Peristiwa 3 Desember 1945: Pertempuran di Gedung Sate Melawan Sekutu
Merdeka.com - Pasca proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia mengalami suasana euforia. Di tengah suasana sukacita tersebut, Belanda ternyata belum bisa menerima kenyataan diusir dari tanah air. Bersama Inggris, Belanda menghimpun kekuatan untuk dapat merebut sejumlah aset, salah satunya adalah Gedung Sate di Jawa Barat.
Pertempuran pecah pada 3 Desember 1945 selama hampir 2 jam yang mengakibatkan sejumlah orang tewas. Meskipun berhasil mempertahankan Gedung Sate, Indonesia kehilangan nyawa tujuh orang pemuda yang bernama Didi Hardianto Kamarga, Muchtaruddin, Soehodo, Rio Soesilo, Soebengat, Ranu, dan Soerjono.
Lebih jauh berikut ini informasi lengkap mengenai peristiwa 3 Desember 1945, pertempuran di Gedung Sate Melawan Sekutu telah dirangkum merdeka.com melalui liputan6.com.
-
Siapa yang berjuang di Gedung Sate Bandung pada 3 Desember 1945? Pada hari itu, sekelompok pemuda dari Angkatan Muda Pekerjaan Umum berjuang di Gedung Sate Bandung untuk melindungi aset vital yang ingin diambil kembali oleh pasukan Sekutu dan Belanda.
-
Siapa yang terbunuh dalam Pertempuran Surabaya? Kematian Jendral Mallaby membuat pasukan Inggris geram dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby yaitu Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945.
-
Siapa saja yang tewas dalam serangan gerilyawan Indonesia? Letnan Satu Will Schumler dan Wilhelm Jens tewas saat diserang gerilyawan Indonesia di Bogor.
-
Siapa yang gugur dalam pertempuran? Kabar pasti baru diterimanya dari Kapten Djajoesman, seorang anggota intel tentara di Jawa Timur yang merupakan sahabat baik Oetari. Menurut sang kapten, Soewanda memang telah gugur dalam suatu pertempuran seru yang terjadi di Klakah pada Juni 1949.
-
Siapa yang bertempur di Surabaya? Para pemuda rela bertempur menghadapi tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.
-
Siapa yang menjadi korban tewas? Korban meninggal dunia:1. Catur Pancoro (47) warga Tulangan, Sidoarjo.2. Hadi umar F (21), warga Mojo Lebak Mojokerto.3. Aditya Sapulete (38), warga Cungkup Pucuk, Lamongan.
Perjuangan Pemuda Bandung Rebut Gedung Sate
Pacsa proklamasi 17 Agustus 1945, Indonesia resmi menjadi negara yang merdeka. Namun, ternyata perjuangan tak berhenti sampai di situ. Belanda masih ikut campur dan tak mengakui kemerdekaan Indonesia. Hal itu membuat para pemuda di seluruh Indonesia termasuk di Bandung berbondong-bondong mempersiapkan perlawanan terhadap pihak Sekutu.
Pemuda Bandung membentuk organisasi gerakan Pemuda PU, yang mana organisasi tersebut berhasil merebut Gedung Sate dari tangan Jepang. Kewajiban mereka berikutnya adalah mempertahankan Gedung Sate dari tangan musuh dalam hal ini tentara Sekutu.
Bermodalkan senjata seperti granat dan beberapa pucuk bedil serta senjata api hasil rampasan dari tentara Jepang, mereka melawan tentara Sekutu yang mulai masuk ke Bandung pada 4 Oktober 1945. Setelahnya hampir setiap hari kantor Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum di bawah Pimpinan Ir Pangeran Noor selalu dikacaukan oleh tentara sekutu/Belanda/NICA.
Pada 24 November 1945, di bagian utara kota, meletus suatu pertempuran yang hebat. Penduduk sekitarnya banyak yang mengungsi ke kota lain. Saat itu Gedung Sate dipertahankan oleh Gerakan Pemuda PU yang diperkuat oleh satu Pasukan Badan Perjoangan yang terdiri kurang lebih 40 orang dengan persenjataan yang cukup lengkap.
Namun, bantuan yang diberikan itu tidak berlangsung lama, sebab pada 29 November 1945, pasukan tersebut ditarik dari Markas Pertahanan Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum.
Tanggal 3 Desember 1945, jam 1.00 pagi, saat terjadi penyerangan oleh tentara Sekutu kantor Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum hanya dipertahankan oleh 21 orang. Meskipun tentara Sekutu bersenjata lengkap, hal itu tak membuat pemuda PU menyerah begitu saja. Mereka mengadakan perlawanan mati-matian dengan segala kekuatan yang dimiliki untuk mempertahankan Gedung PU.
Pertempuran yang tidak seimbang ini baru berakhir pada pukul 14.00 WIB. Dalam pertempuran tersebut diketahui dari 21 orang pemuda 7 di antaranya hilang. Satu orang luka-luka berat dan beberapa orang lainnya luka-luka ringan.
Semula memang belum diketahui dengan pasti, di mana jenazah dari ketujuh orang pemuda ini berada. Baru pada bulan Agustus 1952 oleh beberapa bekas kawan seperjuangan mereka dicarinya di sekitar Gedung Sate, dan hasilnya hanya ditemukan empat jenazah yang sudah berupa kerangka. Keempat kerangka para suhada ini kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.
Sementara itu, sebagai penghargaan atas jasa-jasa dari tiga orang lainnya yang kerangkanya belum ditemukan telah dibuatkan 2 tanda peringatan. Satu dipasang di dalam Gedung Sate dan lainnya berwujud sebuah batu alam yang besar ditandai dengan tulisan nama-nama ketujuh orang pahlawan tersebut yang ditempatkan di belakang halaman Gedung Sate.
Diperingati Sebagai Hari Bakti PUBerlatar sejarah pertempuran melawan sekutu di Gedung Sate tersebut, kini di setiap tahunnya pada tanggal 3 Desember Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) rutin memperingati Hari Bakti PU. Peringatan tersebut tak sekadar mengenang kisah heroik pemuda saat mempertahankan Gedung Sate yang dulu merupakan Gedung PU dari tentara Sekutu dan serdadu Belanda.
Namun, peringatan Hari Bakti PU juga bisa jadi momentum bagi semua orang PU untuk terus berjuang membangun infrastruktur yang lebih handal dan merata demi kepentingan bangsa dan negara. (mdk/nof)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.
Baca SelengkapnyaPeristiwa berdarah di Tebing Tinggi, merupakan perjuangan para pemuda melawan penjajah pasca kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaTepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.
Baca SelengkapnyaSerangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.
Baca SelengkapnyaPertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Baca SelengkapnyaSaid mengingat lagi pada 10 November 1945 lalu yang dikenal sebagai Pertempuran Surabaya menjadi puncak perlawanan rakyat Indonesia.
Baca SelengkapnyaPada dinding-dinding rumah itu masih terdapat lubang-lubang bekas peluru yang ditembakkan pada saat perang meletus.
Baca SelengkapnyaBeberapa nama perwira TNI alumni AKABRI 1970 yang gugur di Operasi Seroja.
Baca SelengkapnyaKonflik bermula ketika seorang penghuni hotel merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai oleh pemuda Indonesia.
Baca SelengkapnyaRencana penculikan sudah disusun secara matang di salah satu gedung, Jalan Menteng Raya 31, Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat.
Baca SelengkapnyaPeringatan ini bertujuan mengenang dua peristiwa yang terjadi dalam satu hari.
Baca SelengkapnyaDi Kota Padang, terjadi peristiwa bersejarah pada 27 November 1945 di sebuah sekolah bernama Sekolah Teknik Simpang Haru.
Baca Selengkapnya