Terbuat dari Bambu, Begini Alat Penggiling Gabah Petani Sumedang Zaman Dulu
Walaupun tradisional, Gintiran memiliki prinsip kerja yang canggih dan mampu pisahkan gabah hingga 80 persen.
Walaupun tradisional, Gintiran memiliki prinsip kerja yang canggih dan mampu pisahkan gabah hingga 80 persen.
Terbuat dari Bambu, Begini Alat Penggiling Gabah Petani Sumedang Zaman Dulu
Ada banyak alat pertanian yang digunakan orang Sunda sejak zaman dulu, salah satunya Gintiran.
-
Apa itu Gipang Banten? Beras umumnya diolah menjadi penganan asin gurih seperti arem-arem ataupun rengginang. Namun di tanah Jawara Banten, beras justru dikreasikan sebagai camilan manis gipang ini.
-
Kapan alat penggiling kuno itu digunakan? Sumber: Scitech Daily Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian menunjukkan bahwa wilayah kering di utara Arab Saudi pada masa lampau lebih hijau dan subur, memberikan sumber daya air dan kehidupan liar yang mencukupi bagi masyarakat awal pada periode Neolitikum.
-
Dimana alat penggiling kuno itu ditemukan? Dalam studi terbaru yang terbit pada jurnal PLOS ONE, peneliti dari Institut Max Planck Geoanthropology, Dewan Riset Nasional Italia, Institut Heritage Science (CNR ISPC), dan University College London memaparkan analisis penggunaan alat penggiling yang ditemukan di Jebel Oraf di Gurun Nefud Arab Saudi.
-
Bagaimana bejana gading dibuat? Gagangnya yang kecil didesain dengan indah dan dibuat dengan terampil disusun secara simetris di sekitar bagian bawah dan lehernya.
-
Apa isi dari gulungan bambu? Lembaran bambu ini seringkali berisi karya sastra dan buku tentang pertanian dan pengobatan atau catatan pemerintahan.
-
Apa fungsi Gendang Pampat? Terkadang, permainan alat musik itu juga perlu dilakukan karena mendapat petunjuk alam. Begitu petunjuk itu datang, alat-alat musk dikeluarkan dari tempatnya untuk dibunyikan. Tutong mengatakan, bila diibaratkan, bunyi gendang itu bertujuan untuk mengundang para anggota keluarga lain datang.
Gintiran merupakan alat penggiling gabah kuno yang terbuat dari kayu dan bambu khas warga Kabupaten Sumedang.
Walaupun termasuk perkakas tradisional, Gintiran memiliki prinsip kerja yang canggih dan mampu memisahkan gabah hingga 80 persen. Berikut selengkapnya.
Terdiri dari corong dan bak
Mengutip laman Budaya Kuring, Sabtu (2/9), Gintiran sendiri terdiri dari tiga unsur utama yakni corong, gerigi dan bak.
Corong terbuat dari bahan bambu yang disusun mengerucut ke bawah, lalu ada gerigi dan di bawahnya tersimpan bak.
Fungsi corong adalah untuk memasukkan gabah hasil panen untuk dipisahkan melalui gerigi, sebelum ditampung di bak.
Memisahkan padi dengan canggih.
Gabah yang masuk kemudian digiling secara sederhana menggunakan gerigi atau gigi-gigi yang diputar searah dengan jarum jam.
Seketika, gabah akan terpisah secara otomatis hingga bisa diolah lebih lanjut dengan durasi yang lebih singkat.
Untuk mengoperasikan Gintiran, diperlukan tenaga dua sampai tiga orang mengingat alat tersebut cukup berat saat dioperasikan.
Alat ini disebut sebagai teknologi terbaru dari lesung dan alu yang lebih tradisional.
Lesung dan alu merupakan alat pembersih gabah hasil panen, dengan mekanisme kerja ditumbuk.
Gabah yang terkumpul dari sawah, kemudian dimasukkan ke dalam wadah lesung berbahan kayu, kemudian ditumbuk-tumbuk menggunakan alu atau kayu dengan bagian bawah yang tumpul.
Gunakan mesin
Namun saat ini alat tersebut sudah jarang digunakan, karena dinilai kurang efisien.
Sebagai gantinya, para petani Sunda di saat ini lebih suka menggunakan alat yang lebih sempurna bernama heleur.
Heleur memiliki prinsip kerja serupa, namun menggunakan tenaga mesin dengan hasil gabah mencapai 90 persen lebih.
Saat ini, Gintiran tersimpan di Museum Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat, bersama ragam perkakas tradisional Sunda lainnya.