Kisah Pengembaraan Louw Djing Tie, Sang Pendekar Kungfu Tanah Jawa
Merdeka.com - Di pusat Kota Parakan, sebuah kota kecil di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, terdapat sebuah rumah tua yang besar. Di halaman rumah itu, tergantung sebuah sansak yang terlihat “memar” di banyak bagiannya.
Memasuki ke bagian dalam, terdapat berbagai macam senjata seperti toya, golok, tombak, dan trisula. Tak jauh dari dinding tempat senjata-senjata itu dipajang, terpampang foto seorang laki-laki tua dengan baju dan topi baret tua yang tak lain adalah pemilik senjata itu. Dia adalah Louw Djing Tie, seorang pendekar kungfu asal negeri Tiongkok yang mengembara ke Tanah Jawa pada abad ke-19.
Di Tanah Jawa, dia menjadi pendekar yang cukup disegani dan mendirikan sebuah perguruan kungfu. Lantas bagaimana sepak terjang Louw Djing Tie sebagai pendekar kungfu Tanah Jawa?
-
Apa yang terkenal dari Tjoa Tjwan Djie? Keluarga Konglomerat Tjoa Tjwan Djie yang dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Sidoarjo saat itu berasal dari keluarga pengusaha kaya raya di Surabaya.
-
Apa yang menjadikan Gedoeng Gwie Tian Dji terkenal? 'Cucunya yang punya rumah ini (Gwie Tian Dji) mengatakan bahwa orang tuanya dulu nggak pernah kerja apa-apa tapi kekayaannya banyak. Sampai mereka punya harta yang kemudian dikirim ke negeri Belanda,' terang Nursahit.
-
Kenapa Ji Lak Keng jadi terkenal? Banyak para pejabat dan orang kaya yang datang ke tempat ini untuk menghabiskan malam, entah dengan menghisap candu (madat), berjudi, hingga melakukan hubungan semalam.
-
Siapa Auw Tjoei Lan? Auw Tjoei Lan menjadi pahlawan bagi kalangan perempuan dan anak-anak keturunan Tionghoa yang diperjual belikan sebagai budak.
-
Dimana letak Gedoeng Gwie Tian Dji? Rumah itu beralamat di Jalan Teuku Umar No. 18 Kota Semarang.
-
Siapa yang ajarkan Kieh Jo Kato? Metode ini sudah diajarkan oleh nenek moyang orang Minangkabau.
Berikut selengkapnya:
Bocah Nakal
©Wikipedia.org
Dikutip dari Hiomerah.com, Louw Djing Tie lahir di Kota Haiting, Provinsi Hokkian, Tiongkok pada tahun 1855. Sejak kecil, Djing Tie sudah dikenal sebagai anak yang keras dan pemberani. Hampir tiap hari dia terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya.
Beranjak dewasa, ia mulai berlatih kungfu pada salah satu perguruan di desanya. Setelah kedua orang tuanya meninggal, ia dikirim ke Biara Shaolin di Songshan. Di perguruan inilah, kemampuan kungfu Djing Tie menjadi luar biasa. Bahkan ia sanggup mengalahkan dan membunuh seekor macan.
Merasa masih kurang ilmunya, ia kemudian berguru pada Biauw Tjin, seorang bhikku yang tinggal di Bukit Kouwshan. Dari sang guru, ia diajari cara menggunakan tenaga dalam dan tenaga luar. Ia juga belajar cara menggunakan benda-benda di sekitar menjadi senjata rahasia yang mematikan seperti melempar uang dan jangka, meniup jarum dan kacang hijau hingga menancap di sasaran, hingga tipu muslihat menggunakan selendang.
Kedatangan di Tanah Jawa
©hiomerah.com
Karena suatu perbuatan hukum, Djing Tie melarikan diri dari Tiongkok ke Singapura. Di sana ia tinggal di sebuah toko dan mengajari kungfu para pegawai toko. Hanya beberapa bulan tinggal di Singapura, ia memutuskan untuk pergi ke Jawa. Di pulau Jawa ia menyambung hidup dengan cara berdagang mulai dari Batavia, Semarang, hingga pindah ke Kendal, dan akhirnya ke Ambarawa.
Di Ambarawa, Djing Tie mendirikan perguruan kungfu secara diam-diam. Saat itu, pemerintah kolonial melarang adanya perguruan bela diri. Di Ambarawa, dia sempat terlibat pertarungan dengan belasan serdadu yang berhasil ia kalahkan dengan tangan kosong.
Dari Ambarawa, ia pindah ke Wonosobo, lalu pindah ke Parakan. Selama masa-masa itu, ia sering kali terlibat pertarungan dengan para jagoan bela diri asal Tionghoa lainnya. Di Parakan misalnya, ia ditantang seorang guru kungfu yang disegani, The Soei, yang dikenal sangat kuat, memiliki tubuh tinggi besar, dan tenaga dalam yang hebat.
Pertarungan Dua Jagoan Kungfu
©hiomerah.com
Dilansir dari Hiomerah.com, Djing Tie menerima tantangan The Soei. Dalam pertarungan itu, mereka sepakat tidak menggunakan senjata tajam untuk menghindari diri dari cedera. Mereka pun menggunakan kuas yang ujungnya diberi tinta untuk menandakan bagian tubuh mana saja yang berhasil diserang.
Kedua jagoan kungfu ini saling menyerang dengan sangat cepat. Beberapa kali ujung kuas Djing Tie berhasil mengenai daerah berbahaya di tubuh The Soei. Namun demi menjaga harga diri The Soei, Djing Tie sengaja tidak membuat tanda tinta di tubuh musuhnya. Justru ia membiarkan The Soei membuat tanda tinta di tubuhnya.
Soei yang merasakan sendiri keahlian kungfu Djing Tie kagum terhadap kerendahan hatinya. Pertandingan dinyatakan imbang. Namun The Soei menjadi sangat hormat pada kehebatan Louw Djing Tie.
Membuka Perguruan Kungfu
©hiomerah.com
Di Kota Parakan, Djing Tie membuka sebuah perguruan kungfu bernama Garuda Mas. Banyak orang yang berbondong-bondong tertarik menjadi muridnya. Namun sepeninggal Djing Tie, perguruan itu bubar.
Dikutip dari Sahabatsilat.com, Louw Djing Tie meninggal pada tahun 1921 di usianya yang ke-66 tahun. Meskipun perguruannya yang di Parakan bubar, namun murid-murid Djing Tie tersebar di seluruh Jawa dan mendirikan perguruan kungfu-nya sendiri-sendiri, salah satunya Perguruan Kungfu Garuda Emas Semarang yang ketuanya masih keturunan Louw Djing Tie.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia menuliskan cerita tentang peperangan di Cina pakai aksara Jawa yang membuat banyak orang kagum
Baca SelengkapnyaKisahnya bermula dari berabad-abad silam, ketika cakwe pertama diciptakan sebagai sebuah kudapan.
Baca SelengkapnyaIa pernah bermain film dengan Bruce Li hingga Jackie Chan.
Baca SelengkapnyaPara jawara berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten.
Baca SelengkapnyaPria bernama Tionghoa Lim Bun Hui ini ternyata pernah diminta Menhan Prabowo Subianto untuk menjadi pelatih kungfu para prajurit Kopassus.
Baca SelengkapnyaKopral Bagyo mengidolakan seorang purnawirawan TNI AL Djoni Liem yang mendapatkan julukan Semburan Mulut Berbisa.
Baca SelengkapnyaPerwira tinggi TNI AL keturunan Tionghoa ini sempat ditugaskan untuk mengangkut komoditas ekspor ke luar negeri saat kas negara sedang tidak baik-baik saja.
Baca SelengkapnyaPeradaban Tionghoa di Banyumas yang tertua berada di daerah Sokaraja
Baca SelengkapnyaKelenteng ini merupakan kelenteng induk dari sembilan kelenteng Chen Fu Zhen Ren yang tersebar di Jawa Timur, Bali, dan Pulau Lombok.
Baca SelengkapnyaSyekh Jangkung merupakan salah satu tokoh yang sangat melegenda dalam sejarah Islam di Indonesia.
Baca SelengkapnyaIni jadi kedai kopi pertama di Jakarta sejak 1878, bertahan selama 145 tahun.
Baca SelengkapnyaDua prajurit Pangeran Diponegoro iseng ciptakan tari dari gerakan perang, ujung-ujungnya jadi terkenal.
Baca Selengkapnya