka dalam jaringan perdagangan Spanyol. Tanya Peres, seorang arkeolog hewan di Florida State University, mengatakan bahwa tanpa tenaga kerja budak Afrika yang berpengetahuan dan terampil dalam penggembalaan, industri peternakan sapi Spanyol mungkin tidak akan berhasil sebaik itu.
Sumber: Live Science
Kombinasi lingkungan yang cocok, lahan yang luas, dan penggembala sapi berpengalaman dari Afrika hampir pasti telah memicu ekspansi peternakan sapi di wilayah Karibia, Meksiko, dan selatan Amerika Serikat. Temuan ini akan menjadi dasar bagi penelitian lebih lanjut dalam upaya untuk memahami sejarah kompleks perkembangan peternakan sapi di benua Amerika.
Sumber: Live Science