5 Fakta Benteng Pendem Ambarawa, Bangunan Peninggalan Belanda yang Kini jadi Penjara
Merdeka.com - Benteng Fort Williem I atau yang lebih dikenal warga sekitar dengan nama Benteng Pendem Ambarawa adalah benteng tua tempat berlindung para serdadu Belanda yang dibangun pada 1834. Ketika mengunjungi tempat itu, Benteng Fort Williem I tampak lekat dengan kesan mistis dan menyeramkan. Hal itu wajar karena bangunannya memang sudah tidak terurus lagi.
Walau begitu, bangunan itu masih tampak megah dan tak pernah sepi dikunjungi wisatawan. Mereka bahkan rela jauh-jauh datang dari luar kota hanya untuk sekedar berfoto di tempat itu. Padahal, tempat itu belum resmi menjadi tempat wisata.
Di balik pesonanya, benteng itu memiliki sejarah yang panjang. Berikut ini adalah beberapa fakta tentang Benteng Pendem Ambarawa yang mempesona.
-
Kapan benteng itu dibangun? Arkeolog mengatakan benteng ini dibangun antara tahun 2250 SM dan 1950 SM, dan mereka memperkirakan benteng ini digunakan setidaknya selama empat abad, sampai sekitar tahun 1626 dan 1542 SM.
-
Siapa yang membangun benteng ini? Penjajahan Bangsa Belanda di Indonesia menyisakan peninggalan-peninggalan yang hingga kini masih bisa kita jumpai keberadaannya.
-
Kapan benteng dibangun? Ugarkovic mengatakan, benteng tersebut terkenal karena bentuk L-nya yang mengesankan. Ruas yang lebih panjang terlihat lebih asimetris, sedangkan ruas yang lebih pendek terdiri dari lima formasi persegi panjang. Struktur tertingginya kira-kira 3 meter. Berdasarkan catatan sejarah, pada abad keempat SM, orang-orang Yunani mulai mendirikan koloni di tempat yang sekarang disebut Kroasia.
-
Siapa yang membangun benteng? Dikenal sebagai Helpideburg, 'benteng berbentuk cincin yang sangat besar' ini didirikan selama periode Karoling, sekitar akhir abad ke-8.
-
Dimana letak benteng kuno itu? Khaybar berada di bagian barat Arab Saudi.
-
Siapa yang pernah menggunakan Benteng Pendem? Benteng ini dahulu merupakan benteng perang yang digunakan pada masa penjajahan.
Pengaruh Revolusi Belgia
©Kemdikbud.go.id
Dilansir dari Kemdikbud.go.id, pendirian Benteng Pendem Ambarawa berkaitan dengan bergolaknya Revolusi Belgia pada 1830. Waktu itu, terjadi pergolakan pada masyarakat Belgia yang berusaha memisahkan diri dengan Kerajaan Belanda. Mereka ingin memisahkan diri karena dasar perbedaan agama dan ekonomi.
Adanya pergolakan itu menjadi dasar Gubernur Hindia Belanda waktu itu, Jenderal Van Der Bosch, untuk mendirikan benteng-benteng pada beberapa titik di Pulau Jawa, salah satunya di Ambarawa.
Waktu itu, Ambarawa dipilih sebagai titik pertahanan karena letaknya yang berada di jalur yang menghubungkan Semarang dengan pedalaman. Jadi apabila seluruh wilayah pesisir sudah jatuh ke tangan musuh, para tentara yang mundur dapat melarikan diri dan berkumpul di kota itu dan selanjutnya melancarkan serangan balik.
Proses Pembangunan Benteng
©2020 liputan6.com
Berbagai keperluan disediakan untuk pembangunan benteng ini. Tercatat, proyek pembangunannya melibatkan insinyur zeni, penjaga, 3.000 kuli pribumi, dan beberapa tahanan yang dihukum kerja paksa. Selain itu guna menghemat biaya pengangkutan, batu bata dan genting dibuat di dekat benteng dengan mendirikan tungku-tungku pembakaran.
Bangunan ini mulai ditempati para prajurit pada 1844 sekalipun pembangunannya belum selesai. Sebagai penghormatannya pada Raja Belanda, bangunan yang akhirnya rampung pada tahun 1850 itu diberi nama “Willem I”.
Sempat Diguncang Gempa
©Goodnewsfromindonesia.id
Pada 1865 dan 1872, Benteng Pendem Ambarawa sempat diguncang gempa. Karena dua peristiwa itu, konstruksi benteng menjadi tidak aman dan para prajurit harus pindah di barak yang berada di luar benteng.
Tak hanya itu, langit-langit pada lantai dua yang terlalu rendah membuat ruangan terasa pengap dan panas untuk ukuran orang Eropa. Selain itu, adanya teknologi artileri membuat meriam bisa ditembakkan secara akurat walau dalam jarak yang jauh. Oleh karena itulah benteng itu perlahan mulai ditinggalkan.
Dijadikan Penjara
©Goodnewsfromindonesia.id
Setelah tidak berfungsi sebagai tempat pertahanan, benteng itu kemudian difungsikan sebagai penjara pada masa penjajahan Jepang. Setidaknya ada seribu orang Eropa yang ditahan Jepang di benteng itu. Di sana mereka diberi jatah makan yang sedikit.
Setelah masa kemerdekaan, tentara sekutu berusaha mengevakuasi para tahanan Eropa dari benteng ini. Ternyata mereka juga berniat kembali menguasai Indonesia. Warga Ambarawa melawan. Maka dari itulah terjadi peristiwa Palagan Ambarawa. Setelah peristiwa itu, para tahanan yang ditahan di benteng ini dipindahkan ke Semarang.
Benteng Fort Williem II Masa Kini
©Goodnewsfromindonesia.id
Setelah tahun demi tahun berjalan, mulai 2003 benteng itu dialihfungsikan menjadi Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas II Ambarawa. Bila ingin mengunjungi benteng ini, wisatawan bisa minta izin dulu kepada petugas LAPAS.
Tempat ini kemudian semakin ramai dikunjungi wisatawan. Mereka umumnya hendak mengambil foto. Selain itu banyak juga pasangan yang menjadikan tempat ini untuk foto Pre Wedding. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari ketinggian itu, musuh yang datang dari Bandung ataupun Cirebon bisa diantisipasi lebih awal
Baca SelengkapnyaBenteng ini dulu jadi simbol kekuatan penjajah setelah menaklukan Kesultanan Banten.
Baca SelengkapnyaPeninggalan Belanda itu berupa bangunan militer yang berdiri sejak abad ke 18.
Baca SelengkapnyaBenteng Belgica saksi bisu perlawanan rakyat Maluku dari kekejaman penjajah.
Baca SelengkapnyaBenteng de Kock, saksi bisu Perang Padri yang dimotori Tuanku Imam Bonjol di Bukittinggi.
Baca SelengkapnyaWalaupun telah ditinggalkan selama ratusan tahun, namun pondasi bangunan benteng masih tampak kokoh.
Baca SelengkapnyaBenteng Anoi Itam, bangunan bersejarah milik tentara Jepang berada di Kota Sabang.
Baca SelengkapnyaDi kemudian hari, benteng itu berubah fungsi menjadi sekolah bagi calon militer
Baca SelengkapnyaProvinsi Sumatra Barat dulunya salah satu wilayah yang menjadi incaran Kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaPenjara ini juga jadi saksi pembantaian para pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia
Baca SelengkapnyaCalon situs cagar budaya yang dimaksud adalah Istana Mini, rumah pengasingan Bung Hatta, Benteng Belgica, Benteng Nassau, dan rumah pengasingan dr. Cipto.
Baca SelengkapnyaGedung itu menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Boja dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia
Baca Selengkapnya