Lakukan Gerakan Kultural Desakralisasi Jabatan Profesor, Begini Sosok Rektor UII Fathul Wahid
Selama berada di dunia akademis, Fathul Wahid merupakan seorang peneliti yang aktif.
Selama berada di dunia akademis, Fathul Wahid merupakan seorang peneliti yang aktif.
Lakukan Gerakan Kultural Desakralisasi Jabatan Profesor, Begini Sosok Rektor UII Fathul Wahid
Bagi Rektor Universitas Islam Indonesia, Fathul Wahid, gelar profesor bukanlah sesuatu yang harus dikejar-kejar. Hal inilah yang membuatnya menggaungkan gerakan desaklarisasi gelar profesor.
Salah satu hal konkret yang ia lakukan terkait gerakan ini adalah meminta gelar akademik yang ia miliki tidak lagi disandingkan dengan namanya di berbagai surat atau dokumen kampus.
-
Siapa yang memecat Dekan FK Unair? Rektor Universitas Airlangga (Unair) Mohammad Nasih tengah menjadi sorotan banyak pihak usai memecat sepihak Dekan Fakultas Kedokteran, Budi Santoso atau Prof Bus.
-
Dimana Dekan FK Undip diberhentikan? Terbaru, Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Undip Yan Wisnu Prajoko diberhentikan sementara dari aktivitas klinis di Rumah Sakit Kariadi Semarang.
-
Siapa yang memberi penghargaan kepada Rektor UGM? Penobatan itu disampaikan dalam acara Jambore PR Indonesia (JAMPIRO) ke-9 tahun 2023.
-
Siapa Dekan FK Undip yang diberhentikan sementara? Terbaru, Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Undip Yan Wisnu Prajoko diberhentikan sementara dari aktivitas klinis di Rumah Sakit Kariadi Semarang.
-
Siapa Rektor UYR? Ia merupakan rektor dari Universitas YPPI Rembang (UYR).
-
Gimana cara Mahfud mau naikin honor guru ngaji? 'Cuma kita hitung tahapannya, kriteria guru ngaji tuh apa, berapa jam mereka meninggalkan rumah, jangan karena Indonesia ini jika ada kesempatan itu semua (mengaku),' ujar Mahfud.
“Kalau hal kecil yang saya lakukan ini diikuti, saya akan sangat berbahagia. Kalau ini menjadi gerakan kolektif, kita berharap profesi ini menjadi terhormat. Jadi kita menekankan profesor sebagai bentuk tanggung jawab, amanah akademik,”
kata Fathul dikutip dari ANTARA pada Jumat (18/7).
Lalu seperti apa sosok Fathul Wahid sendiri?
Dirangkum dari berbagai sumber, Fathul Wahid merupakan lulusan S1 Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1997. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan S2 di Department Of Information System, University Of Agder, Norwegia. Ia lulus pada tahun 2003 dan mendapat gelar Master of Science. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan doktor atau S3 di Department of Information System University Of Adger pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013.
Sepulang ke tanah air, ia mengabdi sebagai tenaga pengajar di Universitas Islam Indonesia (UII). Pada periode 2006 hingga 2010, ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri, pada periode 2014-2016, ia menjabat sebagai Chief Academic Officer, dan pada tahun 2016-18, ia menjabat sebagai Chief Information Officer.
Selama berada di dunia akademis, Fathul Wahid merupakan seorang peneliti yang aktif. Minat penelitiannya berfokus pada ICT4D, e-Government, dan sistem perusahaan.
Ia telah menerbitkan beberapa jurnal seperti Communications of the Association for Information System (CAIS), The Electronic Journal of Information System in Developing Countries (EJISDC), dan Transforming Government: People, Process and Policy (TGPPP).
Karya-karyanya juga telah dipresentasikan di berbagai konferensi seperti The Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS), European Conference on Information System (ECIS), European, Mediterranean and Middle Eastern Conference on Information System (EMCIS), ICT4D, eParticipation (ePart), dan eGoverment (eGov).
Rawat Semangat Kolegialitas
Fathul mengatakan, peniadaan gelar pada dirinya dimaksudkan untuk merawat semangat kolegialitas sehingga jabatan profesor tidak justru menambah jarak sosial di lingkungan kampus sebagai tempat paling demokratis di muka bumi.
Ia pun berharap semakin banyak profesor yang meniru inisiatifnya. Namun ia menegaskan bahwa surat edaran peniadaan gelar itu hanya berlaku untuk dirinya. Ia tidak mewajibkan pejabat struktural lain di lingkungan UII untuk mengikuti langkahnya.
“Saya tidak bisa memaksakan orang untuk mengikuti saya. Saya mencoba menjadikan ini sebagai gerakan kultural. Kalau ini bersambut makan itu akan sangat baik sehingga jabatan profesor ini lebih dianggap sebagai amanah,” pungkasnya dikutip dari ANTARA.