Misteri Keterlibatan Sekelompok Perwira Muda dalam Peristiwa Malari
Merdeka.com - Peristiwa Lima Belas Januari 1974, ternyata tidak hanya didukung oleh para aktivis mahasiswa dan kaum oposisi, namun juga diamini oleh sebuah klik perwira muda di tubuh tentara. Benarkah?
Penulis: Hendi Jo
Hari ini, tepat empat puluh sembilan tahun yang lalu, Jakarta diguncang kerusuhan paling banal setelah peristiwa demonstrasi mahasiswa tahun 1966 yang berhasil melengserkan Presiden Sukarno.
-
Mengapa mahasiswa demo di tahun 1965? Para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) itu tidak puas dengan kebijakan pemerintahan Orde Lama. Mereka terus melakukan demonstrasi dan meminta Presiden Sukarno bertindak tegas terhadap PKI dan menteri-menteri yang tidak becus bekerja.
-
Siapa yang menyampaikan laporan tentang peristiwa 1965? Mahfud mengatakan Gubernur Rusdy menyampaikan terkait peristiwa 1965 di Sulteng.
-
Siapa yang terlibat dalam peristiwa ini? 'Kami memanggil pihak keluarga pengendara sepeda motor yang pura-pura kesurupan untuk dimintai keterangan,' ucap dia.
-
Nama angkatan apa yang ada di konteks? Nama angkatan dan filosofinya ini tidak hanya sekadar sebutan. Melainkan juga bisa mencerminkan karakter angkatan.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Siapa yang terlibat dalam koalisi? Koalisi dibentuk oleh beberapa partai agar dapat mengusulkan pasangan calon presiden dan wakil presiden berdasarkan Pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu
Dalam kejadian yang dikenal sebagai Peristiwa Malari (Lima Belas Januari) itu, diberitakan 807 mobil dan sekira dua ratus sepeda motor buatan Jepang hancur dan 114 bangunan dibakar massa. Akibatnya, 11 orang tewas, lebih dari seratus orang mengalami luka (17 di anataranya luka parah) dan 775 orang ditangkap.
"Sebanyak 160 kg emas dari berbagai toko di daerah pecinan (dari Pasar Senen hingga Glodok) amblas digondol orang," ungkap Jopie Lasut dalam Kesaksian Seorang Jurnalis Anti Orde Baru: Malari, Melawan Soeharto dan Barisan Jenderal Orba.
Menurut Jopie yang terlibat dalam demonstrasi tersebut, Peristiwa Malari dilatari kenaikan harga beras dan kebutuhan pokok yang menjadikan rakyat marah. Klimaksnya terjadi saat Kakuei Tanaka (Perdana Menteri Jepang) berkunjung ke Jakarta pada 15 Januari 1974.
"Itu dijadikan momentum oleh para mahasiswa dan kaum oposan untuk melakukan aksi unjuk rasa anti modal asing," ujar Jopie.
Hingga kini, rangkaian aksi kekerasan yang mengiringi demonstrasi mahasiswa itu tak pernah terungkap secara hukum. Sejarah hanya mencatat, usai peristiwa itu sejumlah tokoh mahasiswa dan oposisi ditangkap lalu dijebloskan ke dalam penjara.
Mereka antara lain Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, Darodjatun Kuntjorojakti, Sjahrir, Jusuf AR, Rahman Tolleng, J.C. Princen dan sejumlah tokoh intelektual lainnya.
Kelompok Perwira Muda
Namun tak banyak orang tahu, Peristiwa Malari melibatkan sekelompok perwira muda pimpinan dua orang letnan kolonel bernama Victor Hutabarat dan Mahfud. Bahkan menurut kesaksian Jopie, para perwira lulusan Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad) itu sempat ditahan bersama para aktivis mahasiswa di Losmen Jaya, julukan para aktivis mahasiswa untuk sel tahanan yang ada di lingkungan Kodam V Jaya (Jakarta Raya).
Kelompok pimpinan Victor dan Machfud merupakan perwira-perwira muda yang menguasai hampir seluruh posisi strategis di lingkungan ABRI saat itu. Ketika masih menjadi taruna pada 1960, mereka ada di bawah asuhan komandan resimen yang kala itu dijabat oleh Letnan Kolonel Sayidiman Suryohadiprodjo, salah satu lulusan terbaik Akademi Militer Yogyakarta Angkatan pertama di era revolusi.
Hubungan baik itu terus terpelihara hingga Sayidiman berpangkat letnan jenderal dan menduduki posisi sebagai deputy Kasad. Bahkan disebutkan oleh Jopie, pada 1973, Sayidiman pernah mengumpulkan ratusan perwira lulusan Atekad di Hotel Duta Merlin, Jakarta.
"Dia lantas mendapat tuduhan dari perwira-perwira pro Soeharto telah melakukan machtsvorming (penggalangan kekuatan) di tubuh Angkatan Darat," ungkap Jopie.
Para perwira muda seangkatan Letnan Kolonel Victor Hutabarat dan Letnan Kolonel Machfud dikenal sangat dekat dengan Sayidiman. Mereka pun menonjol karena cerdas, berani, penuh inisiatif dan kritis.
Karena itu saat terjadi Peristiwa Malari, kelompok tersebut diam-diam mendukung gerakan-gerakan yang dijalankan oleh para aktivis mahasiswa Jakarta. Dukungan itu lantas dijadikan hujah oleh para jenderal politis 'pimpinan' Ali Murtopo yang disebut David Jenkins sebagai kelompok inti di sekitar Presiden Soeharto, untuk menjatuhkan kelompok 'militer profesional' pimpinan Jenderal Soemitro, Wakil Panglima ABRI sekaligus Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkokamtib).
"Mereka adalah kaum 'militer profesional' terkemuka yang dipecat atau dipindahkan karena Peristiwa Malari 1974," ungkap Jenkins dalam Soeharto dan Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia, 1975-1983.
Soemitro vs Ali Murtopo
Sedikit beruntung dibandingkan Soemitro yang langsung dipecat akibat keterlibatan dalam peristiwa itu, Sayidiman sendiri hanya 'dihukum' dengan memutasikannya sebagai Gubernur Lemhanas.
Sayidiman menolak keras tuduhan itu. Dia hanya tertawa saja ketika saya mengkonfirmasi soal tersebut dalam suatu wawancara di kediamannya pada 2019. Menurut Sayidiman, orang-orang yang melontarkan tuduhan itu sama sekali tidak paham.
Sebenarnya, katanya, bisa dikatakan dia tidak dekat dengan perwira Atekad lulusan 1960 itu. Bahkan saat menjabat sebagai komandan resimen taruna dia kerap 'bermasalah' dengan para perwira lulusan 1960 yang dianggapnya terlalu banyak campur tangan ke masalah internal para taruna di bawah mereka sehingga menyulitkan para komandan seperti dirinya.
"Tuduhan bahwa saya menggerakan sekelompok perwira muda yang dipimpin perwira lulusan tahun 1960 itu baru dituduhkan kepada saya setelah terjadinya Peristiwa Malari dan itu pun hanya berupa isu. Tidak pernah disampaikan kepada saya secara tegas." katanya.
Bagi Sayidiman, Peristiwa Malari 1974 merupakan puncak persaingan politik antara Soemitro dengan Ali Murtopo. Dan faktanya, Soemitro sudah dikalahkan oleh Ali Murtopo.
"Memang Ali lihai sekali dalam operasi intelnya…" ungkap Sayidiman dalam otobiografinya, Mengabdi Negara Sebagai Prajurit TNI. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Militer ada di belakang aksi-aksi mahasiswa pasca G30S/PKI. Ini pengakuan para jenderal saat itu.
Baca SelengkapnyaBahlil Lahadalia meyakini ada yang mendalangi gerakan dan petisi para civitas akademika kepada Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaBanyak orang Minahasa yang melakukan perantauan. Hal ini terjadi karena para pemuda Minahasa mulai menyadari bahwa dunia itu luas.
Baca SelengkapnyaPelajar SMP Madiun tak gentar melawan penjajah. Di tengah kesulitan yang dihadapi, mereka tetap berjuang
Baca SelengkapnyaBeberapa nama perwira TNI alumni AKABRI 1970 yang gugur di Operasi Seroja.
Baca SelengkapnyaPerlawanan yang dilakukan kaum PKI terhadap pemerintah Hindia Belanda ini pecah di Minangkabau atau tepatnya di daerah Silungkang dekat tambang Sawahlunto.
Baca SelengkapnyaKetua TKS Prabowo-Gibran, Bahlil Lahadalia meyakini ada yang mendalangi gerakan dan petisi civitas akademika kepada Jokowi
Baca SelengkapnyaPada 25 Januari 1978, operasi kilat berhasil membungkam sementara gerakan mahasiswa Bandung.
Baca SelengkapnyaAda 50 orang relawan dari Indonesia yang siap bertempur. Mereka telah dilatih dan dipersenjatai.
Baca SelengkapnyaDiketahui, setiap 12 Mei diperingati sebagai Hari Peringatan Tragedi Trisakti.
Baca SelengkapnyaBerikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaIstilah "Tritura" merupakan singkatan dari "Tri Tuntutan Rakyat" (Tiga Tuntutan Rakyat).
Baca Selengkapnya