Perang Berdarah: Tentara Inggris Panik Dilempar Granat, Babak Belur & Nyaris Hancur
Merdeka.com - Untuk kali pertama kekuatan militer Inggris di Jawa Barat mendapat hambatan secara besar-besaran dari para pejuang republik.
Penulis: Hendi Jo
Minggu, 9 Desember 1945. Senja mulai memasuki wilayah Bojongkokosan yang tengah digelayuti awan mendung. Gemertak roda-roda tank Sherman bergemuruh memerangi suasana sunyi. Diapit dua tebing tinggi, iring-iringan konvoi yang dikawal oleh 150 truk militer berisi prajurit-prajurit dari unit 5/9 Jats Divisi ke-23 India itu merayap di jalan sempit.
-
Kenapa Inggris menjajah Indonesia? Sebab utama penjajahan tersebut bermula dari adanya perjanjian politik Inggris dengan Belanda.Saat itu, Belanda yang tengah dijajah oleh Prancis, di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte merasa kalah dan bangkrut.
-
Bagaimana cara Belanda menghalau Inggris di Jawa? Daendels mendapat tugas untuk mengamankan aset di Indonesia, dari kemungkinan serangan musuh.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Bagaimana pasukan Jerman membantu perjuangan Indonesia? Seperti orang-orang Jepang, beberapa eks serdadu Jepang ini pun diketahui pernah menjadi pelatih militer untuk para pejuang Indonesia selama perang kemerdekaan.
-
Kenapa pasukan Jerman di Indonesia? Saat Perang Dunia II Meletus, Jerman dan Jepang bersekutu.Jerman memiliki armada kapal selam U-Boat. Unit ini merupakan pasukan elite dalam Kriegsmarine. U-Boat Menghancurkan Banyak Kapal AL & Juga Kapal Dagang Sekutu Selama Perang Dunia II, kapal selam Jerman menebar maut untuk kapal-kapal sekutu.Tak cuma di Atlantik, U-Boat juga dikirim ke Pasifik dan perairan Asia Tenggara.Termasuk wilayah Hindia Belanda yang saat itu dikuasai Jepang. Namun berbeda dengan misi mereka di Atlantik, dari Indonesia U-Boat juga ditugaskan memuat hasil perkebunan seperti karet dan kina yang dibutuhkan Jerman dalam peperangan.
-
Bagaimana para jawara banten melawan penjajah? Luar biasanya, para jawara tersebut mampu melawan kekuatan senjata berteknologi tinggi Belanda dan Jepang hanya dengan tangan kosong. Mereka sudah terkenal kebal sejak dulu, melalui ilmu tradisional yang digunakan dengan bijak.
"Mereka adalah pendatang baru di pulau Jawa," ungkap Letnan Kolonel A.J.F. Doulton dalam The Fighting Cock, The Story of the 23rd Indian Division.
Di sebuah kelokan, konvoi diadang rintangan. Pohon-pohon besar melintang di tengah jalan. Satu tank Sherman tampil ke muka. Berusaha mengenyahkan rintangan tersebut. Di luar dugaan, tiba-tiba terdengar ledakan dahsyat.
Rupanya tank legendaris Perang Dunia II itu menggilas ranjau darat yang ditanam tersembunyi. Terjadi kepanikan. Tabrakan antar-kendaraan tempur tak terelakan. Para serdadu melompat.
Di tengah kekacauan itu, terdengar dua kali letusan pistol. Disusul rentetan tembakan berhamburan dari atas tebing. Granat-granat melayang dibarengi teriakan takbir yang membuat suasana semakin mencekam. Di balik sebuah pohon kelapa, Prajurit Satibi menembakkan karaben Jepang-nya.
"Saya mengincar seorang serdadu bule yang tengah berteriak-teriak panik sambil mengokang Lee Enfield-nya," kenang lelaki kelahiran tahun 1924 tersebut.
Perang Berdarah Sampai Jelang Maghrib
Pertempuran berdarah-darah berlangsung hampir tiga jam. Menjelang maghrib, tiba-tiba terdengar seruan mundur dari Kapten Murad Idris, pimpinan operasi pencegatan itu.
Alih-alih menjadikan pertempuran mereda, perintah itu justru membuat prajurit-prajurit Jats penasaran. Mereka terus maju mengejar para pengadang. Untunglah kemudian hujan turun. Pengejaran dihentikan.
Terhitung puluhan prajurit Jats menjadi korban. Termasuk komandan mereka dan seorang kapten ikut terluka. Sementara di pihak Indonesia, belasan orang jatuh menjadi korban termasuk 12 prajurit Resimen III TKR Sukabumi yang terhantam peluru-peluru 12,7 di parit pertahanan dekat sebuah tebing.
Usai mengangkut para serdadu yang luka dan gugur, konvoi militer Inggris pun melaju kembali menuju Sukabumi. Kali ini mereka bergerak secara perlahan dan lebih hati-hati. Hanya beberapa truk saja yang dapat berjalan beriringan.
"Sedangkan konvoi di belakang mereka, terpotong-potong dan tercecer begitu saja di sepanjang jalur Benda, Cigombong dan Cicurug," ujar Letnan Kolonel (Purn) Eddie Soekardi, eks Komandan Resimen III TKR Sukabumi.
Serang dan Lari
Ternyata 'neraka' masih mengikuti konvoi Inggris hingga Sukabumi. Di Parungkuda, Cikukulu, Cibadak dan Cisaat, serangan-serangan mendadak yang sesekali disertai oleh bidikan jitu para penembak runduk, malah semakin menggila.
Menurut Eddie, andaikan para prajurit dan pejuang Indonesia lebih disiplin dalam melaksanakan konsep gerilya hit and run, dipastikan konvoi Inggris itu akan binasa.
"Soalnya kan tentara-tentara kita kebanyakan masih muda dan belum berpengalaman, sehingga maunya hantam kromo saja tanpa menghiraukan strategi dan kekuatan sendiri yang serba terbatas," ungkap eks perwira didikan militer Jepang itu.
Contoh dari kasus tersebut terjadi pada pasukan Lasykar Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI) yang melakukan pengadangan di Parungkuda pada 11 Desember 1945.
Merasa unggul dan telah membuat kocar-kacir satu bagian konvoi Inggris, mereka justru terus merangsek tanpa mengindahkan standar teori gerilya yakni 'serang dan lari'.
"Akibatnya regu saya semua habis, yang tersisa cuma saya dan seorang kawan," ungkap S. Herman (kelahiran tahun 1926), eks anggota BBRI Sukabumi.
Inggris Babak Belur
Sulitnya medan sepanjang Bogor-Sukabumi, membuat militer Inggris melibatkan kekuatan udaranya untuk mengamankan jalur tersebut.
Tanpa ampun, pesawat-pesawat tempur RAF (Angkatan Udara Kerajaan Inggris) menghabisi Cibadak yang dicurigai oleh mereka sebagai pusat perlawanan para petarung Indonesia. Korban pun berjatuhan terutama dari pihak sipil.
"RAF telah melakukan serangan udara yang paling dasyat selama keterlibatan militer Inggris di pulau Jawa…" tulis Doulton.
Setelah empat hari dihajar kanan-kiri, konvoi militer Inggris tiba di Sukabumi. Mereka tiba dalam kondisi babak belur. Untuk melakukan penyegaran kekuatan, mereka meminta Markas Besar Sekutu di Jakarta mengirimkan pasukan tambahan. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.
Baca SelengkapnyaPerjalanan ini dipenuhi pertumpahan darah dan tangisan air mata.
Baca SelengkapnyaSerangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaPertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Baca SelengkapnyaKedatangan mereka yang tiba-tiba membuat gempar masyarakat pesisir Tuban
Baca SelengkapnyaTengah Air Base jadi markas pesawat jet tempur Inggris. Dijaga kuat dengan rudal antipesawat udara.
Baca SelengkapnyaVideo tersebut menceritakan proses evakuasi para tawanan perang dari kamp Banyubiru menuju Kota Semarang
Baca SelengkapnyaMasyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Baca SelengkapnyaSetelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda.
Baca SelengkapnyaPada 1947, umat islam Tanah Air berperang melawan Belanda pada hari ketiga puasa.
Baca Selengkapnya74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.
Baca SelengkapnyaKonflik bermula ketika seorang penghuni hotel merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai oleh pemuda Indonesia.
Baca Selengkapnya