Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah di Balik Roti Sari Roso dan Ledre Mak Min Tjie Bojonegoro, Bikin Mupeng

Kisah di Balik Roti Sari Roso dan Ledre Mak Min Tjie Bojonegoro, Bikin Mupeng Ilustrasi kuliner legendaris Bojonegoro. ©2023 Merdeka.com/Dok. Toko Roti Sari Roso dan Kemendikbud RI

Merdeka.com - Makanan sering kali menarik tidak hanya karena rasanya enak atau bentuknya unik, tetapi juga cerita di balik keberadaannya. Tak heran jika makanan-makanan legendaris sering bertahan dan tetap diminati banyak orang di tengah gempuran berbagai macam makanan kekinian. Dua dari sekian makanan legendaris di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur adalah Roti Sari Roso dan ledre.

Keduanya memiliki tempat tersendiri di hati penikmat kuliner tidak hanya karena cita rasanya, tetapi juga kisah-kisah yang melingkupinya. Roti Sari Roso misalnya, sudah ada sejak tahun 1960-an dan boleh disebut sebagai industri roti pertama di Bojonegoro yang menyuguhkan cita rasa roti rumahan.

Sementara ledre yang kini dikenal sebagai oleh-oleh khas Bojonegoro ternyata pertama kali muncul pada zaman penjajahan saat masyarakat sedang kesusahan makan. Sekitar tahun 1932, seorang perempuan keturunan Tionghoa di Padangan, Mak Min Tjie mengolah makanan berbahan tepung beras dan campuran gaplek (singkong yang dikeringkan) yang dicetak menggunakan wajan besar dari bahan tembaga. Di wajan besar itulah, adonan tepung besar dan gaplek di-edre-edre atau diorak-arik sedemikian rupa. Makanan itu kemudian dikenal dengan sebutan ledre.

Roti Sari Roso

Pada tahun 1960-an, Mariatin dengan dukungan keluarga memantapkan diri membuka toko roti dengan tujuan agar orang lain turut merasakan kenikmatan roti bikinannya. Jauh sebelum membuka usaha toko roti, Mariatin adalah sosok yang ulet di dapur, ia gemar membuat roti untuk dinikmati keluarganya. 

Toko Roti Sari Roso pertama kali berada di Jalan Diponegoro, sebelum akhirnya pindah ke Jalan Dr Wahidin yang lokasinya berdekatan dengan bekas bangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sosodoro Djatikoesoemo. Kini toko roti itu dikelola oleh generasi ketiga yakni Melissa, cucu Mariatin. 

Dikutip dari akun YouTube Jurnaba, Melissa menceritakan bagaimana perjalanan toko roti milik keluarganya itu mampu eksis hingga kini. Setelah neneknya pensiun, pengelolaan toko roti dilanjutkan oleh ayah Melissa, Harijanto Prajitno. Saat itulah, Harijanto banyak melakukan inovasi produk. Dia memproduksi roti-roti dengan rasa lebih beraneka ragam, misalnya di zaman sang ibu ada roti pisang, ia lalu melakukan pembaruan dengan menambahkan cokelat menjadi roti pisang cokelat. 

Inovasi rasa itu menjadi salah satu hal yang mampu membuat Toko Roti Sari Roso eksis hingga hari ini. Meski demikian, roti-roti original yang ada sejak era Mariatin tetap dipertahankan karena juga sangat diminati pelanggan. 

Ledre Padangan

ilustrasi kue geti tulungagung dan ledre bojonegoro

©2022 Merdeka.com/Liputan6.com

Berbeda dengan roti Sari Roso yang kemunculannya sesudah Indonesia merdeka, keberadaan ledre sudah ada jauh sebelum hari kemerdekaan, tepatnya pada masa peralihan penjajahan Belanda ke Jepang. Masa di mana masyarakat di berbagai daerah di Indonesia mengalami hidup begitu sulit, termasuk susah memenuhi kebutuhan makan sehari-hari karena didera ketakutan. 

Dikutip dari laman resmi Pemkab Bojonegoro, Nyonya Seger, putri Mak Min Tjie menceritakan bagaimana ibunya dulu menemukan resep kue kering ini. Pada zaman sang ibu, ledre terbuat dari tepung beras, gaplek, garam dan santan. Adonan itu dicetak dalam bentuk lembaran bulat menggunakan wajan baja, kemudian dilipat menjadi dua atau setengah lingkaran. 

Pada tahun 1943, Mak Min Tjie menjajakan ledre buatannya dengan menggunakan wadah keranjang. Ledre dilapisi kertas dan diikat menggunakan tali dari pelepah pisang. Saat itu, ledre adalah kue kering yang mudah melempem.

Seiring perjalanan waktu, ledre berkembang menjadi beraneka rasa dan bentuk. Jika dulu bentuknya setengah berupa lipatan setengah lingkaran dan mudah melempem, pembuatan ledre kemudian digulung seperti kue semprong. Rasa awalnya yang dulu dominan gaplek, berkembang menjadi rasa pisang, pandan, cokelat, dan masih banyak lagi. Di antara semua rasa, kini yang paling terkenal adalah rasa pisang.

Nyonya Seger menceritakan, Ledre mengalami kejayaan antara tahun 1970 hingga 1980-an. Pasca tahun tersebut, eksistensi ledre sempat meredup. Baru kemudian di tahun 2000-an, kue kering ini dikenal dan disukai oleh banyak orang hingga Kabupaten Bojonegoro akrab disebut sebagai Kota Ledre. (mdk/rka)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mencicipi Gandhos Gimbal, Kuliner Legendaris Khas Boyolali yang Disajikan pada Hari Spesial
Mencicipi Gandhos Gimbal, Kuliner Legendaris Khas Boyolali yang Disajikan pada Hari Spesial

Kuliner ini terbuat dari campuran terigu dan parutan kelapa, sehingga menghasilkan rasa gurih, manis, dan legit.

Baca Selengkapnya
Menikmati Rujak Soto Mbok Mbret Banyuwangi, Kuliner Kaya Rasa yang Banyak Diburu Wisatawan
Menikmati Rujak Soto Mbok Mbret Banyuwangi, Kuliner Kaya Rasa yang Banyak Diburu Wisatawan

Perpaduan rujak dan soto ini memberikan sensasi rasa unik bagi penikmatnya.

Baca Selengkapnya
Mencicipi Nikmatnya Mi Saroja, Kuliner Legendaris Bogor yang Resepnya Berasal dari Tiongkok
Mencicipi Nikmatnya Mi Saroja, Kuliner Legendaris Bogor yang Resepnya Berasal dari Tiongkok

Mi Saroja jadi salah satu kuliner legendaris di Bogor, dengan resep dan alat masak yang masih asli sejak 1970 silam.

Baca Selengkapnya
Mencicipi Lotek Legendaris dari Wonosobo, Berdiri Sejak 1965 dan Punya Cita Rasa Khas
Mencicipi Lotek Legendaris dari Wonosobo, Berdiri Sejak 1965 dan Punya Cita Rasa Khas

Mbah Jami sudah berjualan lotek di tempat itu sejak tahun 1965. Walau begitu, masyarakat Wonosobo lebih mengenalnya dengan nama Lotek Brukmenceng.

Baca Selengkapnya
Mencicipi Sosis Solo Mbah Bedug, Kuliner Unik Khas Boyolali yang Namanya Diberikan oleh Raja Keraton Surakarta
Mencicipi Sosis Solo Mbah Bedug, Kuliner Unik Khas Boyolali yang Namanya Diberikan oleh Raja Keraton Surakarta

Resep kuliner ini sudah diwariskan secara turun-temurun sejak tahun 1950

Baca Selengkapnya
Mengenal Miedes, Kuliner Mie Asli Bantul dengan Tekstur Kenyal yang Unik
Mengenal Miedes, Kuliner Mie Asli Bantul dengan Tekstur Kenyal yang Unik

Miedes adalah makanan khas dari Bantul, Yogyakarta atau lebih spesifiknya dari daerah Pundong, Bantul.

Baca Selengkapnya
Merasakan Lezatnya Sop Mbok Susah Purworejo, Harga Murah Meriah Jadi Favorit Warga Lokal
Merasakan Lezatnya Sop Mbok Susah Purworejo, Harga Murah Meriah Jadi Favorit Warga Lokal

Sop Ayam Mbok Susah cukup terkenal. Apalagi harganya terkenal murah meriah. Hanya saja lokasinya sangat tersembunyi di antara padatnya permukiman penduduk.

Baca Selengkapnya
Gunakan Bahan Alami sejak 90 Tahun Silam, Kerupuk Bojonegoro Ini Bikin Ketagihan Warga Lokal hingga Mancanegara
Gunakan Bahan Alami sejak 90 Tahun Silam, Kerupuk Bojonegoro Ini Bikin Ketagihan Warga Lokal hingga Mancanegara

Warga lokal hingga mancanegara sering memburu kerupuk ini. Diproduksi sejak 94 tahun lalu, kelezatannya dipuji banyak orang.

Baca Selengkapnya
Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Yuk Cicipi Mie Belitung yang Bikin Nagih
Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Yuk Cicipi Mie Belitung yang Bikin Nagih

Mie Belitung, kuliner legendaris khas Bangka Belitung dengan kuah udang yang kental sungguh menggugah selera.

Baca Selengkapnya
Asal-Usul Bakso, Benarkah Terinspirasi dari Kue Mochi?
Asal-Usul Bakso, Benarkah Terinspirasi dari Kue Mochi?

Jadi favorit sejuta umat, bakso ternyata punya sejarah panjang!

Baca Selengkapnya
Sejarah Toko Roti Tertua di Jogja, Masih Pertahankan Cara Memasak Tradisional
Sejarah Toko Roti Tertua di Jogja, Masih Pertahankan Cara Memasak Tradisional

Pemilik toko roti itu merupakan seorang Tionghoa bernama Tan Poe Djen. Dia berasal dari Temanggung, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya