Kisah gerbang Batavia yang karam 331 tahun di samudera
Merdeka.com - Awal Jakarta tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Kastil Batavia yang dibangun Perserikatan Perusahaan Hindia Timur (VOC). Dari kastil yang sudah tak berbekas itu, ada cerita tentang gerbang utaranya yang pernah terendam di dasar samudera.
Setelah Jayakarta dikuasai VOC dan kemudian berganti nama menjadi Batavia, mulailah VOC mendirikan pemukiman baru di atas reruntuhan kota yang ditinggalkan penghuninya. Selain itu, VOC di bawah JP Coen juga membangun benteng baru yang diberi nama Kastil Batavia.
Tujuan pembangunan Kastil Batavia untuk menggantikan benteng lama (Fort Jacatra), yang tidak mampu lagi menampung semua aktivitas dan kegiatan dagang VOC.
-
Bagaimana gerbang kota tertua dibangun? Dalam membangun gerbang dan dinding pertahanan ini, batu harus diambil dari jarak jauh, batu bata lumpur harus diproduksi, dan dinding pertahanan harus didirikan. Ini bukanlah hasil usaha seorang atau beberapa individu saja.
-
Mengapa Kali Angke jadi penghias Batavia? Walau tak luput dari bencana banjir, namun Kali Angke bisa dikatakan sebagai penghias wajah ibu kota. Ini terlihat dari banyaknya flora yang tumbuh di Kali Angke seperti rengas yang biasa digunakan untuk furniture, pandan kapur, bambu tali, putat, pulai, kecapi dan waru.
-
Di mana gerbang kota kuno ditemukan? Pintu gerbang ini ditemukan di tengah danau yang mengering di Spanyol.
-
Dimana Kapal Batavia kandas? Namun, karena kesalahan navigasi atau sejumlah sumber mengatakan bahwa adanya kesengajaan, kapal ini menabrak karang di dekat pulau-pulau Houtman Abrolhos pada tanggal 4 Juni 1629.
-
Di mana benteng di Cakung berada? Lokasinya persis di gudang peluru Kampung Petukangan, Rawa Teratai.
-
Kenapa Candi Batujaya dibangun dari bata? Penggunaan bata diperkirakan karena di wilayah ini tidak ada bahan baku batu andesit.
Seperti dilansir dari Ensiklopedi Jakarta, karangan Yayasan untuk Indonesia, luas Kastil Batavia 9 kali lebih besar dari benteng lama. Bangunan kastil dikelilingi dinding bata yang tebal, pada empat sudutnya dibangun bastion atau kubu pertahanan yang dilengkapi dengan meriam. Keempat bastion tersebut diberi nama seperti nama-nama batu mulia. Seperti bastion diamant (intan), bastion robijn (batu delima), bastion de parel (mutiara), dan bastion safier (batu nilam).
Realisasinya pembangunan kastil dipercepat setelah Sultan Agung dari Mataram (1613-1645) menyerang pertahanan Belanda dua kali, pada tahun 1627 dan 1628. Namun kedua serangan itu gagal. Untuk menghindari kejadian serupa, VOC akhirnya membangun parit mengitari Kastil Batavia.
Kastil Batavia memiliki dua gerbang, yaitu gerbang selatan dan gerbang utara. Gerbang selatan dalam berbagai versi juga disebut Amsterdamsche poort (Gerbang Amsterdam), Pinangpoort (Gerbang Pinang) atau Kasteelpoort. Gerbang selatan merupakan pintu utama menuju Kota Batavia bagi penumpang kapal yang baru saja berlabuh di pelabuhan Sunda Kelapa.
Untuk posisi gerbang selatan saat ini berada di persimpangan Jalan Cengkeh (Prinsenstraat), Jalan Tongkol (Kasteelweg), dan Jalan Nelayan Timur (Amsterdamschegracht) berhadapan dengan balaikota (stadhuis, atau sekarang museum sejarah jakarta).
Seiring berjalannya waktu, kini gerbang selatan sudah lenyap ditelan zaman. Namun misteri yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, kemanakah wujud gerbang utara atau disebut juga Batavia Portico?
Awalnya, pembuatan gerbang selatan dan gerbang utara Kastil Batavia dilakukan di Belanda. Gerbang selatan selesai lebih dahulu dan langsung dikirim ke Batavia. Namun berbeda untuk gerbang utara, ketika 'Kapal Batavia' membawa gerbang seberat 32 ton itu, justru tersesat hingga akhirnya karam di Morning Reef Pulau Abrolhos, 60 km dari Geraldton, Australia pada 4 Juni 1629.
Diduga, karamnya Kapal Batavia yang menyebabkan puluhan awak kapal mati tenggelam, karena keteledoran dari Kepala Kelasi Jan Evertsz. Akhirnya ketika kembali ke Batavia, Evertsz ditangkap dan dieksekusi karena keteledorannya.
Selang 331 tahun kemudian, tepatnya tahun 1960, bangkai kapal Batavia berhasil diangkat. Dan ketika diangkat, gerbang utara Kastil Batavia tetap kokoh dalam balutan terumbu karang. Saat ini benteng utara berada di Museum Australia Barat di Geraldton.
Pada awal tahun 2000-an pemerintah DKI Jakarta sempat berencana memindahkan gerbang utara itu ke Jakarta. Namun hingga kini, kelanjutan dari rencana itu tidak diketahui. Gerbang itu pun masih berada di Australia.
***
Mulai hari ini hingga sepanjang bulan Juni setiap harinya merdeka.com akan menurunkan tulisan tentang Jakarta dulu dan sekarang. Cerita tersisa ini diharapkan mengingatkan kita pada Jakarta, kota indah di masa kolonial yang kini makin sesak dan padat di zaman modern. (mdk/did)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dulu gerbang ini jadi simbol kejayaan di Batavia. Namun sayang nasibnya tragis.
Baca SelengkapnyaWalaupun telah ditinggalkan selama ratusan tahun, namun pondasi bangunan benteng masih tampak kokoh.
Baca SelengkapnyaJembatan ini banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara karena keunikannya.
Baca SelengkapnyaSekilas tentang Stasiun Tanjung Priok yang konon atapnya terinspirasi dari stasiun besar di Amsterdam.
Baca SelengkapnyaGapura wisata Pantai Toronipa viral lantaran dibangun dengan bahan papan GRC kopong dengan anggaran Rp32 miliar.
Baca SelengkapnyaArkeolog berhasil menemukan lokasi pagar sisi utara hingga tiga tapak gapura dari Istana Majapahit.
Baca SelengkapnyaBenteng ini dulu jadi simbol kekuatan penjajah setelah menaklukan Kesultanan Banten.
Baca SelengkapnyaJembatan ini diapit oleh kawasan perbukitan yang hijau, ditambah dengan aliran Sungai Serayu yang luas
Baca SelengkapnyaMengapa kapak ini berada di laut masih menjadi pertanyaan dan belum terungkap.
Baca SelengkapnyaKota Padang merupakan salah satu wilayah yang cukup penting bagi pemerintah kolonial kala itu. Kini, beberapa jejak peninggalan mereka masih dijumpai.
Baca SelengkapnyaBangunan ini dulunya sempat miring karena tertiup angin, namun bisa tegak kembali karena tertiup angin dari arah yang berbeda
Baca SelengkapnyaKeindahan arsitektur peninggalan Belanda dan berbagai benda bersejarah yang tersimpan rapi di museum-museumnya menawarkan pengalaman wisata yang tak telupakan.
Baca Selengkapnya