Mengenal Husein Djajadiningrat, Orang Indonesia Pertama yang Dapat Gelar Doktor
Merdeka.com - Sudah mengenal Prof. Dr. Husein Djadjadiningrat? Beliau merupakan tokoh yang lahir di Kramatwatu, Serang, Provinsi Banten pada 8 Desember 1886. Ia merupakan salah satu orang yang berpengaruh di bidang akademik Republik Indonesia.
Ia dikenal sebagai sosok yang fokus di dunia ke ilmuan, arkeolog sekaligus budaya yang mendapatkan penghargaan gelar doktor dari Universitas Leiden, Belanda di tahun 1913 dalam bidang bahasa dan kebudayaan Indonesia di Universitas Leiden.
Melansir dari www.encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, ilmuan bernama lengkap Pangeran Ario Hussein itu mengungkapkan gagasan majunya tentang kebudayaan di Banten. Ia menyampaikan gagasannya lewat disertasinya yang berjudul 'Critische Beschouwing van de Sadjarah Bantĕn: Bijdrage ter Kenschetsing van de Javaansche Geschiedschrijving' ('Tinjauan Kritis tentang Sadjarah Bantĕn': Sumbangan untuk Mengenal Karakteristik Historiografi Jawa').
-
Siapa yang pertama kali mendapat gelar sarjana di Indonesia? Sosok Sosrokartono menjadi salah satu inpirasi, sehingga dibentuk Hari Sarjana Nasional untuk memberikan penghargaan bagi anak bangsa yang telah berhasil menamatkan pendidikan tingginya.
-
Siapa Bapak Persandian Republik Indonesia? Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati lahir pada 11 Maret 1914 di Ciamis, Jawa Barat dan wafaf di usia 70 tahun pada 23 Juni 1984.
-
Siapa Profesor yang berpengaruh di Bahasa Indonesia? Tokoh tersebut bernama Prof. Sutan Muhammad Zain, seorang ahli pakar Bahasa Indonesia.
-
Siapa presiden pertama Indonesia? Siapa nama presiden pertama Indonesia?Jawaban: Ir. Soekarno
-
Siapa ilmuwan terbaik di Universitas Gadjah Mada? Jumlah ilmuwan dalam indeks : 497 Ilmuwan terbaik dalam institusi : Abdul Rohman
-
Siapa yang berjuang untuk pendidikan di Indonesia? Melalui kerja keras dan pengorbanannya, maka ada banyak generasi yang berhasil terlepas dari kebodohan.
Dengan menitik beratkan pendekatan historiografi terkait pandangan kritis terhadap sejarah di Provinsi Banten kala itu.
Husein di Masa Kanak-kanak
©2020 Merdeka.com
Husein Jayadiningrat atau Pangeran Ario Husein merupakan anak dari R. Bagus Jayawinata, wedana yang merupakan bupati Serang. Saat itu ia mampu mengenyam pendidikan barat sampai tingkat Hogere Burger School (HBS) atau sekolah menengah lima tahun yang hanya dapat dinikmati kalangan tertentu saja.
Setelah lulus dari HBS, Husein melanjutkan pendidikan ke negeri Belanda di Universitas Leiden. Hal itu, lantaran sang ayah kenal dengan salah seorang penasihat pemerintah kolonial untuk urusan pribumi Hindia, yakni Snouck Hurgronje.
Menggemari Karya Tulis
Disertasi Husein Djajadiningrat
Wikipedia ©2020 Merdeka.com
Dalam kiprahnya, Husein Djajadiningrat sangat mendalami dunia akademis. Bahkan beliau begitu terobsesi saat masa kuliah dengan mengkuti olimpiade karya sastra tulis dan menerbitkan tulisan berjudul Critische overzicht van de geschiedenis van het Soeltanaat van Aceh (1913).
Tulisan tersebut dianggap memiliki nilai kuat hingga memperoleh medali emas dalam lomba mengarang sejarah Aceh berdasarkan sumber naskah Indonesia/Melayu di Universitas Laiden.
Bahkan beliau juga menetap satu tahun dan mempelajari bahasa Aceh untuk menyiapkan kamus Aceh; karya tersebut diselesaikan di Jakarta dengan bantuan Teuku Mohammad Nurdin, H. Abu Bakar Aceh, dan Dr. Hazeu.
Fokus di Bidang Jurnalistik
Husein saat di Leiden University
Wikipedia ©2020 Merdeka.com
Setelah lulus kuliah dan menetap di Belanda selama kurang lebih 10 tahun, Husein kembali ke Indonesia dan bergelut di dunia ilmu pengetahuan. Dirinya saat itu langsung bekerja sebagai peneliti bahasa di Indonesia pada Kantoor voor Inlandsche Zaken (kantor Urusan Bumiputra) hingga tahun 1918.
Selain itu, ia juga bekerja di Kantoor voor Inlandsche dan juga mendalami bidang jurnalistik serta sastra kebudayaan Jawa dengan mendirikan Java Institut (1919) dan menerbitkan majalah bulanan 'Djawa' di tahun 1921 dan menjadi redakturnya.
Menjadi Guru Besar Di Bidang Agama dan Sastra
Patung Husein Djajadiningrat di Leiden University sebagai penghargaan kampus karena berhasil mempertahankan disertasinya
Wikipedia ©2020 Merdeka.com
Dalam perjalanannya, Husein Djajadiningrat juga mendalami ilmu Agama Islam yang kemudian diangkat menjadi guru besar di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta).
Di sekolah tersebut Husein kerap memberikan materi kuliah yang berkaitan dengan Hukum Islam, bahasa Jawa, Melayu, dan Sunda. Bahkan di tahun 1940 ia menjabat sebagai Direktur Pengajaran Agama. Pada zaman Jepang menjadi Kepala Departemen Urusan Agama.
Tahun 1948 diangkat menjadi Menteri Pengajaran, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan pada masa pemerintahan presiden Sukarno. Sampai pada 1952, di mana beliau kembali menjadi guru besar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia yang dilanjutkan menjadi pemimpin umum Lembaga Bahasa dan Budaya (LBB), merangkap sebagai anggota Komisi Istilah di lembaga tersebut pada tahun 1957. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Soekarno dan Hatta selalu meminta pertimbangan Habib Ali Kwitang terkait kapan waktu dan di mana lokasi yang tepat untuk menentukan proklamasi kemerdekaan.
Baca SelengkapnyaNamanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca SelengkapnyaIa dikenal sebagai Pribumi Indonesia pertama yang memiliki ijazah tertinggi dalam penguasaan Bahasa Melayu serta diakui di kalangan para tokoh ilmiah.
Baca SelengkapnyaSosok orang berpengaruh di RI dan asal-usul dibalik nama panggilannya yang populer hingga kini.
Baca SelengkapnyaNamanya hingga kini tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang menerima gelar Doktor di Universitas Gent, Belgia.
Baca SelengkapnyaKarena fokus ke ajaran Nasrani, sosoknya pernah dikhawatirkan murtad oleh kalangan ulama di masa silam.
Baca SelengkapnyaSetelah tak aktif dalam kabinet pemerintahan, ia lebih banyak terlibat dalam pengorganisasian para penghayat kepercayaan.
Baca SelengkapnyaSosok Adnan Kapau Gani, pahlawan nasional asal Sumatra Selatan bergelar Dokter.
Baca SelengkapnyaNamanya diabadikan jadi nama rumah sakit hingga kampus di Jember.
Baca SelengkapnyaKecintaannya dalam mengkaji hukum adat hingga hukum tata negara di Hindia Belanda membuat dirinya dijuluki sebagai "Bapak Hukum Adat".
Baca SelengkapnyaSeorang tokoh intelektual, pendidik, penulis, dan tokoh pergerakan asal Minangkabau ini hidup di masa Hindia Belanda dan Orde Lama.
Baca SelengkapnyaNamanya diabadikan sebagai nama bandara di Surabaya dan menghiasi gambar uang pecahan Rp50 ribu.
Baca Selengkapnya