Prajurit Pangeran Diponegoro Iseng Ciptakan Tari dari Gerakan Perang, Kini Jadi Kesenian Legendaris
Dua prajurit Pangeran Diponegoro iseng ciptakan tari dari gerakan perang, ujung-ujungnya jadi terkenal.
Dari latihan perang jadi seni pertunjukan
Prajurit Pangeran Diponegoro Iseng Ciptakan Tari dari Gerakan Perang, Kini Jadi Kesenian Legendaris
Kesenian bernapaskan Islam ini berasal dari Desa Kemloko, Kecamatan Ngelgok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Kemunculannya bersamaan dengan kesenian Jedor dan Genjring.
(Foto: Wikimedia Commons)
-
Siapa yang biasanya memainkan tari perang di Relief Candi Borobudur? Tarian ini biasanya dimainkan oleh sepasang penari.
-
Siapa yang melestarikan Reog Ponorogo? 'Kita yang melestarikan permainan ini rata-rata anak keturunan Jawa. Jadi mungkin anggapan orang-orang Indonesia, Malaysia ini semuanya orang Melayu. Tapi bukan, di sini juga ada orang Jawa. Dan yang memainkan permainan ini hanya orang keturunan Jawa,'
-
Mengapa Tari Petake Gerinjing penting bagi budaya Indonesia? Kemudian, tarian ini bukanlah hanya sekedar seni tradisional saja, tetapi juga menjadi sarana menyampaikan nilai-nilai budaya, sejarah, dan pesan moral.
-
Apa arti nama Diponegoro? Nama 'Diponegoro' berasal dari kata 'dipo' yang berarti pelindung atau penuntun, dan 'negoro' yang berarti negara.
-
Siapa yang menciptakan tari tradisional? Tari tradisional adalah tari yang lahir, tumbuh, berkembang dalam suatu masyarakat yang kemudian diturunkan atau diwariskan secara terus menerus dari generasi kegenerasi.
-
Siapa pencipta Tari Melinting? Tarian ini sudah ada sejak abad ke-16 yang menggambarkan keperkasaan serta keagungan Keratuan Melinting yang konon sang pencipta dari Tari Melinting ini.
Kesenian ini awalnya berfungsi sebagai media latihan perang. Seiring pergantian zaman, fungsinya bergeser menjadi sarana ritual, hiburan dan seni pertunjukan.
(Foto: FIB Unair)
Ciri Khas
Walaupun sama-sama bernama reog, Reog Bulkiyo berbeda dengan Reog Ponorogo. Reog Bulkiyo tidak menggunakan barong. Selain itu, gerakan tariannya menggambarkan latar belakang peperangan.
Asal-Usul
Sejarah Reog Bulkiyo tidak dapat dilepaskan dari perang Jawa yang terjadi pada tahun 1825 hingga 1830. Perang tersebut merupakan perlawanan pangeran DIponegoro bersama rakyat Jawa melawan kekuatan pasukan Belanda yang dianggap sewenang-wenang dengan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat.
Saat perang Diponegoro berakhir, dua pengikut Pangeran Diponegoro, Mbah Kasan Mustar dan Mbah Kasan Ilyas lari ke daerah Blitar. Sembari menunggu kepastian kabar kelanjutan perjuangan mereka, keduanya mengasah gerakan-gerakan perang dalam bentuk gerakan tari.
Ada beberapa teori terkait asal mula nama Bulkiyo. Teori pertama yakni ditemukan dalam urutan pasukan Diponegoro yang bentuk pengangkatan pemimpin prajuritnya didasarkan pada model Janissari (pasukan elit kesulatanan Ottoman) Pasukan elit ini merupakan pasukan terpilih yang memiliki kemampuan unggul, pemahaman medan perang dengan taktik yang baik, dan dilengkapi dengan senjata lengkap. Sementara pasukan khusus milik pangeran Diponegoro bernama Laskar Bulkiyo.
Kedua, adalah nama Bulkiyo diambil dari kitab Ambiya salah satu pahlawan perang dalam pertempuran antara negeri Mesir dan negeri Tepas.
Sosok Bulkiyo
Reog Bulkiyo merupakan penggambaran sosok Bulkiyo melakukan perjalanan mencari nabi Muhammad karena terpesona dengan dua kalimat syahadat. Bulkiyo merupakan tokoh dari daerah Mesir sebelum Nabi Muhammad SAW dilahirkan.
Tokoh Bulkiyo penasaran tentang Muhammad yang sering didengar dari kitab-kitab sebelum Alquran yaitu Injil dan Taurat. Di dalamnya sering disebutkan Nabi kekasih Allah yang terakhir.
Dalam perjalanan Bulkiyo terlibat perang dengan kerajaan Rum di wilayah Mesir yang dipimpin oleh Bagindo Lawe dengan kerajaan Kerungkolo. Bulkiyo berpihak pada kerajaan Rum membantu kemenangan Islam.
Islam keluar sebagai pemenang. Setelah peperangan berakhir, Bulkiyo melanjutkan pencariannya dan mendapati bahwa Nabi Muhammad belum dilahirkan.
Kesenian Reog Bulkiyo menggunakan properti berupa bérang, sejenis pisau berukuran besar yang terbuat dari besi. Saat kedua bérang bersentuhan maka akan keluar percikan-percikan api.
(Foto: Kemdikbud RI)
Properti lainnya yakni bendera panji bergambar Hanoman dan Dasamuka, sebagai lambang putih dan merah, mewakili makna kebaikan dan kejahatan. Bendera panji merupakan properti menari yang dibawa Plandhang atau wasit.
Tarian Reog Bulkiyo ditampilkan oleh 8 orang Pengarep, penari prajurit lainnya dan 1 orang berperan sebagai Rontek (pemimpin) jalannya pertunjukan.
Gerakan dalam reog Bulkiyo diawali dengan gerakan hormat penari kepada penonton Reog. Sahutan dari alat musik kenong, bende, kempul, dan pecer saling berirama konstan. Disusul suara slompret yang menyeruak di udara dengan suara samar-samar dari alat musik rebana.
Rontek memiliki peran penting karena menjadi pemimpin jalannya pementasan. Rontek mengatur setiap perubahan fase formasi yang ada dalam gerakan reog dengan membawa bendera di tangan.
Gerakan perang merupakan klimaks dari pertunjukan ini. Gerak perang dilakukan oleh dua pemain Pengarep dengan membenturkan kedua pedang yang dibawanya. Adegan perang ini menggambarkan perkelahian mempertahankan hidup.
Adegan perang merupakan klimaks dari pementasan kesenian Reog Bulkiyo. Pementasan ditutup dengan pemberian hormat kepada para penonton.