Kisah Maung Panjalu, Simbol Persahabatan Majapahit & Pajajaran yang Melegenda
Merdeka.com - Sebagai dua wilayah dengan kultur berbeda, Kerajaan Majapahit dan Pajajaran tak selalu menampilkan hubungan yang tak harmonis.
Salah satunya terlihat dari pernikahan antara Raja Majapahit bergelar Prabu Brawijaya dan Puteri Pajajaran Kencana Larang melalui sejarah Maung Panjalu yang melegenda.
Dilansir dari tulisan Ceppi Gunawan di elib.unikom.ac.id tahun 2015 (8/7), dikisahkan jika pernikahan keduanya berjalan harmonis hingga Puteri Kencana Larang hamil dan melahirkan anak kembar bernama Bongbang Larang dan Bongbang Kencana.
-
Siapa istri pertama dari Raja pertama Kerajaan Majapahit? Gayatri adalah salah satu istri dari Raja pertama kerajaan Majapahit, Raden Wijaya.
-
Siapa yang punya darah keturunan Majapahit? Pria tua ini bukanlah orang sembarangan. Dia masih memiliki darah keturunan Kerajaan Majapahit. Pesan leluhurnya juga masih dipegang teguh. Bahkan kakek ini juga masih menjunjung tradisi ageman Jawa Kuno.
-
Siapa anak kembar Komeng? Kedua anak kembar Komeng baru saja diwisuda. Lulusan Sekolah Internasional Kebahagiaan kini tengah dirasakan komedian Komeng. Pasalnya anak kembarnya, Ganteng Maritza Aldi dan Bagus Athallah telah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA).
-
Siapa raja Majapahit saat Banger berkembang? Seiring berjalannya waktu, daerah yang merupakan kawasan perbatasan dua kerajaan besar ini berkembang pesat. Sejarah Pada zaman Pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk), raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama Banger.
-
Dimana Mpok Alpa melahirkan kembarnya? 'Rumah sakit yang nentuin dia, ditunjuknya di Rumah Sakit Bunda, yang nanganin dokternya Rayyanza pas lahiran. Aurel lahiran dia yang nanganin juga, rezekinya cakep nih,' jelasnya.
-
Siapa yang melahirkan 5 anak kembar? Seorang Ibu asal Indramayu baru-baru ini ramai menjadi perbincangan publik. Bagaimana tidak, Ibu ini berhasil melahirkan 5 anak kembar melalui proses operasi SC.
Kedua anak kembar tersebut kemudian menjadi simbol persahabatan antara Jawa dan Sunda, setelah berubah menjadi dua ekor maung di kawasan Panjalu, Jawa Barat.
Berikut kisah selengkapnya.
Upaya Memutus Permusuhan Perang Bubat
Kisah persaudaraan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Pajajaran tersebut bermula dari keinginan Raja Brawijaya untuk memutus permusuhan dengan Negara Pajajaran (Sunda) oleh leluhur mereka, yakni Raja Hayam Wuruk dan Puteri Dyah Pitaloka pasca perang Bubat.
Ide tersebut ia dapatkan saat merenung di tengah malam, sembari memandangi keindahan hamparan bintang di langit.
Tak berselang lama, Raja Brawijaya mengumpulkan patihnya untuk mengutarakan niat silaturahmi melalui ikatan perkawinan dengan Puteri Pajajaran yakni Kencana Larang.
Perjalanan jauh beserta surat permohonan pun sudah disiapkan, termasuk membawa prajurit andal untuk mengawal misi perdamaian tersebut.
Diterima Baik Oleh Raja Pajajaran
Sebagai ajakan yang dinilai baik, raja Pajajaran pun menerima dengan hangat pinangan raja Brawijaya tersebut. Hingga tibalah hari pernikahan, dan Puteri Kencana Larang diboyong ke Negara Majapahit di Jawa.
Saat itu, isi surat silaturahmi yang dibawa dari Majapahit disebut menjadi penguat ikatan antara keduanya. Adapun pesan kasih sayang dan perdamaian mendominasi di teks yang ditulis oleh raja Brawijaya, sehingga dianggap sebagai bentuk penghormatan oleh kerajaan Sunda.
Tak berapa lama, istri Raja Brawijaya tersebut mengandung hingga di usia kehamilan yang menginjak 9 bulan, ia meminta izin ke suaminya untuk melahirkan, dengan ditemani orang tuanya di Negara Pajajaran. (versi buku Sejarah Panjalu, karya Cakradinata : 2007.48 disebutkan saat hamil 7 bulan Puteri Kencana Larang berangkat ke Pajajaran).
Setelah mendapat izin, Puteri Kencana Larang pun berangkat dengan dikawal prajurit dan persenjataan lengkap. Perjalanan tersebut memakan waktu berminggu-minggu, hingga masa persalinan pun datang.
Saat sampai di tengah hutan belantara, kawasan Kaki Gunung Sawal (sekarang Ciamis, Jawa Barat) Ia melahirkan sepasang anak kembar yang diberi nama Bongbang Larang (laki-laki) dan Bongbang Kencana (perempuan).
Puteri Kencana Larang disebut sempat merasa gagal, lantaran tak berhasil melahirkan di tengah keluarganya di Kerajaan Pajajaran. Namun ia tetap melanjutkan perjalanan, sebagai bentuk tanggung jawab permintaannya.
Sementara itu, diceritakan jika di wilayah Majapahit keadaan politik sedang tak menentu, sehingga Raja Brawijaya tak bisa mengantarnya pulang ke tanah kelahiran.
Kelahiran Maung Panjalu Sebagai Simbol Persaudaraan
Waktu terus berjalan, hingga kedua anak tersebut menjadi remaja setelah dibesarkan di lingkungan Pajajaran. Saat itu keduanya memiliki keinginan untuk bertemu ayahnya di Jawa, dan Bongbang Larang serta Bongbang Kencana pun nekat melakukan perjalanan ke Majapahit
Setelah melakukan perjalanan jauh, keduanya beristirahat di daerah Panumbangan di mana merupakan tempat mereka dilahirkan dulu. Di sana keduanya meminum air di sebuah wadah dandang (semacam kendi) yang tak lain adalah wadah ari-ari mereka sendiri.
Tak lama, ada seorang dukun yang menemui keduanya dan memintanya tinggal untuk sementara waktu sebelum melanjutkan perjalanan. Keduanya pun menuruti, namun sempat melanggar perintah sang dukun agar tak bermain-main di sebuah telaga yang amat jernih bernama Cipanumbangan.
Keduanya pun sempat terjerat sebuah penangkap ikan dari bambu, hingga ditolong oleh petani setempat. Bongbang Larang dan Bongbang Kencana yang tengah terjerat itu dibawa ke kerajaan Panjalu, untuk dipertemukan dengan penguasa di sana.
Setelah bertemu, mereka pun bisa melanjutkan perjalanan hingga berhasil menemui ayahnya Raja Brawijaya di Majapahit.
Sebagai ajakan yang dinilai baik, raja Pajajaran pun menerima dengan hangat pinangan raja Brawijaya tersebut. Hingga tibalah hari pernikahan, dan Puteri Kencana Larang diboyong ke Negara Majapahit di Jawa.
Saat itu, isi surat silaturahmi yang dibawa dari Majapahit disebut menjadi penguat ikatan antara keduanya. Adapun pesan kasih sayang dan perdamaian mendominasi di teks yang ditulis oleh raja Brawijaya, sehingga dianggap sebagai bentuk penghormatan oleh kerajaan Sunda.
Tak berapa lama, istri Raja Brawijaya tersebut mengandung hingga di usia kehamilan yang menginjak 9 bulan, ia meminta izin ke suaminya untuk melahirkan, dengan ditemani orang tuanya di Negara Pajajaran. (versi buku Sejarah Panjalu, karya Cakradinata : 2007.48 disebutkan saat hamil 7 bulan Puteri Kencana Larang berangkat ke Pajajaran).
Setelah mendapat izin, Puteri Kencana Larang pun berangkat dengan dikawal prajurit dan persenjataan lengkap. Perjalanan tersebut memakan waktu berminggu-minggu, hingga masa persalinan pun datang.
Saat sampai di tengah hutan belantara, kawasan Kaki Gunung Sawal (sekarang Ciamis, Jawa Barat) Ia melahirkan sepasang anak kembar yang diberi nama Bongbang Larang (laki-laki) dan Bongbang Kencana (perempuan).
Puteri Kencana Larang disebut sempat merasa gagal, lantaran tak berhasil melahirkan di tengah keluarganya di Kerajaan Pajajaran. Namun ia tetap melanjutkan perjalanan, sebagai bentuk tanggung jawab permintaannya.
Sementara itu, diceritakan jika di wilayah Majapahit keadaan politik sedang tak menentu, sehingga Raja Brawijaya tak bisa mengantarnya pulang ke tanah kelahiran.
Maung Panjalu Sebagai Simbol Persaudaraan Jawa dan Sunda
Dua buah patung macan yang diduga sebagai simbol dari maung panjalu di Situ Panjalu, Ciamis, Jawa Barat
©2021 elib.unikom.ac.id/ Merdeka.com
Dalam kisahnya tak begitu detail ditulis perubahan Bongbang Larang dan Bongbang Kencana menjadi dua ekor maung. Namun Ceppi menuliskan jika keduanya berubah menjadi macan setelah meminum air dari bekas ari ari mereka saat berada di Panumbangan, Panjalu.
Tapi versi lain, di buku Sejarah Panjalu disebutkan jika Maung Panjalu merupakan gelar yang diberikan Raja Brawijaya atas keberanian kedua anaknya melakukan perjalanan tanpa dikawal dari Pajajaran ke Majapahit.
Anak kembar tersebut juga telah menceritakan proses kelahirannya di Hutan Panjalu, hingga berhasil menemui ayahnya saat itu.
Gelar tersebut konon sebagai simbol lambang persaudaraan antara Sunda dan Majapahit atas kedua anaknya yang lahir di Panjalu. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sayang padanya
Baca SelengkapnyaKembar mayang adalah sepasang hiasan berupa anyaman daun kelapa yang memiliki makna dan mitos dalam pernikahan tradisional Jawa.
Baca SelengkapnyaSosok Tribhuwana Tunggadewi dikenal sebagai saah satu pemimpin perempuan era kerajaan yang disegani.
Baca SelengkapnyaMpu Sindok adalah sosok raja yang terkenal, namun tak banyak orang tahu tentang istrinya, Sri Parameswari Dyah Kebi.
Baca SelengkapnyaPasangan suami istri asal Banyuwangi, Kohar dan Pipit hadir dalam upacara HUT ke-78 RI di Istana Merdeka mengenakan busana pengantin Mupus Braen Blambangan.
Baca SelengkapnyaSejak puluhan abad silam, daerah ini sudah jadi wilayah penting bagi kehidupan masyarakat.
Baca SelengkapnyaPajajaran termasuk pemerintahan kuno yang maju di nusantara. Saat itu, mereka sudah memiliki enam pelabuhan dengan jaringan jalan yang menghubungkan pulau Jawa
Baca SelengkapnyaDalam kehidupan masyarakat Batak Toba masih mengenal sebuah tongkat sakti yang menjadi sejarah lisan sampai saat ini.
Baca SelengkapnyaDewi Suhita memimpin Majapahit saat kondisi kerajaan itu tidak baik-baik saja. Ia dihadapkan pada perang Paregreg. Pembawaannya yang tenang jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaDua anggota Wali Songo ini punya hubungan emosional yang dalam.
Baca SelengkapnyaDalam budaya Jawa, urutan kelahiran sering kali dianggap memengaruhi karakter dan kepribadian seseorang.
Baca SelengkapnyaCandi Jabung merupakan salah satu candi yang membuat Thomas Raffles kagum akan kemegahannya.
Baca Selengkapnya